Loading...
Banner Artikel Jenis Autoimun pada Anak, Penyebab, Gejala, dan Perawatannya
Imunitas

Jenis Autoimun pada Anak, Penyebab, Gejala, dan Perawatannya

Foto Reviewer

Disusun oleh: Tim Penulis

Ditinjau oleh: dr. Isman Jafar, Sp.A (K)

Diterbitkan: 23 Agustus 2021


  • Apa Itu Penyakit Autoimun?
  • Faktor Risiko dan Penyebab Autoimun pada Anak
  • Gejala Umum Penyakit Autoimun pada Anak
  • Jenis Penyakit Autoimun pada Anak
  • Cara Diagnosis dan Pemeriksaan
  • Pencegahan dan Tindak Lanjut
  • Apakah Autoimun Menular?
  • Apakah Autoimun pada Anak Bisa Sembuh Total?
  • Kapan Harus ke Dokter?

Autoimun pada anak terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Meski langka, Mama tetap perlu memahami apa itu autoimun dan gejalanya.

Apa Itu Penyakit Autoimun?

Autoimun adalah kondisi sistem kekebalan tubuh anak yang menyerang dan merusak jaringan tubuh sendiri.  

Normalnya sistem kekebalan bekerja melawan bakteri, virus, dan zat asing penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh.  

Jika anak memiliki penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh justru bekerja melawan sel-sel tubuh dan jaringan yang sehat karena menganggapnya sebagai musuh.

Faktor Risiko dan Penyebab Autoimun pada Anak

Penyakit autoimun pada anak tidak muncul tanpa sebab. Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak mengembangkan kondisi ini sejak dini.

1. Genetik dan Riwayat Keluarga

Anak memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit autoimun jika ada anggota keluarga yang juga mengidap kondisi serupa. 

Meskipun tidak selalu diwariskan secara langsung, gen tertentu dapat meningkatkan kepekaan sistem imun. 

2. Lingkungan dan Paparan Kimia

Infeksi virus atau bakteri tertentu bisa memicu respons imun abnormal pada anak. 

Selain itu, paparan bahan kimia seperti pestisida atau polusi juga dapat mengganggu keseimbangan sistem imun.

Kondisi ini makin diperparah jika lingkungan tempat tinggal kurang bersih atau terlalu sering terpapar polutan. 

3. Perubahan Hormonal

Perubahan hormon yang terjadi pada masa pertumbuhan bisa memicu reaksi autoimun. Ini lebih umum terjadi pada anak perempuan menjelang atau setelah pubertas.

Beberapa penelitian menunjukkan hormon estrogen bisa memperkuat respons imun. Sayangnya, kondisi ini bisa memperbesar risiko sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan yang sehat.

4. Gaya Hidup: Obesitas, Merokok, dan Stres

Obesitas, paparan asap rokok, dan stres berkepanjangan dapat memengaruhi fungsi sistem imun pada anak.

Stres jangka panjang memicu peradangan sistemik dalam tubuh. Pola makan yang tidak sehat dan kurang aktivitas fisik dapat memperparah risiko terjadinya gangguan autoimun.

Baca Juga: 10 Jenis Vitamin untuk Anak yang Sering Sakit

Gejala Umum Penyakit Autoimun pada Anak

Gejala penyakit autoimun sering kali samar dan mirip dengan infeksi biasa. Namun, jika terjadi secara terus-menerus atau berulang, orang tua sebaiknya mulai waspada.

1. Kelelahan Ekstrem dan Demam

Anak dengan penyakit autoimun sering merasa lelah meskipun sudah cukup istirahat. Kelelahan ini bisa berlangsung berhari-hari dan tidak membaik dengan tidur.

Demam ringan yang terus muncul tanpa sebab jelas juga merupakan tanda umum. Hal ini menunjukkan tubuh sedang mengalami peradangan internal.

2. Nyeri Sendi dan Ruam Kulit

Nyeri sendi yang datang dan pergi adalah ciri khas autoimun seperti lupus atau arthritis juvenil. Biasanya disertai bengkak dan rasa hangat di sekitar sendi.

Ruam kulit seperti bercak kemerahan atau bintik bisa muncul, terutama di wajah atau tangan. Ruam ini sering muncul setelah anak terkena sinar matahari.

3. Rambut Rontok dan Gangguan Pencernaan

Rambut rontok secara tiba-tiba dan dalam jumlah banyak bisa menjadi gejala awal autoimun pada anak. Kondisi ini terjadi karena folikel rambut diserang oleh sistem imun.

Gangguan pencernaan seperti diare kronis, kembung, atau nyeri perut juga sering dijumpai. Gejala ini menunjukkan bahwa sistem imun menyerang saluran cerna.

4. Penurunan Berat Badan yang Tidak Wajar

Anak yang tiba-tiba kehilangan berat badan tanpa sebab jelas harus segera diperiksa. Ini bisa menjadi tanda tubuh tidak menyerap nutrisi dengan baik akibat proses autoimun.

Jika disertai dengan kehilangan nafsu makan dan kelelahan, penurunan berat badan bisa menjadi indikator penyakit kronis yang perlu penanganan serius.

Baca Juga: 5 Imunisasi Anak 1 Tahun yang Wajib dan Tips agar Tidak Rewel

Jenis Penyakit Autoimun pada Anak

Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 80 jenis penyakit autoimun yang sudah berhasil didiagnosis. Berikut adalah beberapa jenis yang umum terjadi pada anak-anak:

1. Penyakit Celiac

Penyakit celiac merupakan jenis autoimun pada anak yang paling sering ditemukan, terutama usia 3 tahun ke bawah.

Ketika menderita penyakit ini, anak akan memiliki intoleransi terhadap gluten (protein di dalam gandum, barley, dan biji-bijian lainnya).

Pada kasus penyakit celiac yang parah, anak biasanya mengalami diare berkepanjangan yang diikuti dehidrasi dan penurunan berat badan drastis.

2. Diabetes Tipe 1

Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh anak menyerang sel-sel di pankreas yang tugasnya membuat insulin. Apabila mengalami penyakit ini si Kecil mungkin merasakan:

  • Lebih haus dari biasanya. 
  • Banyak buang air kecil. 
  • Mengompol pada anak yang tidak pernah mengompol pada malam hari. 
  • Merasa sangat lapar. 
  • Menurunkan berat badan tanpa berusaha. 
  • Merasa mudah tersinggung atau mengalami perubahan suasana hati lainnya. 
  • Merasa lelah dan lemah. 
  • Penglihatan kabur.

3. Lupus

Ada banyak jenis lupus. Namun, yang umumnya menyerang anak-anak adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE).

Semua organ tubuh dapat diserang oleh auto antibodi pada penderita lupus, yang tersering adalah persendian, kulit, otak, paru-paru, saluran cerna, ginjal, dan pembuluh darah.

Sampai hari ini, penyebab lupus belum diketahui. Namun, diyakini terkait dengan faktor lingkungan, genetik, dan hormonal si Kecil.

Baca Juga: Ciri-Ciri Anak Sehat dan Imunitasnya Kuat

4. Rematik

Rematik pada anak secara medis disebut juvenile idiopathic arthritis (JIA). Saat menderita JIA, sistem imun tubuh akan menyerang sel dan jaringan sendi yang sehat.

Akibatnya si Kecil mengalami peradangan, kekakuan, dan nyeri sendi. JIA biasanya menyerang anak di bawah 16 tahun dan berlangsung minimal 6 minggu. Namun, ada juga yang menahun.

Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat agar tidak menimbulkan komplikasi pada mata dan mengganggu proses pertumbuhan tulang anak.

5. Kolitis Ulseratif 

Kolitis ulseratif menyebabkan lapisan dinding usus besar dan rektum mengalami peradangan. Lama-kelamaan peradangan akan membuat sel lapisan dinding usus besar mati dan rontok.

Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya luka (ulkus) di dinding usus besar yang bisa menimbulkan nanah, lendir, hingga perdarahan.

Gejala kolitis ulseratif pada anak adalah sering diare berdarah yang diikuti pendarahan dubur, anemia, dehidrasi, tidak nafsu makan, dan berat badan turun

6. Psoriasis

Penyakit autoimun ini menyebabkan sel kulit anak tumbuh dengan sangat cepat. Akibatnya sel kulit menumpuk dan meradang, membentuk bercak-bercak berwarna merah dan bersisik putih keperakan.

Pada kulit yang lebih gelap, psoriasis akan berwarna keunguan atau coklat tua dengan sisik abu-abu. Kondisi ini termasuk dalam gangguan kulit kronis. 

Sejumlah anak yang mengalami psoriasis akan mengalami rematik psoriasis sehingga persendian tubuhnya bengkak, kaku, dan nyeri.

7. Multiple Sclerosis (MS) 

Penyakit autoimun pada anak ini membuat sistem imun tubuh menyerang myelin (selubung pelindung saraf otak).

Kerusakan pada myelin mengakibatkan perlambatan transfer informasi dari otak ke seluruh organ tubuh.

Maka dari itu, sebagian besar penderita MS mengalami kesulitan berjalan, masalah keseimbangan, mati rasa di beberapa bagian tubuh, dan kelemahan.

8. Henoch-Schonlein Purpura (HSP) 

Henoch-Schonlein Purpura (HSP) membuat pembuluh darah kecil anak mengalami peradangan dan pembengkakan. Hal tersebut membuat darah merembes ke kulit, usus, sendi, dan ginjal.

HSP kerap terjadi pada anak usia 2-6 dan lebih banyak menimpa anak laki-laki. 

Penyakit autoimun ini biasanya dipicu oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA pada anak) atau infeksi saluran cerna.

9. Penyakit Addison

Autoimun pada anak selanjutnya adalah penyakit Addison. Penyakit ini membuat kelenjar adrenal tidak bisa memproduksi hormon kortisol, aldosteron, dan androgen secara optimal.

Kekurangan kortisol menyebabkan tubuh tidak bisa mengolah serta menyimpan karbohidrat dan glukosa. 

Kekurangan aldosteron menyebabkan hilangnya natrium dan kelebihan kalium dalam aliran darah.

Hal tersebut membuat anak dengan penyakit addison mengalami gula darah rendah, kelemahan, kelelahan, dan penurunan berat badan yang drastis.

10. Pernicious Anemia 

Anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kondisi kekurangan sel darah merah ini juga bisa diakibatkan oleh penyakit autoimun bernama pernicious anemia.

Pernicious anemia membuat tubuh tidak bisa memproduksi zat yang disebut intrinsik faktor sehingga usus halus tidak bisa menyerap vitamin B12.

11. Juvenile dermatomyositis (JDM)

Gejala penyakit autoimun pada anak ini biasanya muncul antara usia 5-10 tahun. Aktivitas sistem imun yang tidak normal karena JDM sendiri mengakibatkan peradangan pada kulit, pembuluh darah, dan otot.

Gejala yang sering muncul adalah pelemahan otot sehingga si Kecil kesulitan dalam bergerak. Selain itu, kulit si Kecil juga mengalami ruam-ruam.

12. Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) 

Disebut juga purpura trombositopenik autoimun, penyakit ini menyebabkan kelainan darah yang ditandai dengan penurunan trombosit.

Penyakit ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang trombosit sehat. Hal ini menyebabkan anak mudah mengalami memar, gusi berdarah, dan pendarahan internal.

Selain gangguan kekebalan tubuh, ITP mungkin dipicu oleh efek samping obat-obatan (termasuk obat bebas) dan infeksi virus (termasuk virus penyebab cacar air dan hepatitis C).

Baca Juga: 16 Cara Meningkatkan Imun Anak agar Daya Tahan Tubuh Kuat

Cara Diagnosis dan Pemeriksaan

Ada beberapa cara mendiagnosis autoimun pada anak, yakni:

1. Riwayat Keluarga

Dokter akan memulai dengan menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga. Beri tahu dokter jika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit autoimun.

Pemeriksaan ini penting untuk menentukan arah diagnosis lebih lanjut.

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memeriksa tubuh anak, terutama jika si Kecil mengalami gejala di area tertentu. 

Mereka akan bertanya tentang gejala yang dialami dan kapan pertama kali menyadarinya.

3. Tes Laboratorium Darah

Pemeriksaan darah seperti Antinuclear Antibody (ANA) dilakukan untuk mengetahui adanya autoantibodi dalam tubuh. Jika hasilnya positif, ini bisa mengarah ke lupus atau kondisi lainnya.

Selain ANA, tes C-Reactive Protein (CRP), Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung darah lengkap digunakan untuk melihat peradangan atau kelainan sel darah.

4. Imaging dan Biopsi

Pemeriksaan radiologi seperti X-ray, MRI, atau USG dilakukan untuk melihat kerusakan sendi atau organ dalam. Pencitraan sangat penting dalam kasus seperti JIA atau MS.

Pada beberapa kasus, biopsi jaringan kulit, usus, atau ginjal dapat dilakukan. Ini bertujuan untuk mengonfirmasi diagnosis melalui pengamatan jaringan di bawah mikroskop.

Pengobatan Penyakit Autoimun pada Anak

Pengobatan autoimun anak berbeda-beda, tergantung pada jenis penyakitnya. Berikut ini adalah pengobatan yang mungkin diberikan:

  • Obat penghilang rasa sakit - parasetamol akan diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
  • Obat antiinflamasi - diberikan untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri.
  • Kortikosteroid - untuk menghambat perkembangan penyakit, memelihara fungsi organ, dan mengurangi gejala berat (flare).
  • Obat imunosupresan - untuk menekan aktivitas sistem imun yang berlebihan.
  • Obat anti-TNF - biasanya dokter memberikan infliximab untuk mencegah peradangan akibat JIA dan psoriasis. 
  • Terapi fisik - untuk mendukung fungsi dan mobilitas fisik si Kecil.
  • Terapi pengganti hormon - misalnya insulin untuk anak dengan diabetes tipe 1. 
  • Operasi - dalam sejumlah kasus autoimun si Kecil perlu menjalani operasi.
  • Imunosupresi dosis tinggi - diberikan pada autoimun yang diketahui secara dini.

Selain pengobatan di atas, beberapa ahli mengatakan bahwa makanan dan olahraga dapat bantu mengelola penyakit autoimun.

Bicaralah dengan dokter anak tentang rencana perubahan gaya hidup si Kecil, termasuk seputar asupan nutrisi yang ideal serta jenis dan jumlah olahraga yang tepat untuk kondisinya.

Pencegahan dan Tindak Lanjut

Meskipun penyakit autoimun tidak bisa dicegah sepenuhnya, ada langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko dan memperlambat perkembangannya.

1. Gaya Hidup Sehat & Bebas Stres

Menjalani pola hidup sehat dapat meningkatkan kekuatan sistem kekebalan tubuh. Makan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin membantu menjaga keseimbangan imun.

Stres terbukti memicu kambuhnya gejala autoimun pada anak. Si Kecil perlu diajarkan manajemen stres sejak dini melalui permainan positif atau kegiatan mindfulness.

2. Pemantauan Medis Rutin

Anak dengan penyakit autoimun perlu kontrol berkala ke dokter. Tujuan utamanya adalah memantau perkembangan penyakit serta menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan.

Tes laboratorium berkala membantu menghindari komplikasi organ. Pemeriksaan fungsi ginjal, hati, dan darah harus dilakukan secara rutin.

3. Vaksinasi dan Pencegahan Infeksi

Anak dengan autoimun tetap bisa divaksinasi sesuai jadwal, tapi harus dikonsultasikan terlebih dahulu. Beberapa vaksin hidup perlu dihindari jika anak memakai imunosupresan.

Menjaga kebersihan, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang sakit sangat penting. Infeksi dapat memperparah kondisi anak yang menderita autoimun.

Apakah Autoimun Menular?

Autoimun bukan penyakit menular, karena penyebabnya berasal dari dalam tubuh sendiri. Penyakit ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat.

Tidak seperti flu atau TBC, autoimun tidak bisa ditularkan melalui udara, kontak fisik, atau makanan. Jadi, anak yang memiliki autoimun tetap dapat bersosialisasi secara normal.

Namun, lingkungan keluarga perlu memahami kondisi anak agar bisa memberikan dukungan, bukan mengucilkan. Pemahaman ini sangat penting demi menjaga kesehatan mental anak.

Baca Juga: ‌11 Cara Tradisional Mengatasi Hidung Tersumbat pada Anak

Apakah Autoimun pada Anak Bisa Sembuh Total?

Secara medis, autoimun tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi gejalanya bisa dikendalikan agar hilang atau menjadi sangat ringan.

Dengan pengobatan dan pemantauan yang tepat, anak tetap dapat menjalani kehidupan yang aktif dan normal. Banyak pasien anak yang bisa sekolah dan bermain seperti biasa.

Kuncinya adalah pengelolaan jangka panjang dan kerja sama antara dokter, orang tua, dan anak itu sendiri.

Butuh insight dari ahli mengenai kondisi kesehatan anak? Jangan ragu untuk diskusi langsung dengan Nutriclub Expert Advisor – tim ahli terpercaya di bidang nutrisi, parenting, dan tumbuh kembang anak. Hadir 24/7 untuk bantu Mama, gratis dan tanpa perlu buat janji.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika dokter sudah mendiagnosis autoimun pada anak, beri tahu dokter jika pengobatan yang dijalani terasa kurang efektif dibanding sebelumnya, atau jika gejala yang sama sering kambuh.

Bawa anak ke unit gawat darurat jika ia mengalami gejala berat seperti:

  • Sulit bernapas atau sesak napas.
  • Nyeri dada hebat atau terasa tertekan.
  • Sakit kepala mendadak yang terasa sangat parah dan tidak biasa.
  • Kelemahan mendadak, terutama jika sulit menggerakkan anggota tubuh.
  • Pusing yang tidak kunjung hilang.
  • Nyeri yang sangat hebat hingga tidak tertahankan.

Jangan lupa gabung jadi member Nutriclub untuk dapatkan ratusan expert-verified parenting content yang terkurasi sesuai usia si Kecil, akses ke call center yang terhubung langsung dengan ahli seputar nutrisi dan tumbuh kembang anak, serta beragam exclusive rewards khusus untuk Mama dan si Kecil dari setiap pembelian produk Nutrilon. Daftar gratis, sekarang!

Informasi yang Wajib Mama Ketahui

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama

Editorial Team. Autoimmune Diseases | Autoimmune Disease Symptoms | MedlinePlus. (n.d.). Retrieved July 16, 2025 from https://medlineplus.gov/autoimmunediseases.html

Serraino, C. (2024). Understanding Autoimmune Disease in Children. Global Autoimmune Institute ». https://www.autoimmuneinstitute.org/articles/understanding-autoimmune-disease-in-children/.

Francalanci, P., Cafferata, B., Alaggio, R., Angelis, P. D., Diamanti, A., Parente, P., Granai, M., & Lazzi, S. (2021). Pediatric autoimmune disorders with gastrointestinal expressions: From bench to bedside - PMC. Pathologica. Retrieved July 17, 2025 from https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9040544/

Barhum, L. (n.d.). Psoriasis: What it is, Causes, Diagnosis & Treatment. Verywell Health. Retrieved July 17, 2025 from https://www.verywellhealth.com/psoriasis-7099867

Editorial Team. 7 Lifestyle Habits That Can Reduce Inflammation, According to Health Experts. (n.d.). Real Simple. https://www.realsimple.com/anti-inflammatory-lifestyle-habits-11769931. 

Cleveland Clinic. (2021, July 21). Autoimmune Diseases: Causes, Symptoms, What Is It & Treatment. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21624-autoimmune-diseases

Artikel Terkait