Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

8 Ciri-Ciri Stunting pada Anak dan Cara Mencegahnya - Nutriclub
Tumbuh Kembang

8 Ciri-Ciri Stunting pada Anak dan Cara Mencegahnya

Article Oleh : Febriyani Suryaningrum 03 April 2023

Mama perlu mengetahui ciri-ciri stunting pada anak agar bisa mencegah risiko ini terjadi pada si Kecil. Sebab, stunting masih menjadi masalah gizi yang perlu perhatian khusus di Indonesia karena dampaknya begitu besar pada tumbuh kembang dan kesehatan anak. 

Yuk, simak selengkapnya di artikel ini, Ma.

Ciri-Ciri Stunting pada Anak

Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis (terjadi berkelanjutan dalam jangka waktu panjang) yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak.

Melansir Kemenkes, stunting menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. 

Anak bisa dikatakan stunting jika telah diukur tinggi badannya tapi hasilnya tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO atau di bawah rata-rata.

Berikut beberapa ciri-ciri stunting pada anak yang perlu Mama ketahui.

1. Pertumbuhan Melambat

Salah satu ciri-ciri stunting pada anak adalah pertumbuhan yang melambat. Si Kecil dikatakan pertumbuhannya melambat jika tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tulang anak yang tertunda.

Untuk memastikan pertumbuhan badannya sudah sesuai kurva pertumbuhan, anak perlu mendapatkan pemeriksaan fisik rutin di dokter atau rumah sakit. Pemeriksaan ini biasanya juga sudah termasuk pengukuran berat badan dan lingkar kepala anak.

2. Keterlambatan Perkembangan Kognitif

Dalam jangka panjang, anak-anak yang mengalami stunting berisiko memiliki gangguan perkembangan dan kemampuan kognitif yang lebih buruk di awal kehidupannya sehingga cenderung memiliki performa akademis yang lebih rendah dibanding anak-anak yang bertumbuh normal.

Akibat kekurangan gizi yang berkelanjutan, stunting dapat membuat anak kesulitan untuk berkonsentrasi, sulit menangkap informasi, dan tidak mampu mencerna pelajaran secara mendalam. Pengaruh kemampuan kognitif yang menurun ini bisa berdampak pada performa anak belajar di sekolah.

3. Pertumbuhan Gigi Terlambat

Selanjutnya, ciri-ciri stunting pada anak adalah pertumbuhan gigi yang terlambat. Meski demikian, pertumbuhan gigi yang lambat juga bisa disebabkan oleh masalah gusi atau rahang.

Jika pertumbuhan gigi bayi Mama lambat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui penyebab keterlambatan tumbuh giginya.

4. Berat Badan Kurang

Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki berat badan kurang atau bahkan sangat kurang. Masalah berat badan ini terjadi karena anak kekurangan nutrisi, kurang mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, dan metabolisme tubuh yang rendah. Efek berat badan yang turun ini bisa memberi efek buruk pada pertumbuhan si Kecil.

5. Mudah Terserang Penyakit

Ciri-ciri stunting pada anak yang mungkin belum banyak disadari orang tua adalah mudah terinfeksi penyakit. Menurut sebuah studi dari Frontiers in Immunology tahun 2022, anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko yang lebih besar terhadap komplikasi serius akibat penyakit infeksi. Ini terjadi karena malnutrisi dapat menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh.

6. Kulit, Kuku, dan Rambut Tidak Sehat

Ketika si Kecil mengalami kekurangan gizi kronis, tubuh akan mulai menguraikan nutrisi yang tersimpan dalam jaringan tubuh. Dengan begitu tubuh mendapatkan energi untuk melanjutkan fungsinya.

Biasanya penguraian dimulai dari lemak kemudian berlanjut ke jaringan otot, kulit, rambut dan kuku. Hal tersebut membuat kulit anak tampak kering dan tidak sehat. Biasanya juga akan muncul ruam dan lesi kulit. 

Rambut si Kecil juga akan menjadi lebih rapuh, lebih mudah rontok, dan kehilangan pigmennya. Jadi, rambut si Kecil berwarna kemerahan dan terlihat tidak sehat. 

7. Wajah Tampak Lebih Muda 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ciri-ciri stunting anak yang utama adalah ia akan tumbuh lebih lambat daripada teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, walaupun proporsi tubuhnya mungkin terlihat normal, tetapi tinggi badannya berada di bawah rata-rata dan wajahnya bisa terlihat lebih muda. 

Hal ini menyebabkan anak stunting sering disangka beberapa tahun lebih muda dari usia sesungguhnya. 

8. Menunjukkan Gangguan Perilaku

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh National Library of Medicine, anak dengan gangguan asupan nutrisi cenderung memiliki perilaku yang buruk. 

Hal ini berhubungan dengan ketidakoptimalan perkembangan otak yang membuat anak memiliki kemampuan kognitif lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang.  

Padahal, kemampuan kognitif turut mempengaruhi kemampuan kognisi anak, yaitu proses mental untuk memahami stimulus atau informasi yang didapatkan dari sekitarnya. 

Karena kemampuan kognitif yang buruk, si Kecil menjadi sulit dalam menanggapi suatu stimulus dengan perilaku semestinya. Salah satu gangguan perilaku yang kerap muncul adalah psikososial dan hiperaktivitas, Ma. 

Baca Juga: Ketahui Tinggi Badan Anak yang Ideal Sesuai Usianya

Penyebab Stunting pada Anak

Menurut IDAI, stunting disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan antara lain status gizi Mama saat hamil, kebiasaan makan anak, dan kebersihan lingkungan.

Sementara menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), stunting juga dapat disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, malnutrisi, infeksi berulang, dan stimulasi yang tidak memenuhi syarat.

Cara Mencegah Stunting pada Anak

Fase 1000 Hari Pertama Kehidupan anak merupakan masa kritis pertumbuhan dan perkembangannya. Pada tahap ini, organ-organ vital seperti seperti tulang, otak, jantung, kaki, dan tangannya mulai berkembang.

Oleh karena itu, Mama perlu melakukan pemantauan tumbuh kembang si Kecil secara rutin untuk mencegah terjadinya stunting.

Stunting memiliki dampak panjang pada anak, misalnya berkurangnya kemampuan belajar, memperlambat perkembangan kognitif, dan risiko terkena penyakit kronis seperti hipertensi, kelebihan berat badan, dan diabetes.

Maka itu, Mama perlu mengetahui berbagai cara pencegahan agar anak terhindar dari stunting. Berikut daftar cara mencegah stunting pada anak.

1. Pemeriksaan Kehamilan Secara Rutin

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari awal kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, sangat penting melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin dan memperhatikan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang sejak masa kehamilan.

Nutrisi yang baik untuk ibu hamil meliputi makanan yang kaya zat besi, asam folat, dan yang terpenting, pola makan bergizi seimbang.

2. Pantau Pertumbuhan dan Perkembangan Si Kecil

Cara mencegah stunting adalah dengan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin setiap sebulan sekali. Mama bisa membawa si Kecil ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain seperti posyandu.

Dengan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK), dokter dapat mengantisipasi segala risiko yang mungkin terjadi dan merencanakan penanganan yang tepat pada anak.

3. Memberikan Makanan yang Bergizi Seimbang

Perkembangan anak akan lambat jika kekurangan zat gizi seperti protein hewani, protein nabati, dan zat besi dalam makanannya. Oleh karena itu, sangat penting memenuhi nutrisi harian pada si Kecil.

Anak-anak sangat membutuhkan protein karena dapat memengaruhi perkembangannya sejak dini.

Menurut Kementerian Kesehatan, anak yang diberi asupan protein setiap hari secara optimal dan cukup sesuai usianya akan memiliki perawakan badan yang lebih tinggi dibanding dengan anak yang mengonsumsi lebih sedikit protein. 

Melansir Kemkes, anak yang asupan proteinnya optimal dan tercukupi setiap hari sesuai usianya memiliki perawakan badan yang lebih tinggi dibanding dengan anak yang jarang makan protein.

Sumber protein hewani dapat diperoleh dari daging sapi, daging ayam, hati ayam, dan telur. PERGIZI PANGAN Indonesia mengatakan bahwa memberikan makanan untuk anak 1 tahun berupa satu butir telur sehari efektif mencegah stunting. Jadi, pastikan anak mendapatkan jumlah protein yang tepat sesuai usianya.

Mama juga bisa melengkapi kebutuhan gizi harian si Kecil dengan asupan optimal dari dampingan susu pertumbuhan seperti Nutrilon Royal 3 Actiduobio+

Nutrilon Royal 3 adalah Bekal untuk si Kecil Menang karena diperkaya formulasi ACTIDUOBIO+ dengan kombinasi FOS:GOS 1:9 yang paling tinggi dan telah teruji klinis mendukung daya tahan tubuh si Kecil.

Nutrilon Royal 3 juga mengandung nutrisi esensial lainnya seperti Omega 3 & 6 serta zat besi dan DHA untuk bantu optimalkan tumbuh kembang si Kecil. 

Baca Juga: Tabel Berat Badan Ideal Anak Usia 1-5 Tahun Menurut WHO

4. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Stunting bisa terjadi karena faktor eksternal, termasuk lingkungan yang bersih. Pasalnya, lingkungan kotor juga dapat membuat anak mudah terserang penyakit.

Oleh karena itu, selalu jaga kebersihan dan terapkan kebiasaan hidup sehat untuk menghindari risiko keterlambatan tumbuh kembang.

5. Melengkapi Jadwal Imunisasi

Pemberian imunisasi dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga anak terlindungi dari berbagai penyakit. IDAI menyebutkan anak wajib mendapatkan vaksin secara rutin sesuai jadwal dari mulai lahir hingga usia 18 tahun.

  • Program imunisasi dasar meliputi sebagai berikut.

  • Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC.

  • Imunisasi Hepatitis B untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit Hepatitis B.

  • Imunisasi Polio mencegah anak dari penyakit Poliomyelitis yang menjadi penyebab kelumpuhan pada anak.

  • Imunisasi DPT, mencegah penyakit difteri, pertussis, dan tetanus.

  • Imunisasi Campak untuk mencegah anak dari virus campak.

Itu dia informasi mengenai ciri-ciri stunting pada anak dan berbagai cara yang bisa Mama lakukan untuk mencegahnya. Mama juga bisa mengetahui lebih banyak informasi seputar imunitas dan nutrisi yang tepat untuk si Kecil dengan mengunduh e-book Nutrisi dan Gizi untuk Imunitas Anak secara gratis. Yuk, download sekarang!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. IDAI | Mencegah Anak Berperawakan Pendek. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mencegah-anak-berperawakan-pendek

  2. ‌Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan Indonesia - Direktorat P2PTM. (2013). Direktorat P2PTM. https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia

  3. ‌World. (2015, November 19). Stunting in a nutshell. Who.int; World Health Organization: WHO. https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell

  4. ‌Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1519/ciri-anak-stunting

  5. ‌Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486

  6. Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%. (2023). Sehatnegeriku.kemkes.go.id. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/ 

  7. ‌Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak

  8. ‌Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting

  9. ‌IDAI | Memberi Makan pada Bayi: Kapan, Apa, dan Bagaimana? (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memberi-makan-pada-bayi-kapan-apa-dan-bagaimana

  10. IDAI | Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1). (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1

  11. Clinic, C. (2022). Malnutrition: Definition, Causes, Symptoms & Treatment. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22987-malnutrition

  12. Superadmin. (2023). Unit Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kemkes.go.id. https://upk.kemkes.go.id/new/4-gejala-stunting-yang-harus-diwaspadai

  13. Liu, J., Raine, A., Venables, P. H., & Mednick, S. A. (2004). Malnutrition at Age 3 Years and Externalizing Behavior Problems at Ages 8, 11, and 17 Years. American Journal of Psychiatry, 161(11), 2005–2013. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.161.11.2005

Artikel Terkait