Anak yang sedang tumbuh dan berkembang tentu memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Tanpa adanya pemenuhan gizi yang memadai, seringkali anak gagal tumbuh ataupun menjadi anak yang mudah sakit.
Riwayat Pencarian
Pencarian Populer
Anak yang sedang tumbuh dan berkembang tentu memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Tanpa adanya pemenuhan gizi yang memadai, seringkali anak gagal tumbuh ataupun menjadi anak yang mudah sakit.
Berbagai asupan makanan yang kaya akan zat gizi, sudah seyogyanya diberikan kepada anak. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua dan kemiskinan merupakan dua hal tersering penyebab anak kurang gizi. Sebagai orang tua, Anda perlu mengetahui berbagai penyebab kekurangan nutrisi pada anak yang menyebabkan gagal tumbuh ataupun gizi buruk pada anak1.
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI (1984-1989), pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah2.
Did you know?
“Anak yang sedang tumbuh dan berkembang tentu memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah gizi utama, Kurang Energi Protein (KEP) yang akan menyebabkan Gagal tumbuh, atau yang seringkali disebut sebagai failure to thrive (FTT).””
dr Vicka Farah Diba Msc SpA
Gagal tumbuh, atau yang seringkali disebut sebagai failure to thrive (FTT) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan berat badan (BB) yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth), atau bahkan turun sampai memotong garis grafik pertumbuhan sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan anak). Asupan kalori yang tidak mencukupi kebutuhan anak, penyerapan zat gizi yang tidak cukup, atau pengeluaran energi yang berlebihan dari anak, dapat menyebabkan terjadinya kekurangan nutrisi pada anak, dan berdampak pada tidak tercapainya berat badan optimal anak seusianya1.
Asupan makanan yang tidak tercukupi bagi anak dapat disebabkan karena berkurangnya nafsu makan, gangguan pada proses makan, tidak tersedianya pangan untuk anak, atau anak muntah-muntah. Nafsu makan yang rendah dapat disebabkan karena3,4:
Gangguan pada proses makan dapat disebabkan karena3,4:
Tidak tercukupinya asupan gizi dapat disebabkan karena4:
Penyerapan zat gizi yang tidak mencukupi dapat disebabkan karena adanya kelainan atau penyakit pada anak, seperti penyakit Celiac (kondisi dimana pencernaan anak mengalami reaksi negatif saat mengonsumsi protein gluten), atresia bilier (tidak terbukanya saluran empedu dengan benar), defisiensi enzim tertentu, dan intoleransi makanan (misalnya intoleransi laktosa). Selain itu, diare, hepatitis (radang pada hati), penyakit Hirschprung (kelainan pada usus besar karena gangguan pada sel saraf yang berfungsi dalam mengendalikan pergerakan usus), dan masalah psikososial juga dapat berkontribusi sebagai penyebab tidak terserapnya zat gizi secara cukup pada anak4,5.
Pengeluaran energi yang berlebihan dapat disebabkan karena peningkatan metabolisme ataupun peningkatan penggunaan kalori. Hal ini biasanya diakibatkan oleh keadaan seperti:
Masa anak-anak adalah periode kritis pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga intervensi dini pada anak yang mengalami kekurangan nutrisi tentu akan berdampak signifikan terhadap anak. Sehingga perlu mencegah dan mengenali penyebab anak kurang gizi dengan cepat dan tepat6,7.
Dua prinsip dalam memberikan tata laksana pada anak adalah diet tinggi kalori untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan, serta pemantauan jangka panjang dari penyakit yang ada pada anak untuk melihat adanya gejala sisa.Dalam memberikan makanan pada anak, hindarilah sikap memaksakan kehendak Anda, minimalkan distraksi dari lingkungan tempat pemberian makanan7.
Pada enam bulan pertama (0-6 Bulan) kehidupan, ASI saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi si buah hati. Pastikan iu menyusui mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Setelah berusia di atas 6 bulan, anak membutuhkan makanan pendamping (MPASI) karena kebutuhan energi dan nutrisi si buah hati meningkat. Pada awal pemberian MPASI, mulailah dengan makanan lumat dengan konsistensi halus/saring yang encer pada tahap perkenalan dan kemudian dikentalkan secara bertahap7,8.
Untuk pemantauan kurva pertumbuhan dan perkembangan anak, bisa dilakukan di Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, selain itu, orang tua juga dapat memantau kurva pertumbuhan dan perkembangan anak melalui berbagai aplikasi yang dapat diunduh di ponsel pintar. Skrining atau pemantauan tumbuh kembang untuk bayi (0-12 bulan) dianjurkan setiap bulan, Anak usia 12 sampai 24 bulan dianjurkan tiap 3 bulan, anak usia 24 bulan sampai 72 bulan dianjurkan tiap 6 bulan dan setiap tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun. Jangan lupa untuk mengkonsultasikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur ke dokter spesialis anak atau tenaga kesehatan lainnya9.
Dapatkan nutrisi terbaik untuk meningkat berat badan si kecil disini
Sumber: