DDTK adalah pemeriksaan klinis yang mencakup pengukuran fisik dan pemantauan kemampuan motorik, bahasa, serta interaksi sosial anak untuk mengenali masalah tumbuh kembang maupun perilaku anak sejak dini. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi gangguan lebih cepat sehingga penanganan bisa dilakukan tepat waktu.
Apa Itu DDTK?
DDTK singkatan dari deteksi dini tumbuh kembang anak, yakni serangkaian pemeriksaan untuk menemukan penyimpangan atau keterlambatan tumbuh kembang anak sejak dini.
Pemeriksaan DDTK wajib diikuti oleh semua anak mulai dari usia 0 hingga 6 tahun. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di pos PAUD, posyandu, puskesmas, atau rumah sakit.
Melalui DDTK, penanganan bisa segera dilakukan untuk mencegah dampak jangka panjang dan memastikan perkembangan anak tetap optimal.
Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Penting untuk melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak secara berkala agar gangguan atau hambatan pada pertumbuhan dan perkembangan si Kecil bisa terdeteksi lebih awal.
Beberapa manfaat DDTK meliputi:
- Mengetahui bila ada masalah pada pertumbuhan melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala anak.
- Mengenali bila ada gangguan keterlambatan pada perkembangan anak, penglihatan, serta pendengaran.
- Mengetahui bila ada penyimpangan mental emosional, termasuk autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
- Menghindari efek jangka panjang akibat keterlambatan tumbuh kembang.
- Menentukan langkah intervensi medis atau stimulasi dini.
Baca Juga: Mengenal Fase Penting Pertumbuhan Anak Usia Dini
Jenis dan Cara Pemeriksaan DDTK Berdasarkan Aspek yang Dinilai
Jenis-jenis deteksi dini tumbuh kembang anak mencakup pertumbuhan fisik, perkembangan, dan sosial emosional. Berikut tiga indikator yang dinilai dalam pemeriksaan DDTK:
1. Deteksi Penyimpangan Pertumbuhan Fisik
Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan fisik anak adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), tinggi badan menurut usia (TB/U), berat badan menurut usia (BB/U) dan lingkar kepala.
|
Indikator |
Tujuan Pemeriksaan |
Kategori Penilaian |
|
BB/TB |
Menilai status gizi anak |
Obesitas - gizi baik - gizi kurang - gizi buruk |
|
TB/U |
Menilai kondisi perawakan |
Sangat pendek - pendek- normal - tinggi |
|
BB/U |
Menilai berat badan ideal sesuai usia |
Sangat kurang - kurang - normal - lebih |
|
Lingkar kepala |
Memantau pertumbuhan otak |
Mikrosefali - normal - makrosefali |
2. Deteksi Penyimpangan Perkembangan
Selain tubuh yang terus bertambah tinggi dan besar, si Kecil juga mengalami perkembangan kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.
Gangguan pada salah satu sistem tubuh dapat menghambat perkembangan ini. Maka itu, penting bagi Mama untuk memantau perkembangan si Kecil secara rutin, dengan cara:
- Menggunakan Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) dari Kementerian Kesehatan RI.
- Denver Developmental Screening Test (DDST) untuk menilai perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosial.
Jika muncul indikasi keterlambatan, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak agar si Kecil mendapat diagnosis dan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Waspadai Red Flag Perkembangan Bayi Sesuai Usianya
3. Deteksi Penyimpangan Sosial dan Emosional
Penelitian dari Kemenkes RI menunjukkan bahwa secara global sekitar 9% anak memiliki gangguan kecemasan, 11-15% gangguan emosi, dan 9-15% gangguan perilaku.
Sayangnya, anak dengan penyimpangan sosial emosional sering kali justru diberi label negatif oleh orang tua.
Padahal, langkah pertama yang seharusnya dilakukan adalah membawa si Kecil ke tenaga kesehatan ahli untuk mendapatkan deteksi dini.
Menurut Permenkes Nomor 66 Tahun 2014, masalah penyimpangan sosial dan emosional pada anak usia 3–6 tahun dapat dideteksi lebih awal menggunakan Kuesioner Masalah Mental dan Emosi (KMME).
Berikut beberapa contoh penilaian perilaku anak sosial dan emosional dalam KMME:
|
Perilaku yang Perlu Dipantau |
Kapan Perlu Konsultasi |
|
Anak sulit fokus, tidak bisa duduk diam, atau sering melamun |
Jika berlangsung lebih dari 2 minggu dan mengganggu aktivitas belajar atau bermain |
|
Anak sering tantrum, marah berlebihan, atau mudah tersinggung |
Jika frekuensi lebih dari 3 kali per minggu atau sulit dikendalikan |
|
Anak sering menarik diri, enggan bermain, atau tampak murung |
Jika tidak membaik setelah lebih dari 2 minggu, terutama bila disertai perubahan nafsu makan/tidur |
|
Anak tidak menunjukkan ekspresi emosi (tidak tersenyum, tidak menatap mata) |
Jika tetap terjadi setelah usia 12 bulan, bisa menjadi tanda keterlambatan sosial atau autisme |
|
Anak agresif (memukul, menggigit, merusak barang) |
Jika sering dilakukan tanpa alasan jelas dan tidak sesuai usia |
|
Anak kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya |
Jika anak selalu bermain sendiri atau tidak merespons ajakan bermain |
|
Anak memperlihatkan perilaku obsesif atau berulang (menyusun benda terus-menerus dengan urutan tertentu) |
Jika perilaku berulang ini mengganggu aktivitas harian |
|
Anak mudah cemas atau takut terhadap hal yang tidak wajar (misalnya suara keras, keramaian) |
Jika rasa takut membuatnya enggan sekolah, tidur sendiri, atau makan |
|
Anak tampak kehilangan minat bermain, belajar, atau aktivitas favoritnya |
Jika berlangsung lebih dari 2 minggu tanpa penyebab jelas |
|
Anak belum bisa berbagi perhatian (joint attention) — misalnya tidak menunjuk benda yang menarik baginya pada usia >18 bulan |
Jika tidak ada respons sosial ini hingga usia 2 tahun |
|
Anak menunjukkan perilaku seksual yang tidak sesuai usia |
Jika sering terjadi dan tidak bisa dialihkan |
|
Anak sering berbohong, menyalahkan orang lain, atau tidak menunjukkan empati |
Jika perilaku ini menjadi kebiasaan dan makin sering terjadi |
Ingat ya, Ma, tabel ini hanya panduan awal. Diagnosis tetap harus dilakukan oleh psikolog atau dokter anak.
Seberapa Sering Anak Perlu Jalani Pemeriksaan DDTK?
DDTK adalah pemeriksaan rutin sejak lahir hingga usia sekolah untuk memastikan tumbuh kembang anak sesuai usianya dan mendeteksi penyimpangan sedini mungkin.
Pemeriksaan rutin membantu penanganan lebih cepat dan efektif. Menurut IDAI, frekuensi anak usia dini perlu menjalani deteksi dini tumbuh kembang anak yakni:
- Usia 0-12 bulan: 1 bulan sekali
- Usia 1-3 tahun: 3 bulan sekali
- Usia 3-6 tahun: 6 bulan sekali
- Usia 6 tahun ke atas: 1 tahun sekali
Masa 1000 hari pertama kehidupan adalah periode emas yang tidak bisa diulang. Dengan pemeriksaan rutin, Mama dapat memastikan tumbuh kembang si Kecil optimal sejak dini.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Mainan untuk Stimulasi Bayi 10 Bulan
Peran Orang Tua dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Kebanyakan waktu anak dihabiskan bersama orang tua. Itu sebabnya, orang tua punya peran penting dalam mendeteksi gangguan pada tumbuh kembang si Kecil.
Berikut beberapa upaya yang bisa orang tua lakukan dalam deteksi dini tumbuh kembang anak:
- Rutin melakukan penimbangan berat badan, serta pengukuran panjang/tinggi badan dan lingkar kepala.
- Mencatat semua hasil pengukuran ke dalam kurva pertumbuhan sesuai umur dan jenis kelamin anak di buku KIA atau kartu menuju sehat (KMS).
- Observasi perilaku dan perkembangan anak di rumah.
- Aktif berdiskusi dengan tenaga kesehatan bila ada hal yang mengkhawatirkan, khususnya terkait perkembangan anak.
- Melakukan pemeriksaan perkembangan melalui pengamatan langsung oleh petugas kesehatan dan menggunakan kuesioner/lembar jawaban oleh orang tua.
Pastikan Mama terus mendukung 1000 hari pertama kehidupan si Kecil dengan download Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh 1000 Hari Pertama. Mama bisa dapatkan tips lengkap dan panduan dari para ahli untuk bantu si Kecil tumbuh kuat dan sehat sejak dini!
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak lebih awal memang penting, Ma. Namun, jangan abaikan bila si Kecil mengalami tanda ia butuh segera diperiksakan ke dokter, seperti:
- Hasil Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) atau Kuesioner Masalah Mental dan Emosi (KMME) menunjukkan skor mencurigakan.
- Pertumbuhan berat badan, panjang/tinggi badan, dan lingkar kepala cenderung stagnan bahkan tidak bertambah lebih dari 2 bulan.
- Anak kehilangan kemampuan yang sebelumnya sudah dikuasai (regresi perkembangan).
Jangan abaikan sekecil apa pun kecurigaan Mama Papa terkait tumbuh kembang anak. Masa emas tumbuh kembang anak tidak bisa diulang dan akan lebih sulit diperbaiki bila terjadi keterlambatan.
Segera bawa si Kecil ke dokter spesialis anak untuk melakukan pengukuran berkala sehingga tidak akan ada gangguan pertumbuhan yang luput dari deteksi.
Butuh insight dari ahli di tengah kesibukan? Jangan ragu untuk diskusi langsung dengan Nutriclub Expert Advisor – tim ahli terpercaya di bidang nutrisi, parenting, dan tumbuh kembang anak. Hadir 24/7 untuk bantu Mama, gratis dan tanpa perlu buat janji.
