Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
Gangguan Kognitif Anak - nutriclub
Tumbuh Kembang

Gangguan Kognitif pada Anak: Penyebab, Jenis, Perawatannya

Article Oleh : Galih 08 Februari 2024

Gangguan kognitif adalah jenis gangguan tumbuh kembang yang cukup umum terjadi pada anak dan dapat dikenali sejak usia 2 tahun. Gangguan ini wajib ditangani dengan tepat.

Apa itu Gangguan Kognitif?

Gangguan kognitif adalah penurunan fungsi otak yang berkaitan dengan cara berpikir, nalar, memproses dan memahami informasi, mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.

Gangguan fungsi kognitif disebut juga dengan cognitive impairment atau disabilitas intelektual.

Beberapa contoh gangguan fungsi kognitif adalah:

  • Terlambat mencapai milestone motorik di usianya, seperti terlambat duduk, terlambat berjalan.

  • Terlambat bicara (speech delay), kesulitan berbahasa, atau kesulitan berbicara.

  • Tidak memiliki perbendaharaan kata sebanyak anak seusianya.

  • Anak kesulitan mengingat sesuatu.

  • Anak kesulitan menafsirkan informasi dari panca indranya, misal.

  • Anak sulit memahami aturan-aturan sosial.

  • Anak sulit melihat hasil dari tindakan mereka

  • Anak kesulitan untuk memecahkan masalah.

Gangguan pada fungsi kognitif menyebabkan anak mengalami keterlambatan perkembangan karena ia cenderung belajar lebih lambat dibanding anak lainnya.

Gangguan fungsi kognitif juga berdampak pada keterampilan mental dan sosial, seperti cara berkomunikasi, mengurus diri sendiri, dan  menyelesaikan tugas harian. 

Selain itu, gangguan kognisi berkaitan dengan masalah pada penginderaan, persepsi, dan asosiasi.

Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kognitif pada Anak

Gangguan kognitif adalah jenis gangguan tumbuh kembang yang dipengaruhi beragam faktor saling berkaitan.

Penyebab utamanya adalah kelainan kromosom/sindrom genetik. Anak dapat mewarisi gen abnormal atau kelainan kromosom dari orang tua yang berpengaruh pada fungsi kognitif. 

Beberapa faktor penyebab lain yang dapat meningkatkan risiko anak terhadap gangguan fungsi kognitif adalah: 

  • konsumsi narkoba saat hamil.

  • keracunan logam berat (timbal, merkuri, atau lainnya) selama kehamilan.

  • keracunan pestisida saat kehamilan.

  • mengidap infeksi saat hamil.

  • anak tertular meningitis atau batuk rejan yang tidak tertangani.

  • lahir prematur.

  • janin tidak berkembang baik selama di dalam rahim (IUGR).

  • anak lahir kekurangan oksigen (asfiksia atau birth asphyxia).

  • mengalami penyakit kuning saat bayi.

  • Mama memiliki riwayat kecelakaan atau cedera fisik selama kehamilan.

  • anak memiliki riwayat trauma fisik seperti cedera otak akibat kecelakaan.

  • anak memiliki riwayat pelecehan atau kekerasan yang dialami di usia dini.

Perkembangan kognitif anak di usia dini juga dipengaruhi oleh sejumlah hal yang terkait dengan konsumsi gizi, situasi sosial-ekonomi, dan kemudahan akses pelayanan medis.

Aspek-aspek lain, seperti kondisi kesehatan anak, termasuk penyakit genetik dan infeksi, juga memiliki dampak pada perkembangan kognitifnya.

Baca Juga: 6 Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif Anak

Masalah Apa yang Terjadi Jika Anak Mengalami Gangguan Kognitif?

Fungsi kognitif sangat penting karena berkaitan langsung dengan kemampuan anak berpikir, belajar, dan memahami dunia sekitarnya.

Ketika anak memiliki fungsi kognitif yang optimal, ia dapat lebih mudah menyerap informasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat.

Semua hal ini membantu proses belajarnya di sekolah dan membantu si Kecil tumbuh menjadi individu yang pintar dan mandiri.

Selain itu, fungsi kognitif yang baik juga memengaruhi kemampuan anak dalam berinteraksi sosial.

Dengan pemahaman yang kuat terhadap situasi dan orang di sekitarnya, anak dapat lebih efektif berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman-teman mereka.

Jika perkembangan kognitif anak terganggu, kemampuan anak untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dan mengatasi masalah dapat terpengaruh. 

Dilansir dari laman Paudpedia Kemdikbud, gangguan fungsi kognitif dapat membuat anak kesulitan belajar di sekolah karena sulit memahami informasi, menanggapi instruksi, atau mengingat.

Gangguan kognitif juga dapat membuat anak kesulitan berinteraksi secara sosial,  berkomunikasi, dan berinteraksi dengan teman-teman.

Baca Juga: Aspek Kognitif dalam Perkembangan Otak Si Kecil

Tanda-Tanda Gangguan Fungsi Kognitif

Tanda-tanda keterlambatan kognitif bisa meliputi:

  • Kesulitan memperhatikan, bahkan untuk waktu yang singkat.

  • Ketidakmampuan untuk duduk diam dalam waktu lama.

  • Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas, seperti pekerjaan rumah atau ujian menulis.

  • Memori buruk ketika mengingat fakta yang dipelajari atau instruksi tertulis multi-langkah.

  • Keterampilan mendengarkan yang lemah dan kesulitan dalam mengingat instruksi lisan.

  • Kesulitan dalam membaca, mengeja, dan pemahaman bahasa.

  • Perbendaharaan kosakata tidak sebanyak anak di usianya.

  • Kesulitan memahami kosakata.

  • Masalah dengan konsep abstrak dalam matematika.

  • Kesulitan merencanakan dan memprioritaskan.

Dilansir dari Stanford Medicine Children Health, semakin serius gangguan fungsi kognitif anak, semakin awal gejala atau tanda-tandanya dapat Mama amati. 

Jenis-Jenis Gangguan Kognitif pada Anak

Ada beberapa jenis gangguan fungsi kognitif yang dapat memengaruhi anak-anak. Setiap kondisinya dapat memiliki dampak yang bervariasi, tergantung tingkat keparahan dan jenisnya.

Berikut adalah beberapa jenis gangguan fungsi kognitif pada anak:

1. Gangguan Perkembangan Inteligensi (Intellectual Developmental Disorder)

Gangguan ini melibatkan keterbatasan dalam fungsi intelektual yang menyebabkan intelegensi anak di bawah rata-rata.

Kondisi ini dapat mencakup keterlambatan bicara, hingga masalah atau gangguan belajar.

Gangguan perkembangan intelegensi juga mungkin mencakup gangguan pemrosesan pendengaran dan pemrosesan visual.

Gangguan pemrosesan pendengaran adalah ketika anak kesulitan mendengar perbedaan antara suara membaca, memahami, dan bahasa.

Gangguan pemrosesan visual adalah ketika anak kesulitan menafsirkan informasi visual dari bacaan, matematika, peta, bagan, simbol, atau gambar.

2. Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder)

Autisme (ASD) adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi cara anak berinteraksi, berkomunikasi dengan orang lain, belajar, dan berperilaku.

Menurut buku panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), anak-anak dengan ASD mungkin juga memiliki minat terbatas dan menunjukkan pola perilaku berulang.

Kondisi ini yang kemudian menyulitkan anak dalam beraktivitas, baik itu di sekolah, pertemanan, maupun bidang kehidupan lainnya.

2. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah gangguan kognitif yang menyebabkan anak sulit memfokuskan perhatiannya pada suatu hal.

Dengan kata lain, anak dapat mengalami kesulitan mengerjakan satu tugas dari awal sampai akhir karena range atensinya rendah.

Kondisi ini juga ditandai kecenderungan perilaku impulsif dan hiperaktif secara berlebihan.

Perilaku impulsif dan hiperaktif membuat anak sulit untuk fokus memperhatikan detail, duduk diam dalam waktu lama, atau mengikuti arahan.

3.  Gangguan Pembelajaran

Gangguan pembelajaran dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam menguasai keterampilan akademis tertentu.

Gangguan fungsi kognitif ini termasuk disleksia (kesulitan membaca dan mengeja), disgrafia (kesulitan menulis), dan diskalkulia (kesulitan belajar matematika).

Ini juga termasuk disfasia, yaitu kesulitan berbahasa dan memahami bahasa secara lisan.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Global Development Delay pada Anak

4. Gangguan Koordinasi (Developmental Coordination Disorder - DCD)

Gangguan ini mempengaruhi kemampuan koordinasi motorik anak, seperti menulis, bersepeda, atau bermain dengan alat-alat permainan.

Gangguan Perkembangan Koordinasi (Developmental Coordination Disorder - DCD) termasuk gangguan kognitif karena memengaruhi kemampuan koordinasi motorik anak.

Koordinasi motorik melibatkan penggunaan otot, gerakan tubuh, dan persepsi sensorik untuk menyelesaikan tugas-tugas fisik sehari-hari.

DCD menyebabkan ketidakmampuan yang signifikan dalam mengendalikan gerakan motorik dan dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan seorang anak.

5. Gangguan Kecemasan dan Depresi

Gangguan mental seperti kecemasan dan depresi juga termasuk masalah pada fungsi kognitif, karena mempengaruhi kemampuan konsentrasi, motivasi, dan interaksi sosial anak.

6. Gangguan Tic

Tic adalah kondisi anak yang membuat gerakan atau suara secara tidak disengaja dan sulit dikendalikan.

Gangguan tic termasuk dalam kategori gangguan fungsi kognitif karena melibatkan kontrol impulsif yang terkait dengan gerakan atau suara yang tidak disengaja.

Meskipun gejalanya bersifat fisik atau vokal, gangguan tic memiliki komponen kognitif yang mempengaruhi pemikiran dan kendali diri anak.

Bagaimana Cara Mengatasi Gangguan Kognitif pada Anak?

Perawatan untuk gangguan fungsi kognitif biasanya melibatkan berbagai spesialis dan dukungan orang tua.

Setiap jenis gangguan fungsi kognitif memiliki rencana perawatan medis yang berbeda, tapi berikut adalah beberapa metode umum yang dapat digunakan:

1. Intervensi Pendidikan Khusus

Anak-anak dengan gangguan fungsi kognitif mungkin memerlukan pendidikan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ini bisa mencakup program pembelajaran individual, dukungan guru tambahan, atau penyesuaian dalam metode pengajaran.

2. Terapi Bicara (Speech and Language Therapy)

Speech therapy dapat membantu meningkatkan keterampilan berbahasa dan komunikasi pada anak dengan autisme yang kesulitan komunikasi atau anak yang mengalami speech delay.

3. Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)

Beberapa gangguan kognitif, seperti ADHD atau gangguan tingkah laku, dapat merespons baik terhadap terapi perilaku.

Ini melibatkan pembentukan pola perilaku positif dan pengelolaan tantangan perilaku.

4. Terapi Okupasi (Occupational Therapy)

Terapis okupasi dapat membantu anak-anak dengan gangguan perkembangan motorik atau koordinasi melalui latihan dan aktivitas yang meningkatkan keterampilan motorik dan fungsi harian.

5. Pemberian Obat-obatan

Dalam beberapa kasus, pengobatan mungkin diperlukan, terutama untuk gangguan seperti ADHD.

Penggunaan obat-obatan harus diawasi secara ketat oleh tim dokter dan harus diintegrasikan dengan pendekatan lainnya.

6. Dukungan Psikososial

Anak-anak dengan gangguan fungsi kognitif mungkin memerlukan dukungan psikososial untuk mengatasi tantangan emosional dan sosial mereka.

Konseling atau terapi psikologis dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan mengatasi masalah emosional.

7. Keterlibatan Keluarga

Melibatkan keluarga dalam proses perawatan sangat penting.

Penyuluhan kepada orangtua tentang cara mendukung anak di rumah dan bagaimana cara menyediakan lingkungan yang mendukung perkembangan kognitif sangat bermanfaat untuk si Kecil.

8. Perubahan Gaya Hidup dan Pola Makan

Pemeliharaan gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang bergizi seimbang, dapat memiliki dampak positif pada perkembangan kognitif anak.

Beberapa jenis nutrisi penting untuk otak adalah omega-3 serta DHA dan EPA, yang juga harus diimbangi dengan asupan makronutrisi seperti protein dan lemak hingga vitamin dan mineral.

Makanan sehat juga mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus (probiotik) yang berperan memproduksi neurotransmitter seperti serotonin, yang dapat memengaruhi fungsi kognitif.

Dilansir laman Riley Child Development Center di Indiana University Health, apabila anak mengalami gangguan kognitif, sebaiknya Mama segera memeriksakan si kecil ke dokter spesialis anak. 

Mama juga bisa bertanya langsung pada tim Nutriclub Expert Advisor yang siap menjawab pertanyaan Mama seputar tumbuh kembang anak sampai stimulasi dan asupan gizi yang tepat.
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma!

  1. Michigan Alliance for Families (2024) Cognitive Impairment. Available at
  2. https://www.michiganallianceforfamilies.org/cognitive-impairment/
  3. Stanford Medicine Children;s Health (2023) Cognitive Development in the Teen Years. Available at  https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=cognitive-development-90-P01594#
  4. Paudpedia Kemdikbud (2023) Dampak stunting Terhadap Perkembangan Kognitif Anak. Available at https://paudpedia.kemdikbud.go.id/galeri-ceria/ruang-artikel/dampak-stunting-terhadap-perkembangan-kognitif-anak?ref=MTQ4Mi0wZmI4YWVkMA==&ix=NDctNGJkMWM0YjQ=#:~:text=Pertumbuhan%20kognitif%20yang%20lambat%20di,serta%20bermain%20bersama%20rekan%20sebaya 
  5. The Warren Center. (2023). What are Cognitive Developmental Delays. The Warren Center | Non-Profit Organization in Richardson, Texas. Available at: https://thewarrencenter.org/help-information/cognitive/what-are-cognitive-developmental-delays/ 
  6. Intellectual & Cognitive Disability. (n.d.). Riley Children’s Health. Available at: https://www.rileychildrens.org/health-info/intellectual-cognitive-disability 
  7. Help Me Grow. (2020). Help Me Grow MN. Helpmegrowmn.org. Available at: https://helpmegrowmn.org/HMG/HelpfulRes/Articles/WaysEncourageCognitiveDev/index.html
  8. Cleveland Clinic. (2017). Attention Deficit Disorder (ADHD) | Cleveland Clinic. Cleveland Clinic. Available at:  https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4784-attention-deficithyperactivity-disorder-adhd
  9. National Institute of Mental Health. (2023). Autism spectrum disorder. National Institute of Mental Health. Available at: https://www.nimh.nih.gov/health/topics/autism-spectrum-disorders-asd 
  10. Kemp, G., Smith, M., & Segal, J. (2019, March 12). Learning Disabilities and Disorders. HelpGuide.org. Available at: https://www.helpguide.org/articles/autism-learning-disabilities/learning-disabilities-and-disorders.htm 
comment-icon comment-icon