Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
Status gizi menurut WHO - Nutriclub
Tumbuh Kembang

Memahami Status Gizi Menurut WHO dan Cara Menghitungnya

Article Oleh : Mauliyana Puspa Adityasari 21 November 2023

Memantau status gizi anak secara teratur memanglah penting untuk memastikan si Kecil tumbuh dengan baik dan sehat. Cara ini merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan misalnya stunting, wasting, dan overweight. Lalu, bagaimana cara menghitungnya? Cari tahu selengkapnya seputar status gizi menurut WHO di artikel ini, ya, Ma.

Apa Itu Status Gizi Menurut WHO?

Status gizi menurut WHO (World Health Organization) digunakan sebagai tolok ukur dalam menilai perkembangan dan kebutuhan nutrisi anak.

Status gizi sendiri dapat didefinisikan sebagai kondisi kesehatan yang timbul dari keseimbangan antara kebutuhan nutrisi dan asupan nutrisi yang diterima oleh anak.

Penilaian status gizi ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan anak dengan standar antropometri yang telah ditetapkan.

Status gizi anak dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Penilaian status gizi ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan oleh dokter anak.

Untuk itu, penting bagi Mama agar rutin mengajak si Kecil mengecek kesehatannya agar mendapatkan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala yang tepat.

Baca Juga: Ketahui Tinggi Badan Anak yang Ideal Sesuai Usianya

Pentingnya Memahami Status Gizi pada Anak

Seorang anak dianggap memiliki gizi seimbang jika ia memenuhi kriteria tertentu setelah melalui penilaian gizi.

Memastikan anak mendapatkan nutrisi yang mencukupi setiap hari bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisiknya, tetapi juga dapat meningkatkan perkembangan fungsi kognitif

Ketika si Kecil tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai, berbagai masalah pertumbuhan dapat muncul, termasuk risiko stunting.

Stunting adalah kondisi yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis yang berlangsung terus-menerus selama 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK) anak.

Kondisi ini dapat menjadi permanen atau sulit untuk diperbaiki jika tidak diatasi, terutama setelah anak mencapai usia 2 tahun.

Maka dari itu, untuk menghindari risiko berbahaya pada pertumbuhan si Kecil, Mama perlu memberikan pola makan dengan gizi seimbang.

Selain itu, Mama juga perlu memberikan variasi makanan, menjaga tingkat aktivitas fisik, menjalani gaya hidup yang bersih, serta rutin memantau berat badan untuk menjaga berat badan yang sehat dan mencegah masalah gizi.

Baca Juga: 5 Langkah Mudah Penuhi Gizi Seimbang si Kecil 

Cara Menghitung Status Gizi Anak

Saat memantau pertumbuhan anak, penting untuk tidak hanya memeriksa perbandingan berat badan dan panjang badan (B/P), tetapi juga mengamati perkembangan berat badan dan panjang badan anak berdasarkan usianya untuk menentukan apakah pertumbuhannya normal atau tidak.

Status gizi anak dapat diukur dengan menggunakan standar antropometri yang telah ditetapkan menurut WHO. Metode ini digunakan sebagai cara menghitung status gizi anak BB/TB, atau dengan kata lain menilai atau menentukan status gizi menurut WHO dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan si Kecil.

Di bawah ini beberapa cara menghitung status gizi anak yang perlu Mama ketahui.

1. Berat Badan Menurut Usia (BB/U)

Perhitungan status gizi dapat dilakukan dengan cara menilainya melalui berat badan anak dari tahun ke tahun dengan memanfaatkan tabel pengukuran berat badan yang sesuai dengan usianya.

Pengukuran ini penting karena berat badan ideal anak seharusnya sesuai dengan usianya. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi apakah anak memiliki berat badan yang kurang atau bahkan sangat kurang untuk usianya.

Misalnya, jika berat badan seorang anak adalah 10 kilogram dan usianya 5 tahun, maka berat badan tersebut perlu dibandingkan dengan standar pertumbuhan anak usia 5 tahun.

Apabila hasil perbandingan tersebut menunjukkan angka yang jauh dari standar, maka hal ini bisa mengindikasikan bahwa anak mungkin mengalami masalah gizi yang memerlukan penanganan segera.

Berikut indikator status gizi anak menurut standar WHO pengukuran BB/U.

  • Berat badan sangat kurang: <-3 SD (Standar Deviasi).

  • Berat badan kurang: -3 SD sampai dengan <-2 SD.

  • Berat badan normal: -2 SD sampai dengan +1 SD.

  • Risiko berat badan lebih > +1 SD.

2. Tinggi Badan Menurut Usia (TB/U)

Selanjutnya menggunakan indikator TB/U yang dihitung dari usia 0 - 60 bulan dengan tujuan untuk mengukur pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak sesuai dengan usianya.

Dari hasil pengukuran ini, akan menunjukkan pertumbuhan massa tulang yang dipengaruhi oleh asupan gizi, sehingga tinggi badan atau panjang badan anak dijadikan sebagai parameternya.

Hasil pengukuran ini akan memperlihatkan apakah si Kecil memiliki pertumbuhan pendek (stunting) atau pertumbuhan sangat pendek (severely stunted). Untuk menghitungnya Mama dapat menggunakan indikator seperti berikut.

  • Sangat pendek: <-3 SD.

  • Pendek: -3 SD sampai dengan <-2 SD.

  • Normal: -2 SD sampai dengan +3 SD.

  • Tinggi: > +3 SD.

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB atau BB/PB)

Selanjutnya, pengukuran BB/TB yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi anak yang mengalami masalah kekurangan gizi, gizi buruk, atau bahkan risiko kelebihan gizi. Kondisi gizi buruk seringkali disebabkan oleh penyakit serta kekurangan asupan gizi, baik dalam bentuk akut maupun kronis.

Untuk menilai status gizi si Kecil, Mama dapat menggunakan metode pengukuran yang menghitung berat badan dibagi tinggi badan (BB/TB) atau berat badan dibagi panjang badan (BB/PB).

Di bawah ini indikator-indikator status gizi menurut WHO untuk menghitung status gizi anak dengan menggunakan BB/TB atau BB/PB.

  • Gizi buruk: <-3 SD.

  • Gizi kurang: -3 SD sampai dengan <-2 SD.

  • Gizi baik: -2 SD sampai dengan +1 SD.

  • Berisiko gizi lebih >+1 SD sampai dengan +2 SD.

  • Gizi lebih >+2 SD sampai dengan +3 SD

  • Obesitas >+3 SD

4. Indeks Massa Tubuh Menurut Usia (IMT/U)

Status gizi menurut WHO juga dapat dinilai dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh yang disesuaikan dengan usia (IMT/U).

Secara grafik, IMT/U dapat menunjukkan hasil yang mirip, tetapi indikator ini lebih sensitif dalam mendeteksi anak yang mengalami masalah gizi berlebihan atau obesitas.

Jika anak memiliki IMT/U di atas ambang batas +1 SD itu artinya anak berada dalam risiko mengalami gizi berlebih sehingga perlu mendapatkan perhatian tambahan untuk mencegah perkembangan obesitas.

Baca Juga: Dampak Berat Badan Kurang terhadap Perkembangan Anak

Bagaimana Cara agar Status Gizi Anak Tetap Baik?

Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting secara nasional turun dari 24,4% menjadi 21,6%. Meskipun terjadi penurunan, angka tersebut masih dianggap tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak di Indonesia masih mengalami stunting. Tentu saja, situasi ini memicu kekhawatiran karena stunting memiliki dampak serius pada perkembangan anak dalam jangka panjang.

Untuk itu, penting bagi Mama untuk secara rutin memantau status gizi menurut WHO pada anak. Selain pemantauan tersebut, terdapat beberapa tindakan yang bisa dilakukan agar status gizi anak tetap dalam kondisi baik sebagai berikut.

  1. Berikan makanan yang bergizi seimbang. Itu artinya, makanan yang mengandung protein dari sumber hewani dan nabati, serta kandungan zat besi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

  2. Pemberian ASI secara eksklusif selama minimal 6 bulan akan menjaga status gizi anak, mengingat ASI merupakan sumber utama nutrisi bagi anak sejak lahir.

  3. Lengkapi vaksinasi anak sesuai jadwal dengan anjuran WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pemberian vaksinasi ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak agar terhindar dari penyakit.

  4. Menjaga kebersihan lingkungan secara teratur sangat penting karena lingkungan yang tidak higienis dapat meningkatkan risiko anak terkena penyakit.

Demikian informasi lengkap mengenai status gizi menurut WHO. Jadi, jangan lupa pastikan asupan nutrisi anak diberikan dengan optimal agar status gizinya pun baik sesuai usia si Kecil.

Mama juga bisa berikan asupan nutrisi tambahan dari susu pertumbuhan terfortifikasi seperti susu Nutrilon Royal 3.

Nutrilon Royal 3 adalah Bekal untuk si Kecil Menang karena memiliki prebiotik FOS:GOS 1:9 paling tinggi dan telah teruji klinis mendukung daya tahan tubuh si Kecil.

Nutrilon Royal 3 juga mengandung nutrisi esensial yang lebih tinggi dari produk sejenis yaitu DHA, Omega 3, Omega 6, vitamin A, vitamin E untuk bantu optimalkan tumbuh kembang si Kecil. Nutrilon Royal 3 tersedia dalam dua pilihan rasa lezat yang pasti disukai si Kecil yaitu yaitu vanilla dan madu.

  1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020. (n.d.). https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660187306_961415.pdf
  2. Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 3(2). https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/98
  3. ‌Gizi. (2019). Unicef.org. https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi
  4. ‌Tentukan Status Gizi Anak, Tak Cukup Bandingkan Berat dan Panjang Badan. (2018). Jatengprov.go.id. https://jatengprov.go.id/publik/tentukan-status-gizi-anak-tak-cukup-bandingkan-berat-dan-panjang-badan/
  5. ‌IDAI | Kurva Pertumbuhan WHO. (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/professional-resources/kurva-pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who
  6. ‌Malnutrition in children. (2022). Who.int. https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/malnutrition-in-children
  7. ‌IDAI | Mengapa Ibu harus menyusui ? (2013). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengapa-ibu-harus-menyusui-2
  8. ‌Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan Indonesia - Direktorat P2PTM. (2013). Direktorat P2PTM. https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia
  9. ‌IDAI | Mencegah Anak Berperawakan Pendek. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mencegah-anak-berperawakan-pendek
  10. ‌Superadmin. (2019, March 28). Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting
  11. Pentingnya Mengukur Status Gizi Anak secara Rutin. (2023). Kemkes.go.id. https://ayosehat.kemkes.go.id/pentingnya-mengukur-status-gizi-anak-secara-rutin
  12. Lib.ui.ac.id. Retrieved September 29, 2023, from https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314222-S_Sarah%20Salim%20S.%20Alatas.pdf
  13. ‌Iis Susanti, Rindit Pambayun, & Fatmalina Febry. (2023). Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Umur 2-5 Tahun pada Keluarga Petani di Desa Pelangki
comment-icon comment-icon