Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
hindari-penyebab-anak-kurang-gizi-untuk-perkembangan-yang-optimal_large
Kesehatan

Penyebab dan Ciri Anak Kurang Gizi yang Perlu Diwaspadai

Article Oleh : Febriyani Suryaningrum 15 Januari 2020

Setiap orangtua pasti ingin anaknya tumbuh dan berkembang dengan optimal. Namun, terkadang asupan yang masuk ke dalam tubuh anak tidak sebanding dengan angka kebutuhan gizi hariannya. Mungkin karena si Kecil picky eater, sering sakit, atau kalau makan tidak teratur. 

Apabila hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama, mungkin tanpa disadari anak mengalami kurang gizi. Kondisi ini cukup berbahaya karena dapat menyebabkan gagal tumbuh, Ma

Penyebab Anak Kurang Gizi Penyebab Anak Kurang Gizi 

Kurang gizi adalah kondisi dimana tubuh anak tidak mendapatkan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan hariannya.  

Di Indonesia permasalahan gizi didominasi oleh kejadian kurang gizi dan anak di bawah usia 5 tahun (balita) merupakan kelompok yang paling rentan mengalami kondisi ini. 

Kejadian kurang gizi pada anak umumnya disebabkan oleh pola makan yang buruk atau ada masalah kesehatan yang membuat tubuh si Kecil kesulitan untuk menyerap nutrisi dengan sempurna. 

Penjelasan lengkap mengenai penyebab anak kurang gizi dapat Mama temukan di bawah ini: 

1. Picky Eating

Masalah picky eating (suka pilih-pilih makan) cukup umum terjadi pada usia anak-anak. Namun, apabila setiap hari ia hanya mau mengonsumsi jenis makanan yang sama dan kebiasaan ini  tidak segera dibenahi, lama-kelamaan anak dapat mengalami kurang gizi. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak picky eater mengalami kekurangan asupan kalori, lemak, dan protein harian sehingga menyebabkan pertumbuhan berat dan badannya terhambat. Bahkan, anak usia di bawah 3 tahun yang picky eater terancam mengalami underweight.  

Nah, ada banyak penyebab anak menjadi picky eater, salah satunya adalah orang tua tidak membiasakan anak untuk mencoba makanan dengan berbagai variasi rasa dan tekstur sejak dini. 

Atau orang tua langsung menghentikan proses pengenalan makanan baru ketika si Kecil menolak. Padahal umumnya si Kecil baru bisa menerima dan menikmati makanan baru ketika sudah mencobanya sebanyak 10 hingga 15 kali. 

Baca juga: Balita Susah Makan? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

2. Kebiasaan Mengemut Makanan

“Ayo, dong, dikunyah makanannya, jangan diemut terus.” Mungkin Mama sering sekali mendengar orang tua lain mengeluhkan hal ini. Atau mungkin Mama juga mengalaminya? 

Kebiasaan mengemut makanan termasuk ke dalam salah satu perilaku sulit makan anak. Apabila terjadi dalam waktu yang berkepanjangan dapat mengakibatkan penurunan asupan kalori yang dibutuhkan tubuh. 

Defisit kalori pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, hingga status gizi anak. 

Mengemut makanan sendiri biasanya disebabkan oleh perilaku pemberian makan yang kurang tepat. Sebab banyak orang tua yang hanya berfokus pada kuantitas makan anak. 

Jadi, seberapa lama pun anak makan akan dituruti. Yang penting isi pirinya habis. Jadi, proses makan bisa sampai 1 jam lebih. 

Supaya si Kecil tidak terus menerus mengemut makanannya, pastikan Mama membatasi waktu makan maksimal selama 30 menit. Walaupun makanannya belum habis, setelah 30 menit Mama perlu menyingkirkan piring dan mengakhiri sesi makan.  

Penyebab lain dari mengemut makanan adalah adanya distraksi saat si Kecil makan seperti film yang diputar di tablet, iklan yang lewat di televisi, atau mainan. 

Hal itu membuat perhatian anak teralih sehingga ia “lupa” jika sedang makan dan harus mengunyah. Oleh karena itu, pastikan Mama menyingkirkan semua distraksi supaya si Kecil fokus makan.  

Selain itu, anak juga cenderung mengemut makanan ketika teksturnya kurang menantang dan rasanya kurang enak. Jadi, Mama dapat mencoba membuat makanan yang lebih bervariasi. 

4. Kehilangan Nafsu Makan 

Nafsu makan yang rendah dapat membuat si Kecil tidak mau makan dan kadang melakukan GTM (gerakan tutup mulut). 

Hal ini dapat menyebabkan asupan nutrisi harian si Kecil kurang. Defisit nutrisi yang berkepanjangan dan tidak mendapatkan penanganan serius tentu dapat menyebabkan status gizi si Kecil buruk. 

Penyebab anak kehilangan nafsu makan ada bermacam-macam, Ma. Namun, penyebab utama si Kecil kehilangan nafsu makan biasanya adalah jadwal makan yang tidak konsisten.

Padahal perut si Kecil memiliki waktu pengosongan lambung yang teratur. Waktu pengosongan lambung inilah yang akan mempengaruhi timbulnya rasa lapar dan kenyang. 

Ketika waktu makan si Kecil terlalu dekat, ia tidak akan merasa lapar dan tidak akan mau membuka mulut ketika disodori makanan. 

Misalkan Mama atau pengasuh memberikan makanan utama hanya 10 menit setelah anak minum susu. Tentu saja ia tidak bernafsu untuk makan. 

Kemudian satu jam kemudian si Kecil sudah merasa lapar, namun makanan utama belum siap dan ia kembali minum susu agar merasa kenyang. Kebiasaan ini nantinya akan membuat nafsu anak semakin berkurang. Batasi pemberian susu 500-600 ml dalam sehari. 

Baiknya, Mama membuat jadwal makan yang konsisten dengan jarak 3 jam per waktu makan.

Baca juga: Ketika Balita Menolak Makan Sayur

5. Interaksi yang Kurang Harmonis 

Tahukah Mama bahwa makan bukan hanya tentang menyuapkan nasi dan lauk ke mulut anak. Makan adalah sebuah proses belajar dan pemberian kasih sayang. 

Sayangnya terkadang Mama atau pengasuh kurang memperhatikan hal ini. Akibatnya pemberian makan hanya bertujuan untuk membuat perut si Kecil kenyang. 

Hal ini dapat menurunkan motivasi anak untuk makan dan jika semakin ekstrim dapat menyebabkan terjadinya kurang gizi. 

Agar si Kecil lebih semangat makan, Mama, Papa, dan Pengasuh si Kecil perlu menerapkan metode responsive feeding. 

Di sini Mama perlu menyuapi si Kecil sambil melakukan kontak mata dan mengajak anak berkomunikasi. Ajak si Kecil mendeskripsikan rasa makanan dan memuji betapa pintarnya ia mengunyah makanan hingga lembut saat makan wortel yang renyah. 

Atur juga waktu untuk makan bersama keluarga, mungkin setiap makan malam atau sarapan supaya motivasi makan si Kecil meningkat. 

6. Jatuh Sakit 

Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan tubuh anak kesulitan dalam menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Contohnya adalah penyakit Crohn dan yang menyebabkan sebagian saluran pencernaan si Kecil mengalami peradangan. 

Bukan hanya menyebabkan tubuh gagal menyerap nutrisi dari makanan, namun sakit yang diderita secara berkepanjangan juga dapat menyebabkan nafsu makan si Kecil turun. 

Misalkan gangguan pada sistem pencernaan dengan keluhan mual, muntah, atau diare dapat membuat si Kecil kehilangan nafsu makan dan ketakutan untuk makan. Karena ketika makan ia akan kembali merasakan gangguan tersebut.

7. Infeksi Berkepanjangan

Terkadang si Kecil mengalami infeksi berkepanjangan atau kondisi kesehatan lain yang membuat tubuh membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk proses penyembuhan. 

Namun, seperti yang Mama ketahui, anak yang sedang sakit umumnya kehilangan nafsu makan sehingga asupan nutrisi hariannya justru menurun. 

Kondisi ini perlu segera mendapatkan perhatian sebab dapat menyebabkan anak kurang gizi. Dan ketika tubuhnya dalam kondisi lemah dan kekurangan nutrisi, ia juga rentan terserang infeksi baru, Ma.

Baca juga: Nutrisi Terbaik untuk Perkembangan Daya Tahan Tubuh Si Kecil

Ciri-Ciri Anak Kurang Gizi 

Anak bisa dikatakan kurang gizi jika berat dan tinggi badan di bawah rata-rata. Ini bisa dilihat dari hasil pengukuran BB/TB terhadap status gizinya menggunakan indeks antropometri, yaitu berat berdasarkan usia (BB/U) yang menunjukkan tingkat underweight, tinggi berdasarkan usia (TB/U) yang menunjukkan tingkat stunting, dan berat berdasarkan tinggi (BB/tinggi badan) yang menunjukkan tingkat wasting.

Masing-masing indeks antropometri ini diperlihatkan dalam standar deviasi unit (z-score) dari median populasi referensi World Health Organization-National Center for Health Statistics (WHO-NCHS). Secara umum, nilai cut off z score pada Grafik Pertumbuhan Anak dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang tercatat kurang dari -2 SD termasuk sebagai malnutrisi.

Selain itu, anak yang kekurangan asupan gizi umumnya akan menunjukkan tanda-tanda yang mudah Mama kenali, antara lain: 

  • Kehilangan berat badan selama beberapa bulan berturut-turut. 

  • Menunjukkan perubahan sikap seperti lebih rewel, lebih lambat, atau lebih gelisah. 

  • Lebih mudah lelah daripada teman-teman sebayanya. 

  • Mengalami gangguan perkembangan sehingga dapat membuat kesulitan belajar. 

  • Terlalu pendek untuk usianya. 

  • Terlihat terlalu kurus. 

  • Perutnya terlihat buncit. 

  • Kulitnya pucat, menebal, atau kering. 

  • Mudah memar. 

  • Kulitnya mengalami ruam gatal.

  • Pigmen kulitnya mengalami perubahan. 

  • Helaian rambutnya tipis, keriting, dan mudah dicabut. 

  • Persendiannya terasa nyeri.

  • Tulang lebih rapuh.

  • Lidah mungkin membengkak, berkerut atau pecah-pecah.

  • Kesulitan melihat di dalam cahaya rendah.

  • Lebih sensitif terhadap cahaya.  

Dampak Kurang Gizi pada Anak

Anak kurang gizi memerlukan perhatian khusus dan mendapatkan perbaikan asupan nutrisi secepat mungkin. Pasalnya, kondisi ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang serius pada anak, antara lain: 

1. Wasting 

Wasting adalah kondisi dimana seiring berjalannya waktu berat badan anak menurun dengan drastis sehingga berada jauh di bawah kurva pertumbuhan. Apabila diukur, anak akan terlalu kurus dibandingkan dengan tinggi badannya. 

2. Stunting 

Kekurangan zat gizi secara kronis dapat menyebabkan stunting pada anak. Stunting sendiri  merupakan kondisi dimana anak memiliki tinggi badan yang rendah jika dibandingkan dengan umurnya. 

Namun, anak stunting tidak selalu terlihat kurus ya, Ma. Anak stunting bisa memiliki berat badan yang normal atau bahkan terlihat lebih gemuk dari teman sebayanya. Tapi bisa dipastikan anak stunting pasti lebih pendek daripada teman-teman sebayanya. 

3. Underweight

Selain menyebabkan wasting dan stunting, kekurangan gizi kronis juga dapat menyebabkan anak mengalami underweight alias kegagalan mencapai berat badan ideal. 

Kegagalan anak mencapai berat badan ideal ini kemudian juga dapat mengganggu laju pertumbuhan tinggi badan anak dalam jangka waktu tertentu. 

4. Kwashiorkor

Apabila si Kecil kekurangan asupan protein parah secara berkepanjangan ia dapat mengalami kondisi yang disebut dengan nama kwashiorkor. 

Kwashiorkor menyebabkan badan si Kecil retensi terhadap cairan dan perutnya membengkak. Dengan begitu, perut si Kecil terlihat buncit.

Menurut penelitian, 37% anak usia  2-4 tahun menolak untuk makan daging. Apabila si Kecil menunjukkan perilaku ini, jangan dibiarkan, ya. 

Mama perlu segera mencari sumber protein hewani lain yang lebih disukai si Kecil agar kebutuhan hariannya terpenuhi. 

Baca juga: Manfaat Protein untuk Anak, Jenis, dan Contoh Makanannya

5. Marasmus 

Ketika si Kecil kekurangan asupan makronutrien sumber energi seperti karbohidrat, protein, dan lemak, ia mungkin akan mengidap marasmus. Sebuah kondisi yang membuat hilangnya lemak dan otot di bawah kulit tubuh. 

Kondisi ini membuat si Kecil tampak kurus, berat badannya dibawah ideal, dan pertumbuhannya terhambat. 

6. Anemia Defisiensi Besi

Kekurangan asupan zat besi (iron) dapat menyebabkan si Kecil mengalami anemia defisiensi besi.

Ada banyak dampak negatif yang akan dialami si Kecil ketika ia kekurangan asupan zat besi. Bahkan beberapa dari dampak negatif tersebut bersifat jangka panjang dan sulit untuk diatasi. 

Namun, secara umum kekurangan zat besi yang berlangsung lama dan tidak diatasi dapat menyebabkan anak lebih lambat dalam berpikir, mengalami gangguan perilaku dan emosi, hingga gangguan motorik. 

7. Daya Tangkap Kurang

Menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh PubMed Central, kekurangan gizi ternyata dapat menghambat proses mielinisasi, yaitu pembentukan selaput selubung otak yang berfungsi menghantarkan informasi dari otak ke jaringan tubuh. 

Apabila proses mielinisasi terganggu, maka proses penghantaran informasi menjadi lebih lambat. Hal ini membuat anak tidak bisa berpikir dengan cepat.

Selain itu, kekurangan nutrisi juga dapat menghambat perkembangan otak anak secara keseluruhan. Akibatnya anak akan memiliki fokus, daya ingat, daya belajar, dan kemampuan visual-spasial yang buruk. 

Apabila tidak segera dilakukan intervensi, gangguan kognitif tersebut dapat berlangsung dalam waktu panjang dan mempengaruhi kemampuan kecil dalam belajar.

Baca juga: 9 Manfaat Omega 3 untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Cara Menangani Kekurangan Gizi pada Anak

Agar si Kecil terhindar dari kurang gizi, pastikan setiap piringnya berisi makanan sehat kaya akan karbohidrat, protein, lemak sehat, serat, vitamin dan mineral dengan porsi yang seimbang. 

Jangan lupa juga bentuk kebiasaan makan yang baik sehingga anak makan secara teratur setiap hari dan mendapatkan sumber energi yang dapat dimanfaatkan tubuh si Kecil untuk bermain, belajar, dan tumbuh dengan optimal.

Selain melalui makanan, Mama juga dapat terus memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi optimal dari susu pertumbuhan terfortifikasi Nutrilon Royal 3 sebagai Bekal si Kecil untuk Menang.

Susu Nutrilon Royal 3 dilengkapi dengan dengan formula ACTIDUOBIO+, yaitu perpaduan FOS:GOS rasio 1:9 paling tinggi dan teruji klinis serta omega 3 & 6, zat besi, dan DHA yang bantu mendukung tumbuh kembang dan daya tangkap anak.

Jika Mama masih punya pertanyaan lebih lanjut seputar nutrisi dan tumbuh kembang anak, yuk unduh e-book eksklusif Nutrisi dan Gizi untuk Imunitas Anak sekarang. Gratis!

  1. Chao, H.-C. (2018). Association of Picky Eating with Growth, Nutritional Status, Development, Physical Activity, and Health in Preschool Children. Frontiers in Pediatrics, 6. https://doi.org/10.3389/fped.2018.00022

  2. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1673/stunting-vs-wasting-pada-anak#:~:text=Wasting%20adalah%20kondisi%20anak%20yang,badan%20(akut)%20dan%20parah.

  3. Rokom. (2017, February 16). Status Gizi Balita dan Interaksinya. Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-dan-interaksinya/

  4. Malnutrition. (2021, August 8). Hopkinsmedicine.org. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/malnutrition

  5. NHS Choices. (2023). Overview - Malnutrition. https://www.nhs.uk/conditions/malnutrition

  6. ‌Chao, H.-C. (2018). Association of Picky Eating with Growth, Nutritional Status, Development, Physical Activity, and Health in Preschool Children. Frontiers in Pediatrics, 6. https://doi.org/10.3389/fped.2018.00022

  7. IDAI | SULIT MAKAN PADA BAYI DAN ANAK. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/sulit-makan-pada-bayi-dan-anak

  8. IDAI | Makan kok diemut sih ? (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/makan-kok-diemut-sih

  9. IDAI | Penanganan kesulitan makan (Feeding Difficulty) pada Si Kecil. (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/penangan-kesulitan-makan-feeding-difficulty-pada-si-kecil

  10. IDAI | Pentingnya Mengatur Jadwal Makan Anak. (2015). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak

  11. Clinic, C. (2022). Loss Of Appetite: Causes & Treatment - Cleveland Clinic. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/24228-loss-of-appetite

  12. Schaible, U. E., & Stefan. (2007). Malnutrition and Infection: Complex Mechanisms and Global Impacts. PLOS Medicine, 4(5), e115–e115. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.0040115

  13. NHS Choices. (2023). Causes - Malnutrition. https://www.nhs.uk/conditions/malnutrition/causes/#:~:text=Some%20health%20conditions%20that%20can,as%20chronic%20obstructive%20pulmonary%20disease)

  14. Clinic, C. (2022). Kwashiorkor: Definition, Symptoms, Causes & Diagnosis - Cleveland Clinic. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23099-kwashiorkor

  15. Clinic, C. (2022). Marasmus: Definition, Symptoms & Causes - Cleveland Clinic. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23296-marasmus#:~:text=Marasmus%20is%20a%20deficiency%20of%20all%20macronutrients%2C%20while%20kwashiorkor%20is,lack%20protein%20in%20their%20diet.

  16. Kar, B. R., Rao, S. L., & Chandramouli, B. (2008). Cognitive development in children with chronic protein energy malnutrition. Behavioral and Brain Functions, 4(1), 31–31. https://doi.org/10.1186/1744-9081-4-31

comment-icon comment-icon