- Pembahasan dalam artikel :
- Mengenal ADHD pada Anak
Tahukah Mama apa itu ADHD? ADHD adalah gangguan perilaku pada anak dengan gejala yang dapat meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian, sulit fokus (mudah teralih), impulsif, dan hiperaktivitas. ADHD adalah gangguan perilaku yang disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf.
Perubahan perilaku yang timbul akibat gangguan sistem saraf perlu penanganan lebih spesifik dibandingkan perubahan perilaku yang diakibatkan oleh faktor sosial dan lingkungan. Yuk, kenali tanda-tanda Perilaku ADHD sejak dini yang telah dirangkum oleh Tim Ahli Nutriclub.
Mengenal ADHD pada Anak
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang terjadi pada anak-anak.
Gangguan ini umumnya terdiagnosis ketika anak berada usia sekolah, sebelum usia 12 tahun, sebab di sekolah anak sering menunjukkan ketidakmampuan untuk fokus dan memiliki masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
ADHD ditemukan pada 6,5% anak-anak dan 2,7% pada remaja. Insiden ADHD 2-3 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Namun, terkadang ADHD tidak terdiagnosis saat usia anak-anak dan terbawa sampai mereka dewasa dan walaupun saat usia dewasa gejala ADHD berkurang, namun efek negatifnya masih terasa.
Menurut data, diperkirakan 70-80% pasien anak dengan ADHD akan memperlihatkan gejala yang sama hingga remaja. Gejala ini biasanya akan mereda seiring dengan bertambahnya umur.
Hanya 10-20% anak ADHD yang dapat mencapai usia dewasa tanpa membawa gejala-gejala ini serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan apapun.
Gejala ADHD pada Anak
Salah satu tanda utama ADHD yang umum dikenali adalah soal masalah fokus. Akan tetapi, tidak semua anak yang terlihat tidak bisa fokus pasti memiliki gangguan ADHD. Sebab pada umumnya, anak-anak di usia ini mereka masih memiliki energi yang besar sehingga lebih suka bergerak aktif untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Lalu seperti apa gejala yang umumnya dimiliki anak ADHD? Kapan Mama harus waspada?
Mama perlu waspada ketika seiring bertambahnya usia kemampuan fokus, mendengar, dan menunggu anak memburuk sehingga menciptakan berbagai permasalahan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
Berikut tiga gejala utama yang umumnya muncul pada anak ADHD dan perlu Mama waspadai:
1. Sulit Menyelesaikan Tugas Sederhana
Anak-anak memang belum memiliki durasi fokus yang lama seperti orang dewasa. Berikut adalah rentang fokus yang dimiliki oleh anak usia 1-12 tahun:
-
Usia 2 tahun: 4-6 menit.
-
Usia 3 tahun: 6-8 menit.
-
Usia 4 tahun: 8-12 menit.
-
Usia 5-6 tahun: 12-18 menit.
-
Usia 7-8 tahun: 16-24 menit.
-
Usia 9-10 tahun: 20-30 menit.
-
Usia 11-12 tahun: 25-35 menit.
Kemampuan untuk fokus dan mengontrol diri dengan baik akan dikuasai oleh si Kecil perlahan-lahan sesuai dengan pertambahan usianya serta dukungan dari orang-orang terdekat anak seperti orang tua dan guru.
Namun ketika anak tampak mudah terdistraksi, tidak menghiraukan lawan bicara, tidak mengikuti petunjuk, sulit menyelesaikan tugas, mudah teralihkan, dan pelupa, ini bisa jadi pertanda ia memiliki ADHD.
Anak yang memiliki ADHD juga umumnya sering melewatkan detail-detail penting, terlalu banyak melamun, dan terlalu sering menunda-nunda pekerjaan. Hal ini biasanya akan mengganggu anak dalam proses belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Baca Juga: 18 Cara Melatih Fokus Anak yang Efektif Diterapkan di Rumah
2. Anak Bersikap Hiperaktif
Gejala ini meliputi anak selalu tampak bersemangat, bicara berlebihan, tidak dapat duduk tenang, sulit dalam menunggu giliran, selalu gelisah, tidak dapat diajak duduk untuk waktu lama, berlarian atau memanjat di situasi yang tidak sesuai, menghentakkan tangan atau kaki dan tidak dapat bermain dengan tenang.
Hiperaktivitas yang dialami anak dengan ADHD pun umumnya meningkatkan risiko cedera karena mereka cenderung tidak bisa diam.
3. Anak Bersikap Impulsif
Gejala ini ditandai dengan perilaku berisiko tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya. Anak dengan ADHD sering melakukan sesuatu tanpa izin sehingga dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Selain itu, umumnya sifat impulsif pada anak ADHD juga ditunjukkan dengan ketidakmampuan si Kecil dalam menunggu sehingga ia menginterupsi kegiatan orang lain. Contohnya menginterupsi Mama yang sedang berbicara dengan Nenek tanpa mau tahu apapun.
Si Kecil juga mungkin melakukan tindakan seperti mendorong atau mencengkeram orang lain, mengambil barang yang bukan milik mereka tanpa izin atau melakukan tindakan berisiko lainnya.
Sifat impulsif pada anak ADHD bisa juga ditandai dengan munculnya reaksi emosional yang berlebihan untuk suatu situasi tertentu.
Itulah beberapa gejala yang umumnya ditunjukkan oleh anak yang mengalami ADHD.
Oh iya Ma, seperti yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, ADHD lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Hal tersebut diakibatkan oleh model penampakkan gejala ADHD.
Pada anak perempuan, mereka cenderung hanya menunjukkan gejala kurang perhatian saja dan tidak terlalu menunjukkan perilaku yang mengganggu atau merusak.
Perilaku mengganggu dan merusak lebih sering ditunjukkan oleh anak laki-laki sehingga gejala ADHD terlihat lebih jelas. Oleh karena itu, Mama perlu lebih cermat dalam memperhatikan perilaku si Kecil sehari-hari.
Baca juga: Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Tips Stimulasinya
Ketika mencurigai atau menjumpai gejala-gejala ADHD di atas pada anak, jangan pernah menyimpulkan sendiri ya, Ma. Baiknya segera kunjungi dokter spesialis anak untuk mendapatkan pemeriksaan medis serta diagnosa dan penanganan yang tepat.
Tipe ADHD dan Diagnosis ADHD
Berdasarkan American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual edisi V (DSM-5), ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. ADHD Dominan Masalah Atensi
Jenis ADHD yang gejalanya dominan masalah atensi disebut juga sebagai Predominantly Inattentive Presentation. Umumnya ADHD tipe ini menunjukkan gejala:
-
Sering gagal dalam memberikan perhatian ketat terhadap hal-hal kecil atau membuat kecerobohan dalam beraktivitas
-
Memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian saat menjalankan tugas tertentu
-
Sering tidak terlihat mendengar saat sedang berbicara secara langsung
-
Sering tidak mengikuti perintah dengan lengkap dan gagal dalam mengerjakan tugas
-
Memiliki masalah dalam mengatur jadwal kegiatan
-
Sering menghindari atau tidak menyukai melakukan tugas yang memerlukan usaha mental yang cukup lama (misalkan mengerjakan pekerjaan rumah)
-
Sering kehilangan barang-barang yang penting untuk menjalankan tugas
-
Mudah terpecah konsentrasi
-
Pelupa dalam menjalankan kegiatan sehari-hari
2. ADHD Dominan Hiperaktivitas dan Impulsivitas
ADHD tipe ini juga disebut dengan nama Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Untuk dikatakan positif mengidap ADHD tipe ini, anak setidaknya harus mengalami gejala yang sama selama 6 bulan.
Sedangkan khusus bagi remaja yang berusia 16 tahun harus memenuhi setidaknya 6 gejala selama 6 bulan. Kemudian, untuk remaja di atas usia 17 tahun harus setidaknya memenuhi 5 gejala selama 6 bulan.
Berikut daftar gejalanya:
-
Sering membuat gerakan-gerakan kecil atau menepuk-nepukkan tangan atau kaki, atau gelisah bila duduk.
-
Sering meninggalkan tempat duduk dalam situasi yang mengharuskannya duduk.
-
Sering berlari atau memanjat pada situasi yang tidak seharusnya (atau merasa gelisah saat remaja atau dewasa).
-
Sering tidak dapat bermain atau melakukan hobi dengan tenang.
-
Sering banyak gerak seperti dikendalikan dinamo.
-
Sering banyak berbicara.
-
Sering menjawab sebelum selesai diberikan pertanyaan.
-
Sering bermasalah dalam menunggu giliran.
-
Sering menginterupsi orang lain.
3. ADHD Tipe Campuran
Pada ADHD tipe Campuran atau Combined Presentation ADHD, gejala yang timbul merupakan campuran dari ADHD tipe Predominantly Inattentive Presentation dan Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Gejala dari kedua jenis ADHD tersebut umumnya muncul secara seimbang.
Selain menilai dari gejala yang muncul, Mama juga harus memperhatikan ketentuan berikut:
-
Gejala harus sudah ada sebelum anak berusia dua belas tahun.
-
Muncul dalam dua atau lebih situasi (misalkan rumah, sekolah, tempat kerja, pergaulan).
-
Terdapat bukti yang jelas bahwa gejala tadi mempengaruhi fungsi hidup sehari-hari.
Walaupun tampaknya mudah, namun dokter spesialis anak atau dokter spesialis kesehatan jiwa harus ekstra hati-hati dalam mendiagnosis si Kecil dengan ADHD.
Mereka harus memastikan bahwa tidak ada gangguan mental lain pada si Kecil. Pasalnya, gangguan kecemasan pada anak dapat menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan ADHD.
Bila si Kecil terbukti menderita gangguan mental lain, misalkan gangguan cemas, maka diagnosis ADHD dapat langsung disingkirkan. Oleh karena perlunya akurasi yang tinggi, maka diagnosis ini sebaiknya diputuskan oleh dokter.
Penanganan ADHD pada Anak
Empat metode terapi yang diperlukan oleh anak dengan ADHD adalah terapi psikoedukasi, terapi perilaku, terapi perilaku kognitif, dan pelatihan keterampilan sosial. Pada beberapa kasus, obat-obatan mungkin juga diperlukan dan bisa dilanjutkan hingga anak dewasa. Pemilihan obat dilakukan dengan hati-hati sambil memperhatikan gejala yang menonjol pada si Kecil serta efek samping dari masing-masing obat.
Baca juga: Tahap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini
Dan agar Mama selalu update dengan informasi seputar nutrisi, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, yuk daftar di My Nutriclub sekarang juga! Di sini, Mama juga bisa mendapatkan konten-konten digital eksklusif seperti Podcast, E-book, hingga Kulwap yang dimoderatori langsung oleh para ahli di bidangnya.