Autoimun pada anak tergolong kasus langka. Namun, risikonya akan lebih tinggi jika ada kerabat dekat yang memiliki penyakit ini. Maka itu, Mama tetap perlu memahami apa itu autoimun dan gejalanya.
Apa yang Dimaksud dengan Autoimun pada Anak?
Autoimun adalah kondisi sistem kekebalan tubuh anak yang menyerang dan merusak jaringan tubuh sendiri.
Normalnya sistem kekebalan bekerja melawan bakteri, virus, dan zat asing penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Jika anak memiliki penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh justru bekerja melawan sel-sel tubuh dan jaringan yang sehat karena menganggapnya sebagai musuh.
Apa Penyebab Penyakit Autoimun pada Anak?
Sampai saat ini belum diketahui pasti apa penyebab penyakit autoimun. Namun, faktor-faktor berikut dicurigai berhubungan dengan peningkatan risiko anak memiliki penyakit autoimun:
1. Jenis Kelamin
Menurut penelitian, anak perempuan hampir tiga kali lebih tinggi risiko terkena penyakit autoimun dibandingkan anak laki-laki.
Namun, khusus pada kasus diabetes tipe 1, penyakit autoimun ini mempengaruhi anak laki-laki dan perempuan dalam porsi yang hampir sama.
2. Umur
Sebagian besar penyakit autoimun menyerang orang dewasa muda dan paruh baya.
Walau begitu, ada beberapa penyakit autoimun yang dimulai secara khusus pada masa kanak-kanak. Contohnya juvenile rheumatoid (arthritis anak) dan dermatomiositis juvenil.
3. Genetika
Risiko autoimun pada anak cenderung lebih tinggi jika terlahir dari keluarga yang memiliki penyakit autoimun yang sama.
Menurut hasil penelitian, diperkirakan sekitar sepertiga dari risiko mengembangkan penyakit autoimun terkait dengan sesuatu yang ada dalam gen anak.
4. Ras
Beberapa laporan menunjukkan bahwa anak-anak dari ras yang berbeda mungkin lebih rentan terhadap penyakit autoimun tertentu.
Contohnya pada Juvenile dermatomyositis. Penyakit autoimun ini lebih banyak menyerang ras kaukasia (orang berkulit putih).
5. Penyakit Lain
Anak-anak yang memiliki satu penyakit autoimun cenderung berisiko lebih tinggi terkena penyakit lain.
Misalnya, anak-anak dengan diabetes tipe 1 tampak lebih rentan terkena penyakit Celiac atau penyakit Addison.
Baca Juga: Penyebab dan Ciri-Ciri Imun Tubuh Lemah pada Anak
Apa Saja Gejala Penyakit Autoimun?
Autoimun membuat anak sering sakit. Gejala autoimun pada anak berbeda-beda tergantung jenis penyakit yang diderita.
Namun, ada beberapa gejala umum yang biasanya bisa diamati, seperti:
- Kelelahan Berlebihan. Anak sering merasa lelah secara terus-menerus dan tidak bisa pulih meskipun sudah beristirahat dengan cukup.
- Gangguan Otot dan Sendi. Beberapa jenis penyakit autoimun bisa menimbulkan rasa nyeri, bengkak, serta kekakuan pada beberapa bagian otot dan sendi.
- Masalah Kulit. Kulit bisa mengalami perubahan seperti ruam, gatal, atau bahkan luka yang sulit sembuh.
- Berat Badan Tidak Ideal: Berat badan mengalami perubahan yang tidak wajar. Baik penurunan atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba.
Apa Saja Contoh Penyakit Autoimun pada Anak-Anak?
Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 80 jenis penyakit autoimun yang sudah berhasil didiagnosis. Berikut adalah beberapa jenis yang umum terjadi pada anak-anak:
1. Penyakit Celiac
Penyakit celiac merupakan jenis autoimun pada anak yang paling sering ditemukan, terutama usia 3 tahun ke bawah.
Ketika menderita penyakit ini, anak akan memiliki intoleransi terhadap gluten (protein di dalam gandum, barley, dan biji-bijian lainnya).
Pada kasus penyakit celiac yang parah, anak biasanya mengalami diare berkepanjangan yang diikuti dehidrasi dan penurunan berat badan drastis.
2. Diabetes Tipe 1
Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh anak menyerang sel-sel di pankreas yang tugasnya membuat insulin. Apabila mengalami penyakit ini si Kecil mungkin merasakan:
- Lebih haus dari biasanya.
- Banyak buang air kecil.
- Mengompol pada anak yang tidak pernah mengompol pada malam hari.
- Merasa sangat lapar.
- Menurunkan berat badan tanpa berusaha.
- Merasa mudah tersinggung atau mengalami perubahan suasana hati lainnya.
- Merasa lelah dan lemah.
- Penglihatan kabur.
3. Lupus
Ada banyak jenis lupus. Namun, yang umumnya menyerang anak-anak adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Semua organ tubuh dapat diserang oleh auto antibodi pada penderita lupus, yang tersering adalah persendian, kulit, otak, paru-paru, saluran cerna, ginjal, dan pembuluh darah.
Sampai hari ini, penyebab lupus belum diketahui. Namun, diyakini terkait dengan faktor lingkungan, genetik, dan hormonal si Kecil.
Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Anak Sehat dan Punya Imunitas yang Baik
4. Rematik
Rematik pada anak secara medis disebut juvenile idiopathic arthritis (JIA). Saat menderita JIA, sistem imun tubuh akan menyerang sel dan jaringan sendi yang sehat.
Akibatnya si Kecil mengalami peradangan, kekakuan, dan nyeri sendi. JIA biasanya menyerang anak di bawah 16 tahun dan berlangsung minimal 6 minggu. Namun, ada juga yang menahun.
Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat agar tidak menimbulkan komplikasi pada mata dan mengganggu proses pertumbuhan tulang anak.
5. Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif menyebabkan lapisan dinding usus besar dan rektum mengalami peradangan. Lama-kelamaan peradangan akan membuat sel lapisan dinding usus besar mati dan rontok.
Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya luka (ulkus) di dinding usus besar yang bisa menimbulkan nanah, lendir, hingga perdarahan.
Gejala kolitis ulseratif pada anak adalah sering diare berdarah yang diikuti perdarahan dubur, anemia, dehidrasi, tidak nafsu makan, dan berat badan turun.
6. Psoriasis
Penyakit autoimun ini menyebabkan sel kulit anak tumbuh dengan sangat cepat. Akibatnya sel kulit menumpuk dan meradang, membentuk bercak-bercak berwarna merah dan bersisik putih keperakan.
Pada kulit yang lebih gelap, psoriasis akan berwarna keunguan atau coklat tua dengan sisik abu-abu. Kondisi ini termasuk dalam gangguan kulit kronis.
Sejumlah anak yang mengalami psoriasis akan mengalami rematik psoriasis sehingga persendian tubuhnya bengkak, kaku, dan nyeri.
7. Multiple Sclerosis (MS)
Penyakit autoimun pada anak ini membuat sistem imun tubuh menyerang myelin (selubung pelindung saraf otak).
Kerusakan pada myelin mengakibatkan perlambatan transfer informasi dari otak ke seluruh organ tubuh.
Maka dari itu, sebagian besar penderita MS mengalami kesulitan berjalan, masalah keseimbangan, mati rasa di beberapa bagian tubuh, dan kelemahan.
8. Henoch-Schonlein Purpura (HSP)
Henoch-Schonlein Purpura (HSP) membuat pembuluh darah kecil anak mengalami peradangan dan pembengkakan. Hal tersebut membuat darah merembes ke kulit, usus, sendi, dan ginjal.
HSP kerap terjadi pada anak usia 2-6 dan lebih banyak menimpa anak laki-laki. Penyakit autoimun ini biasanya dipicu oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA pada anak) atau infeksi saluran cerna.
9. Penyakit Addison
Autoimun pada anak selanjutnya adalah penyakit Addison. Penyakit ini membuat kelenjar adrenal tidak bisa memproduksi hormon kortisol, aldosteron, dan androgen secara optimal.
Kekurangan kortisol menyebabkan tubuh tidak bisa mengolah serta menyimpan karbohidrat dan glukosa. Kekurangan aldosteron menyebabkan hilangnya natrium dan kelebihan kalium dalam aliran darah.
Hal tersebut membuat anak dengan penyakit addison mengalami gula darah rendah, kelemahan, kelelahan, dan penurunan berat badan yang drastis.
10. Pernicious Anemia
Anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kondisi kekurangan sel darah merah ini juga bisa diakibatkan oleh penyakit autoimun bernama pernicious anemia.
Pernicious anemia membuat tubuh tidak bisa memproduksi zat yang disebut intrinsik faktor sehingga usus halus tidak bisa menyerap vitamin B12.
11. Juvenile dermatomyositis (JDM)
Gejala penyakit autoimun pada anak ini biasanya muncul antara usia 5-10 tahun. Aktivitas sistem imun yang tidak normal karena JDM sendiri mengakibatkan peradangan pada kulit, pembuluh darah, dan otot.
Gejala yang sering muncul adalah pelemahan otot sehingga si Kecil kesulitan dalam bergerak. Selain itu, kulit si Kecil juga mengalami ruam-ruam.
12. Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Disebut juga purpura trombositopenik autoimun, penyakit ini menyebabkan kelainan darah yang ditandai dengan penurunan trombosit.
Penyakit ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang trombosit sehat. Hal ini menyebabkan anak mudah mengalami memar, gusi berdarah, dan pendarahan internal.
Selain gangguan kekebalan tubuh, ITP mungkin dipicu oleh efek samping obat-obatan (termasuk obat bebas) dan infeksi virus (termasuk virus penyebab cacar air, hepatitis C).
Baca Juga: 10 Cara Meningkatkan Imun Anak agar Tidak Mudah Sakit
Apakah Autoimun pada Anak Bisa Sembuh?
Pada kebanyakan kasus, penyakit autoimun tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, dokter dapat bantu mengelola gejala autoimun melalui berbagai pengobatan dan perawatan. Pengobatan dan perawatan sebaiknya diberikan sesegera mungkin setelah diagnosa ditegakkan agar autoimun tidak banyak mengganggu keoptimalan tumbuh kembang si Kecil.
Jadi, meski tidak bisa disembuhkan, beberapa gejala bisa ditekan dan anak-anak dengan penyakit autoimun dapat hidup normal.
Apa Pengobatan untuk Penyakit Autoimun pada Anak?
Pengobatan autoimun anak berbeda-beda, tergantung pada jenis penyakitnya. Berikut ini adalah pengobatan yang mungkin diberikan:
- Obat penghilang rasa sakit - parasetamol akan diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
- Obat antiinflamasi - diberikan untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri.
- Kortikosteroid - untuk menghambat perkembangan penyakit, memelihara fungsi organ, dan mengurangi gejala berat (flare).
- Obat imunosupresan - untuk menekan aktivitas sistem imun yang berlebihan.
- Obat anti-TNF - biasanya dokter memberikan infliximab untuk mencegah peradangan akibat JIA dan psoriasis.
- Terapi fisik - untuk mendukung fungsi dan mobilitas fisik si Kecil.
- Terapi pengganti hormon - misalnya insulin untuk anak dengan diabetes tipe 1.
- Operasi - dalam sejumlah kasus autoimun si Kecil perlu menjalani operasi.
- Imunosupresi dosis tinggi - diberikan pada autoimun yang diketahui secara dini.
Selain pengobatan di atas, beberapa ahli mengatakan bahwa makanan dan olahraga dapat bantu mengelola penyakit autoimun.
Bicaralah dengan dokter anak tentang rencana perubahan gaya hidup si Kecil, termasuk seputar asupan nutrisi yang ideal serta jenis dan jumlah olahraga yang tepat untuk kondisinya.
Mama juga bisa dapatkan tips-tips meningkatkan sistem kekebalan tubuh si Kecil dengan mengunduh Ebook Panduan Imunitas di 1000 HPK.
Jangan lupa gabung di Nutriclub agar Mama tidak ketinggalan akses eksklusif ke berbagai artikel parenting dan kesehatan anak yang terverifikasi expert!