Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
Waspadai Keterlambatan Perkembangan Anak

Tumbuh Kembang

Waspadai Keterlambatan Perkembangan Anak


Setiap anak yang bertambah usia, tentu akan mengalami pertambahan berat badan dan tinggi badan. Mama dan Papa juga perlu mengetahui perkembangan sang buah hati ya. Sebenarnya, setiap anak memiliki proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Seringkali Mama dan Papa tidak menyadari ketika sang buah hati mengalami keterlambatan perkembangan.

Keterlambatan perkembangan anak dapat terjadi pada satu ranah perkembangan saja atau dapat pula lebih dari satu ranah perkembangan. Keterlambatan perkembangan anak secara umum atau global developmental delay adalah keadaan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan. Secara umum, ranah perkembangan anak yang penting diketahui antara lain motorik kasar, motorik halus, bahasa atau bicara, penglihatan, personal sosial, emosional atau kemandirian, dan kemampuan berpikir/kognitif. Istilah global developmental delay biasanya digunakan untuk anak berusia pra-sekolah di bawah lima tahun.2 Oleh karena itu, sebagai orang tua tentu mengetahui lebih lanjut tanda bahaya (red flags) keterlambatan perkembangan anak, kondisi ini bisa segera tertangani ya, Ma.

Sebelum kita mengetahui tanda bahaya keterlambatan perkembangan anak, kita harus mengetahui terlebih dahulu tahapan perkembangan anak menurut usia.3-9

Usia 0-3 bulan

  1. Mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
  2. Mengikuti objek dengan mata.
  3. Terkejut terhadap suara keras.
  4. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
  5. Menahan benda yang ada dalam genggaman.

Usia 3-6 bulan

  1. Berbalik dari telungkup ke posisi terlentang.
  2. Mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
  3. Mulai belajar meraih benda yang berada dalam jangkauannya.
  4. Mengarahkan matanya pada benda kecil.
  5. Menggenggam pensil.

Usia 6-9 bulan

  1. Sudah bisa duduk.
  2. Sudah mampu merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
  3. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
  4. Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
  5. Mengeluarkan kata tanpa arti ma, ba (bubbling).
  6. Takut pada orang asing.

Usia 9-12 bulan

  1. Mulai bisa berdiri.
  2. Dapat berjalan dengan dituntun.
  3. Menirukan bunyi yang didengar.
  4. Bisa bicara 2-3 suku kata.
  5. Memasukan benda ke mulut.
  6. Mengerti perintah sederhana dan mampu berpartisipasi dalam permainan.
  7. Mengulang menirukan bunyi yang didengar.

Usia 12-18 bulan

  1. Bisa berjalan.
  2. Bisa menyebut papa, mama.
  3. Menyusun dua kubus.
  4. Menggelindingkan bola.
  5. Belajar makan sendiri.
  6. Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
  7. Memperlihatkan rasa cemburu/ bersaing.

Usia 18-24 bulan

  1. Dapat menyusun empat kubus.
  2. Dapat menjawab bila ditanya.  
  3. Dapat naik kursi tanpa pertolongan.  
  4. Berjalan menuruni anak tangga.
  5. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
  6. Belajar makan dan minum sendiri.

Usia 2-3 tahun

  1. Dapat bermain dan menendang bola sambil berlari.
  2. Meminta/menunjukkan makanan.
  3. Meniru pekerjaan orang lain.
  4. Mencoret pada kertas.
  5. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua benda atau lebih.

Tanda Bahaya (Red Flags) Keterlambatan Perkembangan Anak Secara Umum

Berikut ini adalah tanda bahaya secara umum keterlambatan pada anak.2-8

Tanda bahaya keterlambatan perkembangan motor kasar

  1. Terdapat gerakan asimetris dan tidak seimbang pada anggota tubuh kanan dan kiri.
  2. Masih terdapat refleks primitif yang muncul pada saat bayi hingga bayi berusia lebih dari enam bulan (refleks primitif dapat Mama tanyakan ke dokter saat pemeriksaan anak).
  3. Gangguan tonus otot yang berlebih/berkurang.
  4. Gangguan refleks tubuh yang berlebih/berkurang.
  5. Muncul gerakan yang tidak terkontrol.

Tanda bahaya gangguan motor halus

  1. Tangan bayi masih menggenggam setelah usia empat bulan.
  2. Saat usia satu tahun, ditemukan dominasi aktivitas pada satu tangan saja.
  3. Masih melakukan eksplorasi oral seperti memasukan mainan ke dalam mulut secara dominan di atas usia 14 bulan.
  4. Perhatian dan penglihatan yang tidak konsisten.

Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)

  1. Kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda yang kurang pada usia 20 bulan.
  2. Tidak mampu membuat frase/kalimat yang bermakna setelah usia 24 bulan.
  3. Orang tua masih belum bisa mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.

Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)

  1. Ketidak konsistenan perhatian dan respons terhadap suara atau bunyi, contohnya saat dipanggil tidak selalu memberi respons.
  2. Kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan yang kurang dengan orang lain pada usia 20 bulan.
  3. Masih sering mengulang ucapan orang lain setelah usia 30 bulan.

Tanda bahaya keterlambatan perkembangan anak secara sosio-emosional

  1. 6 bulan: masih sulit tersenyum dan mengekspresikan kesenangan lainnya.
  2. 9 bulan: masih kurang mengeluarkan suara dan menunjukkan ekspresi wajah.
  3. 12 bulan: saat dipanggil namanya tidak merespon.
  4. 15 bulan: belum bisa mengucapkan kata.
  5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura.
  6. 24 bulan: belum terucap gabungan dua kata yang berarti.
  7. Segala usia: tidak mampu babbling, bicara atau kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi.

Tanda bahaya gangguan kognitif

  1. 2 bulan: kurangnya fixation.
  2. 4 bulan: kemampuan mata mengikuti gerak benda masih kurang.
  3. 6 bulan: belum merespons dan mencari sumber suara jika ada suara di sekitarnya.
  4. 9 bulan: belum bisa babbling seperti mama, baba.
  5. 24 bulan: belum bisa mengucapkan kata yang berarti.
  6. 36 bulan: belum dapat mengucapkan dan merangkai 3 kata atau lebih.

Pada anak usia 0-3 tahun merupakan masa emas untuk tumbuh kembang sang buah hati. Oleh karena itu, pemantauan yang menyeluruh akan membuat masa emas tersebut bisa dilalui secara maksimal dan sebagai orang tua tentu harus peka dan rajin dalam memantau perkembangan sang buah hati. Jika Mama dan Papa mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan anak, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak untuk mencari tahu penyebab dan penanganan selanjutnya.

  1. Ramadhini. Penting tahu, begini tahapan tumbuh kembang anak usia 0-2 tahun. [Internet]. Nakita.id; 2018  [cited 2021 Sep 16]. Available from: https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2018/02/05/3727636701.jpg 
  2. Medise BE. Mengenal keterlambatan perkembangan umum pada anak [Internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2013 [updated 2013 Sep 5; cited 2021 Sep 16]. Available from: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak 
  3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.
  4. Goldson E, Reynolds A. Child development & behavior. In: Hay JRW, editors. Current diagnosis and treatment Pediatrics. 22nd Ed. New York: Mc Graw-Hill Education; 2014. p. 199 -230.
  5. Glascoe FP, Marks KP, Bauer NS. Developmental behavioral screening and surveillance. In: Kliegman RM, editors. Nelson Text book of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2016. p. 90-100.
  6. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Edisi kedua. Jakarta: ECG; 2013. p 61-72.
  7. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Concerned about your child’s development? [Internet]. Atlanta: CDC; 2021[cited 2021 Sep 16]. Available from: https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/concerned.html
  8. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Milestone checklist [Internet]. Atlanta: CDC; 2021 [cited 2021 Sep 16]. Available from: https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/pdf/checklists/Checklists-with-Tips_Reader_508.pdf 
  9. Irwanto. Skrining pertumbuhan dan perkembangan anak. In: Prosiding Pediatric Clinical Update 2018. Surabaya: CV Saga Jawadwipa; 2018. p. 34-50.
comment-icon comment-icon