Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
5-penyakit-umum-yang-sering-dialami-balita_large
Kesehatan

6 Penyakit Umum yang Sering Dialami Balita

Article Oleh : dr. Natharina 15 Januari 2020

Review Expert: dr. Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, SpA

Selama usia bayi hingga prasekolah, umumnya anak akan mengalami 6-8 kali sakit per tahun. Berikut adalaha 5 penyakit umum yang sering dialami balita dan cara menanganinya.

6 Penyakit yang Paling Sering Menginfeksi Balita

Kondisi kesehatan balita bisa terjadi karena antibodi yang si Kecil dapatkan dari Ibu selama kehamilan hanya bertahan selama 6-12 bulan pertama. Akibatnya, sistem imunnya yang belum matang menyebabkan ia rentan sakit.

Sistem imun yang matang baru tercapai saat usia anak 5 tahun. Selain itu, lingkungan juga memperbesar kemungkinan anak sakit, seperti asap rokok dan paparan kuman di tempat penitipan anak atau sekolah. Terdapat 5 kondisi sakit yang sering dialami anak, yaitu:

1. Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA)

Kondisi ini biasanya disertai dengan gejala berupa pilek, batuk dan demam. Demam pada ISPA bisa mencapai 39-40oC dan sering membuat ibu merasa khawatir. Umumnya ISPA disebabkan oleh virus, sehingga si kecil akan sembuh dengan sendirinya selama 7-10 hari. Pengobatan ISPA biasanya berupa obat-obatan untuk meringankan gejala dan tidak memerlukan antibiotik.

Yang perlu ibu lakukan bila si kecil mengalami ISPA antara lain mengompres jika demam, memberikan obat penurun panas, obat batuk-pilek, memberikan minuman lebih banyak dari biasa, dan memperhatikan perjalanan gejala si kecil. Jika gejala semakin berat, seperti sesak napas berat, napas cepat, batuk disertai darah, dan demam yang disertai kejang, sebaiknya segera bawa si kecil ke dokter.

Ibu juga perlu mengajarkan si Kecil untuk menutup hidung saat bersin dan menutup mulut saat batuk agar anggota keluarga lain tidak tertular.

Did you know?

”Makanan yang kaya akan berbagai jenis nutrisi akan membantu pembentukan sistem imunitas si Kecil dan berpengaruh pada kesehatan jangka panjangnya. Ketahui selengkapnya di sini.

2. Bintik Merah pada Kulit

Umumnya bintik merah yang muncul di kulit anak disebabkan oleh penyakit yang cukup beragam namun tidak berbahaya. Bintik merah dapat menjadi tanda penyakit yang disebabkan virus, bakteri, parasit, reaksi alergi, atau gangguan pembuluh darah.

Namun terdapat 3 kondisi yang paling sering terjadi dengan tanda bintik merah, yaitu infeksi virus yang tidak spesifik, campak, dan cacar. Infeksi virus yang tidak spesifik (viral exanthema) seringkali menimbulkan gejala bintik merah pada tubuh, lengan, dan tungkai tanpa bentuk yang spesifik. Tidak ada gejala khas pada infeksi ini, namun anak dapat mengalami demam, menggigil, batuk, pilek, gelisah, dan sulit makan.

Lain halnya pada campak, bintik merah umumnya timbul pertama kali di bagian wajah atau belakang telinga dan menyebar ke bawah. Campak seringkali disertai pilek, nyeri tenggorok, dan mata merah. Bintik merah pada cacar berbeda dengan bintik pada campak. Pada cacar, bintik merah akan menyerupai jerawat yang berisi cairan dan terasa gatal.

Bintik merah karena penyakit-peyakit tersebut umumnya tidak berbahaya dan akan menghilang dalam 7 hari. Ibu bisa memberikan obat penurun panas jika si kecil demam dan obat oles pereda gatal jika anak terus menerus menggaruk kulit. Sebaiknya ibu tetap membawa anak ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain serta mendapatkan pengobatan yang sesuai.

4. Gangguan Percernaan

Salah satu masalah pencernaan yang sering dialami anak adalah konstipasi. Konstipasi atau sulit buang air besar (BAB) dapat disebabkan oleh kurangnya makanan berserat, obat-obatan tertentu, sering menahan keinginan BAB, atau gangguan usus.

Untuk mengatasi ini, ibu dapat mencoba menambah makanan berserat (sayur dan buah), memastikan asupan air cukup dan mengajari anak untuk tidak menahan BAB. Anak perlu dibawa ke dokter jika konstipasi berlangsung lebih dari 2 minggu atau disertai gejala demam, muntah, penurunan berat badan, pembengkakan perut, atau darah pada feses.Sedangkan pemberian obat pencahar sebaiknya sesuai instruksi dokter.

5. Keracunan

Balita selalu memiliki rasa ingin tahu dan ingin mengeksplorasi keadaan sekitarnya. Anak seringkali memasukkan berbagai benda ke dalam mulut sehingga dapat terjadi keracunan. Bahan beracun yang berbahaya antara lain obat-obatan, produk pembersih rumah, pestisida, gas, dan minyak tanah. Selain tertelan, bahan beracun juga dapat mengenai kulit, atau mata. Cara penanganan pertama yang dapat ibu lakukan bila si kecil keracunan, bergantung pada jenis keracunan.

Jika bahan racun tertelan, segera minta anak untuk membuang sisa bahan yang masih terdapat di dalam mulut. Hindari memaksa anak untuk memuntahkan bahan racun yang sudah terlanjur tertelan atau memberikan sirup perangsang muntah. Muntah meningkatkan risiko tersedak (bahan racun memasuki saluran napas) yang menimbulkan bahaya lebih besar.

Selain itu, beberapa bahan racun yang berifat kaustik (dapat melarutkan) dapat menyebabkan kerusakan selaput lendir kerongkongan dan mulut jika dimuntahkan. Contoh bahan kaustik adalah cairan pemutih atau pembersih yang mengandung amonia.

Bila terkena bahan beracun pada kulit, segera buka baju anak dan bilas dengan air hangat selama 15 menit. Begitu pula bila bahan beracun terkena daerah mata. Bersihkan mata menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Setelah melakukan pertolongan pertama, sebaiknya anak segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan.

6. Terjatuh

Anak yang jatuh merupakan hal yang wajar. Sebab saat proses perkembangan anak, yakni saat anak belajar berjalan, berlari atau melompat, ada kalanya ia terjatuh. Jatuh pada anak umumnya bersifat ringan dan hanya menyebabkan luka kecil atau lebam.

Namun, sebagian kecil kejadian jatuh dapat berakibat fatal. Jatuh yang menyebabkan luka kecil hanya memerlukan perawatan luka, seperti pencucian luka dengan air dan pemberian antiseptik. Lebam akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.

Beberapa jenis jatuh yang memerlukan perhatian khusus antara lain jatuh yang mengenai kepala dan jatuh dari ketinggian. Bila hal ini terjadi, sebaiknya ibu segera memeriksa seluruh anggota badan anak, apakah ada luka serius, kemungkinan tulang yang patah, atau kehilangan kesadaran. Jika tidak ada kelainan dan anak bersikap normal, maka kemungkinan besar tidak berbahaya. Tetap awasi anak selama 24 jam berikutnya.

Namun, segera bawa anak ke dokter jika tidak sadar, mengalami perdarahan, kejang, menangis atau muntah terus-menerus, serta terdapat tanda patah tulang.

Baca Juga: Mencegah Penyakit Bagi Si Kecil

  • Fashner J, Ericson K, Werner S. Treatment of the Common Cold in Children and Adults. Am Fam Physician. 2012 Jul 15;86(2):153-159.
  • Kenny T, Sambrook J. Common Cold (and Other Upper Respiratory Infections).
  • NHS. Skin rashes in children.
  • National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease [NIDDK]. Constipation in Children. 
  • American Academy of Pediatrics [AAP]. Poison Prevention and Treatment Tips: National Poison Prevention Week. 2014 
  • New Zealand National Poisons Center. Vomiting - First Aid for Poisoning? - An Incorrect Assumption. 2013. 
  • World Health Organization [WHO]. World report on child injury prevention: Children and falls. 2014. 
comment-icon comment-icon