Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
pahami-lebih-lengkap-seputar-stunting-pada-balita_large
Kesehatan

Kenali Ciri-Ciri, Penyebab, dan Pencegahan Stunting pada Bayi

Article Oleh : Annisa Amalia Ikhsania 15 Januari 2020

Salah satu faktor yang paling menentukan tumbuh kembang anak adalah asupan nutrisi. Konsekuensi dari pemberian nutrisi yang kurang atau buruk dalam 1000 hari pertama kehidupan bayi dapat berdampak pada sunting yang bersifat ireversibel. Maka dari itu, Mama dan Papa perlu memahami apa itu stunting dan mengenali gejalanya agar dapat melakukan pencegahan yang tepat sedini mungkin. Yuk, pahami lebih lengkap seputar stunting pada bayi dalam artikel ini!

Apa Itu Stunting?

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi secara berkelanjutan dalam jangka panjang yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak.

Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat sehingga lebih rendah dibandingkan standar rata-rata anak seusianya. Oleh karena itu, stunting disebut juga sebagai “gagal tumbuh”.

Oleh karena itu, sangat penting bagi Mama dan Papa untuk mengenali ciri-ciri apa saja yang biasanya muncul ketika si Kecil masuk ke dalam kondisi stunting. Dengan demikian, Mama bisa sesegera mungkin membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis dan bantuan kesehatan terbaik. 

Ciri-Ciri Stunting pada Bayi

Ketika si Kecil mengalami stunting artinya selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya juga memiliki kecerdasan yang lebih rendah dari bayi normal lainnya. Selain itu, bayi stunting lebih mudah menderita penyakit tidak menular ketika dewasa dan memiliki produktivitas kerja yang lebih rendah. Dengan mencegah stunting pada si Kecil sejak dini, Mama turut meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan.

Berikut adalah beberapa ciri stunting secara umum:

1. Pertumbuhan Melambat

Salah satu ciri stunting pada bayi dapat dilihat dari pertambahan panjang atau tinggi badannya. Jadi, ketika pertumbuhannya tidak sesuai dengan kurva standar yang diterbitkan oleh Kemenkes RI, bisa saja si Kecil mengalami stunting. 

Namun, keterlambatan pertumbuhan juga bisa didiagnosis pada anak yang tinggi badannya berada dalam kisaran normal tapi kecepatan pertumbuhannya melambat. 

Untuk memastikan pertumbuhan badannya sudah sesuai kurva pertumbuhan, si Kecil perlu mendapatkan pemeriksaan fisik rutin di dokter atau rumah sakit. Umumnya, pemeriksaan ini sudah termasuk pengukuran berat badan dan lingkar kepala bayi.

Baca Juga: Panduan Berat Badan Bayi Normal Usia 0-12 Bulan

2. Pertumbuhan Gigi Terlambat

Selain pertumbuhan panjang dan tinggi badan, keterlambatan pertumbuhan gigi juga dapat menjadi salah satu indikasi kondisi stunting pada bayi.

Umumnya, si Kecil akan mulai tumbuh gigi saat berusia 8-14 bulan dan berakhir saat usia 5-6 tahun.  Meski begitu, keterlambatan tumbuh gigi juga dapat disebabkan oleh gangguan pada gusi atau tulang rahang. 

Maka untuk memastikannya, Mama perlu membawa anak ke dokter spesialis gigi untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut agar penyebab pastinya terdeteksi dan perawatannya juga tepat guna. 

3. Keterlambatan Perkembangan Kognitif

Apabila tidak segera ditangani, stunting pada anak usia 2 tahun ke bawah dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One menunjukkan bahwa anak stunting memiliki performa yang lebih buruk dalam mengingat informasi, proses pengambilan keputusan, tes kemampuan visual-spasial (kemampuan anak dalam memahami, menganalisis, serta mengerti informasi di sekeliling mereka menggunakan penglihatan). 

4. Mudah Terserang Penyakit

Bayi yang mudah sakit ternyata juga bisa meenandakan ia mengalami kekurangan gizi. Bila kekurangan gizi ini dibiarkan terus terjadi, kondisi si Kecil bisa berkembang menjadi stunting. 

Menurut sebuah studi dari Frontiers in Immunology tahun 2022, anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko yang lebih besar terhadap komplikasi serius akibat penyakit infeksi. Ini terjadi karena malnutrisi dapat menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh.

Penyebab Stunting pada Bayi dan Anak

Stunting sebagian besar disebabkan oleh masalah kekurangan gizi kronis secara berkelanjutan dalam jangka panjang (dari kehamilan sampai usia 24 bulan) , infeksi secara berulang, atau stimulasi yang tidak memenuhi syarat. 

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan tumbuh kembang bayi adalah sebagai berikut:

  • Kesehatan dan gizi Mama yang buruk;

  • Asupan makanan si Kecil yang tidak memadai;

  • Infeksi penyakit. 

Secara khusus, status gizi dan kesehatan Mama meliputi sebelum, selama, dan setelah kehamilan yang ikut berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan awal anak.

Faktor lain dari sisi Mama yang dapat menyebabkan stunting meliputi perawakan anak yang pendek, jarak kelahiran terlalu dekat, dan kehamilan remaja yang mengganggu asupan nutrisi ke janin. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan Mama yang masih remaja. 

Faktor lainnya dari segi nutrisi meliputi asupan makanan untuk si Kecil yang tidak memadai, termasuk pemberian ASI yang belum optimal (non-eksklusif ASI) dan makanan pendamping ASI yang terbatas dalam kuantitas, kualitas dan variasinya.

Cara Mencegah Stunting pada Bayi

Periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak sebenarnya sudah berlangsung sejak Mama masih mengandung hingga si Kecil berusia 2 tahun nanti. 

Memantau tumbuh kembang si Kecil secara berkala merupakan hal yang penting sebagai salah satu cara mencegah stunting pada bayi. 

Terlebih di fase 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah periode penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebab, pada periode ini organ-organ vital seperti tulang, otak, jantung, kaki, dan tangannya mulai terus berkembang.  

Untuk itu, Mama perlu mengetahui berbagai cara pencegahan agar anak tidak mengalami stunting. Berikut daftar cara mencegah stunting pada anak.

1. Periksakan Kehamilan Secara Rutin

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai sejak awal kehamilan sampai anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, sangat penting bagi Mama melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin dan memperhatikan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang sejak masa kehamilan.

Ya! Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting pada bayi. 

Nutrisi yang baik untuk ibu hamil yaitu makanan dengan zat besi tinggi, asam folat, dan yang paling utama adalah menu makan yang bergizi seimbang.

Memperbaiki gizi dan kesehatan bumil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Bumil perlu mendapat makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup. Apabila Mama mendapati berat badan yang berada di bawah normal atau kondisi Kurang Energi Kronis (KEK), maka Mama perlu diberikan asupan makanan tambahan.

Bila perlu, ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

2. Pantau Tumbuh Kembang Bayi

Cara mencegah stunting berikutnya adalah dengan memantau pertumbuhan dan perkembangan si Kecil secara rutin setiap sebulan sekali. Mama bisa membawa bayi ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain seperti posyandu.

Dengan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK), dokter dapat mengantisipasi segala risiko yang mungkin terjadi dan merencanakan perawatan yang tepat untuk anak.

3. Berikan MPASI Berprotein

Mengoptimalkan asupan protein (terutama protein hewani) dan zat besi sejak pertama kali mengenalkan MPASI pada bayi merupakan langkah yang tepat untuk mencegah stunting pada bayi. 

Protein terutama dari sumber hewani harus ada dalam MPASI bayi sejak awal pemberiannya karena kandungan asam aminonya yang lengkap dan paling dibutuhkan anak untuk mencapai tinggi optimalnya.

Melansir Kemkes, anak yang asupan proteinnya optimal dan tercukupi setiap hari sesuai usianya memiliki perawakan badan yang lebih tinggi dibanding dengan anak yang jarang makan protein.

Sumber protein hewani bisa didapat dari daging sapi, daging ayam, hati ayam, dan telur. Pergizi Pangan Indonesia menyebutkan bahwa memberikan satu butir telur pada MPASI si Kecil setiap hari dapat efektif mencegah stunting. Jadi, pastikan si Kecil mendapat asupan protein dalam jumlah yang tepat sesuai dengan usianya ya, Ma.

4. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Stunting bisa terjadi karena faktor eksternal salah satunya kebersihan lingkungan. Lingkungan yang kotor juga bisa menyebabkan si Kecil rentan terkena penyakit.

Oleh karena itu, selalu jaga kebersihan dan menerapkan perilaku hidup sehat untuk menghindari risiko stunting.

Baca Juga: 10 Jenis Olahraga yang Baik untuk Tumbuh Kembang Anak

Itu dia informasi seputar ciri-ciri stunting pada bayi lengkap dengan penyebab dan pencegahannya. Mama juga bisa mengetahui lebih banyak informasi seputar imunitas dan nutrisi yang tepat untuk si Kecil dengan mengunduh e-book Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh di 1000 Hari Pertama secara gratis. Yuk, download sekarang!

  1. World. (2015, November 19). Stunting in a nutshell. Who.int; World Health Organization: WHO. https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell
  2. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1519/ciri-anak-stunting
  3. Admin Website. (2023, January 25). Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/protein-hewani-cegah-stunting
  4. IDAI | Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1). (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1
  5. IDAI | Kapan Anak Mulai Menggosok Gigi? (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kapan-anak-mulai-menggosok-gigi#:~:text=Fase%20pertama%20dimulai%20saat%20pertama,umur%205%2D6%20tahun
  6. Alam, A., Richard, S. A., Shah Mohammad Fahim, Mustafa Mahfuz, Nahar, B., Das, S., Shrestha, B., Koshy, B., Estomih Mduma, Seidman, J. C., Murray-Kolb, L. E., Caulfield, L. E., & Ahmed, T. (2020). Impact of early-onset persistent stunting on cognitive development at 5 years of age: Results from a multi-country cohort study. 15(1), e0227839–e0227839. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0227839
  7. Kuda Mutasa, Tome, J., Rukobo, S., Govha, M., Mushayanembwa, P., Matimba, F. S., Chiorera, C. K., Majo, F. D., Tavengwa, N. V., Batsirai Mutasa, Chasekwa, B., Humphrey, J. H., Ntozini, R., Prendergast, A. J., & Bourke, C. D. (2022). Stunting Status and Exposure to Infection and Inflammation in Early Life Shape Antibacterial Immune Cell Function Among Zimbabwean Children. 13. https://doi.org/10.3389/fimmu.2022.899296
  8. IDAI | Mencegah Anak Berperawakan Pendek. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mencegah-anak-berperawakan-pendek
  9. Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan Indonesia - Direktorat P2PTM. (2013). Direktorat P2PTM. https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia#:~:text=Stunting%20berpotensi%20memperlambat%20perkembangan%20otak,diabetes%2C%20hipertensi%2C%20hingga%20obesitas
  10. Superadmin. (2018, January 26). Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486
comment-icon comment-icon