Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
perkembangan-bayi-usia-9-bulan_large
Tumbuh Kembang

Perkembangan Bayi 9 Bulan, si Kecil Sudah Bisa Apa?

Article Oleh : Annisa Amalia Ikhsania 15 Januari 2020

Ada banyak perkembangan baru yang dialami bayi di bulan ke-9 ini dan pasti membuat Mama dan Papa bangga. Si Kecil makin pintar mengoceh dan senang bergerak untuk eksplorasi dunia sekitarnya. Maka selain memantau perkembangannya, Mama juga perlu tahu bagaimana cara memberi stimulasi yang tepat ​​untuk mengoptimalkan perkembangan bayi di 9 bulan ini.

Tinggi dan Berat Badan Bayi di Usia 9 Bulan

Dari segi fisik, tinggi dan berat badan bayi di usia 9 bulan sudah bertambah banyak dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. 

Menurut Standar Antropometri Anak Kemenkes RI, panjang dan berat badan bayi yang ideal di 9 bulan ini adalah:

  • Bayi laki-laki 9 bulan: 7,1-9,9 kg dengan tinggi badan 67,5-74,2 cm.

  • Bayi perempuan 9 bulan: 6,5-9,3 kg dengan tinggi badan 65,3-72,6 cm.

Apabila tinggi dan berat badan bayi 9 bulan kurang dari rata-rata di atas, Mama perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan saran yang tepat.

Sebab, pertambahan berat dan tinggi badan merupakan acuan untuk memantau apakah pertumbuhan bayi sudah sesuai jalur grafik pertumbuhan WHO atau belum.

Memantau pertumbuhan tinggi dan berat badan si Kecil juga sangat penting untuk mengantisipasi risiko masalah kesehatan terkait status gizi, seperti gizi buruk, stunting, kwashiorkor dan marasmus, hingga obesitas.

Bayi Usia 9 Bulan Sudah Bisa Apa?

Tidak hanya kemampuan fisik bayi yang semakin berkembang, bayi 9 bulan sudah bisa menunjukkan berbagai keterampilan yang menggemaskan dan mengejutkan Mama dan Papa. 

Mama pasti akan bertanya-tanya, bayi 9 bulan bisa apa saja? Berikut adalah berbagai perkembangan bayi 9 bulan yang perlu Mama ketahui selengkapnya. 

1. Mahir Merangkak

Milestone yang paling terlihat ditunjukkan perkembangan bayi usia 9 bulan ini adalah kemahirannya merangkak sambil memegang mainan di satu tangannya. 

Si Kecil sekarang mulai bisa meraih dan menggenggam mainan di salah satu tangan ketika merangkak, kemudian mendorong diri mereka sendiri menggunakan tangan yang bebas dan kedua lututnya untuk terus bergerak maju.

Beberapa dari mereka bahkan dapat merangkak naik turun tangga dengan mudah.

Selain itu, bayi juga semakin mahir mengubah posisi tubuhnya dengan cepat. Mulai dari posisi merangkak kemudian duduk tanpa sandaran, lalu memutar badannya untuk mengambil mainan. 

2. Berdiri Sambil Berpegangan

Ketika berbicara tentang perkembangan bayi dari bulan ke bulan, salah satu acuan yang lazim dipakai oleh dokter spesialis anak adalah kurva perkembangan Denver.

Menurut kurva Denver, bayi akan mulai belajar berdiri pada usia 7-9 bulan karena di rentang umur inilah otot-otot di tungkai bawahnya mulai menguat. 

Pada awalnya, bayi akan mencoba mengangkat badannya ke posisi berdiri dengan meraih dan berpegangan pada sofa. Setelah semakin mahir, bayi perlahan-lahan akan mulai mencoba menjelajah ruangan dengan merambat, yaitu melangkah dengan sambil berpegangan pada furnitur di dekatnya.

Meski demikian, saat ini si Kecil belum langsung bisa berjalan sendiri. Ia masih perlu berpegangan atau ditatih oleh orang tua. Umumnya, bayi akan mulai berjalan sendiri di antara usia 9 bulan sampai 15 bulan.

Jadi jika si Kecil belum sepenuhnya bisa berjalan menginjak usia 9 bulan, Mama tak perlu khawatir dan jangan terburu-buru. 

3. Pintar Berceloteh

Di usia 9 bulan, ocehan si Kecil sudah mulai terdengar seperti kata, frasa, atau kalimat meski kadang tidak ada yang bisa memahami kata tersebut selain dirinya sendiri. 

Bayi 9 bulan sudah dapat mengucapkan kata-kata yang lebih panjang, seperti 'papa-papa' atau 'baba-baba', atau mengucapkan sebuah kata dengan benar.

Ia juga mampu menirukan suara dan gerakan orang di sekitarnya, serta sudah mulai bisa menyampaikan keinginannya untuk minum susu atau makan MPASI.

Mama bisa terus mengajarkannya untuk mengucapkan kata-kata yang mudah, seperti “Mama”, “Papa”, “Hai”, atau “Dadah”. Ia juga bisa melambaikan tangan untuk bilang “bye bye” atau “hai”.

Ucapkan setiap kata-kata dengan nada yang riang ketika sedang ngobrol dengan si Kecil karena di usia ini sebenarnya bayi sudah lebih memperhatikan nada bicara Mama daripada kata-kata yang Mama ucapkan. 

Jangan lupa berikan respon yang ceria juga saat si Kecil berbicara, seolah-olah Mama mengerti apa yang ia ucapkan, ya!

4. Mengerti Namanya Sendiri

Sekarang bayi juga sudah mengerti bahwa ia memiliki nama. Jadi ketika Mama memanggil namanya, si Kecil akan menoleh atau mencari sumber suara.

Kemudian, ia juga sudah sedikit banyak mengerti apa yang Mama katakan serta nama dari benda-benda di sekitar yang sering ia lihat. Misalnya ketika Mama bertanya, “Nak, coba mana bolanya?” si Kecil bisa meraih dan mengambil bola yang Mama maksud. 

Atau ketika Mama bertanya, “Mana ya, Nak, gambar ayam?” si Kecil mungkin akan menunjuk gambar seekor ayam. Jika jawabannya benar, jangan segan untuk memuji si Kecil, ya, Ma.

Selain itu, menuju bulan ke-10 nanti bayi akan mulai bisa memahami kata larangan, seperti “tidak” atau “jangan” walaupun terkadang ia tetap melanggarnya.

Ini karena bayi di usia 9 bulan juga sudah bisa bertindak untuk memancing reaksi orang lain. Jadi, ketika Mama bilang “tidak boleh” ia mungkin akan tetap melakukannya hanya untuk melihat reaksi Mama. 

Atau sebaliknya, si Kecil bisa membawa mainan favoritnya untuk melihat Mama tersenyum atau menjatuhkan mainannya supaya diambilkan oleh Papa.

Baca Juga: Pantau 5 Tahap Penting Milestone Bahasa si Kecil!

5. Senang Bermain

Di usia 9 bulan, si Kecil sedang senang-senangnya bermain sambil belajar. Ia sudah bisa menaruh mainannya ke dalam container mainan dan mengeluarkannya kembali. 

Mama bisa memberikannya sebuah ember plastik dan beberapa balok mainan agar si Kecil dapat melatih kemampuan barunya. Namun, pastikan ukuran balok tidak terlalu kecil agar balok tersebut tidak tertelan oleh si Kecil dan membuatnya tersedak.

Si Kecil juga suka permainan yang bagian-bagiannya bisa dilepaskan. Misalnya, mobil-mobilan besar yang pintunya bisa terbuka. Ia juga senang memberikan mainannya kepada orang lain dan mengambilnya kembali. 

Misalnya, Mama bisa mengajak si Kecil bermain bola. Gelindingkan bola ke si Kecil, dan perhatikan apakah ia melemparkan bola itu kembali kepada Mama atau tidak.

Mama juga bisa memberikan mainan susun balok dan lihat apakah ia memberikan balok itu kembali atau tidak. Kadang, si Kecil juga memberikan biskuitnya kembali kepada Mama.

6. Cemas Berpisah dengan Mama

Fase usia ini merupakan puncaknya si Kecil takut pada orang asing, Ma. Bahkan, ia bisa takut dan menangis pada kakek, nenek, serta pengasuhnya sendiri, karena ia sudah mengenali wajah-wajah yang familiar dengannya. Fenomena ini disebut separation anxiety.

Kecemasan ini bisa berlanjut dialami oleh si Kecil hingga beberapa bulan ke depan. Ini karena kesadaran dan ingatan bayi meningkat. Oleh karena itu, Mama bisa menjelaskan kepada orang lain agar lebih perlahan-lahan mendekati si Kecil, dan biarkan si Kecil yang mendekati lebih dulu.

Jika Mama bepergian dengan si Kecil, rasa takutnya pada orang asing mungkin akan membuat ia rewel di perjalanan. Mama bisa bersiap-siap dengan membawa mainan untuk mengalihkan perhatian si Kecil. 

Misalnya, buku bergambar, mainan bersuara, dan boneka tangan. Mama mungkin perlu sering menjauh dari orang asing untuk membuat si Kecil merasa aman.

Namun, Mama tak perlu khawatir. Sebab, walaupun si Kecil cemas dan menangis karena bertemu dengan orang-orang yang baru pertama kali dilihatnya, tangisan ini tidak akan berlangsung lama, kok.

7. Lebih Ekspresif

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bayi 9 bulan sudah bisa menunjukkan berbagai ekspresi wajahnya. Mulai dari senang, sedih, marah, dan terkejut. 

Ia akan tertawa dan tersenyum saat Mama mengajaknya bermain cilukba. Lalu, sedih dan menangis bila Mama akan meninggalkannya. 

Terkadang, bayi 9 bulan kerap menunjukkan rasa kesal atau frustrasi ketika ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Misalnya, Mama tidak memberikan mainan dan camilan favoritnya, atau ketika ia tidak bisa meraih mainan dalam jangkauannya.

Selain itu, bayi juga akan semakin pintar membaca mimik muka dan emosi orang tua mulai di bulan ini.

Masih butuh informasi lain mengenai tumbuh kembang si Kecil? Mama bisa download eksklusif e-book sebagai bekal si Kecil untuk tumbuh menjadi pemenang di masa depan!

Cara Mengoptimalkan Perkembangan Bayi 9 Bulan

Perlu Mama pahami dulu bahwa setiap bayi akan mengalami proses perkembangan yang berbeda antara satu sama lain. Oleh karena itu, sebaiknya jangan panik dulu jika Mama perhatikan si Kecil belum menunjukkan keterampilan di level yang sama dengan bayi umur 9 bulan lainnya.

Hal yang paling penting terus pantau perkembangan bayi Mama dan teruskan memberi stimulasi untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Seperti apa? Berikut ulasannya.

  • Ajak si Kecil bicara dan meniru kata-kata sebagai salah satu stimulasi bayi 9 bulan. Mama bisa melatih kemampuan bahasa si Kecil dengan mengajaknya bicara langsung dan menirukan kata-kata yang telah ia ketahui artinya, seperti minum, susu, mandi, tidur, kue, kucing, mobil, dan lain-lain.

  • Membacakan buku ilustrasi bergambar secara rutin.

  • Sediakan ruang untuk bermain sambil belajar. 

  • Sediakan pula ruang eksplorasi yang luas dan aman mengingat si Kecil sudah pandai berjelajah. Mengingat si Kecil yang sudah semakin aktif bergerak, Mama sebaiknya menjauhkan berbagai benda yang berisiko membahayakan keselamatannya, seperti obat-obatan, benda tajam, cairan pembersih, colokan listrik, dan ujung perabotan yang runcing.

  • Melatih si Kecil berdiri dan berjalan. Hindari menggunakan alat bantu jalan seperti baby walker, karena alat ini justru membatasi gerak tubuh sehingga membuat si Kecil kurang beraktivitas di lantai. Baby walker juga tidak aman dan bisa menyebabkan kecelakaan, seperti bayi terjatuh atau terjungkal.

  • Bermain bola untuk melatih keterampilan motorik kasar.

  • Menyusun balok atau kotak untuk melatih keterampilan kognitifnya.

  • Sering mengobrol dan respon ocehan si Kecil dengan sering-sering meniru suara ocehannya dan jawab seantusias mungkin. 

  • Bermain untuk bantu si Kecil mengenali berbagai suara, mencari sumber suara, menirukan kata-kata, atau menyebutkan nama gambar di buku atau majalah.

Cara Optimalkan Kebutuhan Gizi Bayi di Usia 9 Bulan

Mama tetap perlu memberikan makanan padat MPASI sembari terus memastikan si Kecil tetap mendapatkan ASI eksklusif untuk mencukupi kebutuhan gizinya.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan MPASI pertama bayi adalah zat nutrisi yang diberikan. 

Pertama-tama yang perlu Mama perhatikan adalah pastikan makanan pendamping bayi usia 7 bulan mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi. 

Selain karbohidrat dan lemak, makanan yang mengandung protein hewani juga harus diberikan. Protein hewani memiliki kandungan asam amino lebih lengkap daripada protein nabati yang dibutuhkan anak untuk mencapai tinggi optimalnya.

Protein dalam pangan hewani berfungsi sebagai pembangun sel-sel tubuh yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak, memperbaiki serta mengganti jaringan tubuh yang rusak atau mati, juga membantu pembentukan antibodi yang berperan melawan penyakit.

Sumber protein hewani antara lain ikan, daging sapi, daging ayam, dan telur. Adanya kandungan zat besi pada daging sapi bahkan juga bisa membantu mencegah anemia yang berisiko menyebabkan stunting.

Meski demikian, bukan berarti protein nabati tidak boleh dimasukkan ke dalam menu MPASI bayi. Protein nabati seperti dari tahu, tempe, dan kacang-kacangan boleh diberikan sebagai pelengkap variasi makanan untuk menunjang kebutuhan nutrisi si Kecil.

Tak hanya itu, berikan pula makanan yang mengandung vitamin dan mineral, seperti seng, zat besi, kalsium, asam folat, serta vitamin seperti vitamin A, C, D, E, B6, B12, yang cukup dan seimbang sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.

Di rentang usia 8-10 bulan juga si Kecil mulai beradaptasi dengan rasa dan tekstur makanan. Ada kemungkinan ia mulai memiliki makanan kesukaan dan mulai tidak menyukai suatu jenis makanan karena teksturnya. Jadi, Mama sebaiknya pelan-pelan mulai menaikkan level tekstur MPASI bayi di bulan ini.

Baca Juga: Resep MPASI Bayi 9 Bulan dan Jadwal Pemberiannya

Kontrol Rutin ke Dokter untuk Bayi Usia 9 Bulan

Pada bulan ke-9, kunjungan kontrol rutin Mama dan si Kecil masih akan berfokus pada pemeriksaan lingkar kepala serta berat dan panjang badan bayi, juga tentang pola makan, tidur, dan perkembangan bayi secara umumnya. 

Termasuk juga apakah ada keluhan atau gangguan tertentu yang ditunjukkan bayi di bulan ini. Bayi Mama mungkin mendapatkan suntikan vaksin jika ada imunisasi yang terlewatkan sebelumnya.

Lalu, apa lagi pemeriksaan fisik yang akan dilakukan oleh dokter di bulan ini?

  • Pemeriksaan jantung dan paru-paru menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara bising jantung atau masalah pernapasan.

  • Memeriksa tanda-tanda kondisi mata bawaan dan masalah penglihatan lainnya. Mungkin juga memeriksa saluran air mata yang tersumbat dan keluarnya cairan.

  • Mencari tanda-tanda infeksi dan mengamati bagaimana bayi merespon suara.

  • Memeriksa tanda-tanda infeksi pada mulut dan pertumbuhan gigi baru.

  • Memeriksa titik lunak (fontanel/ubun-ubun) dan bentuk kepala bayi.

  • Memeriksa refleks dan tonus otot (resistensi terhadap gerakan pada otot).

  • Memeriksa kulitnya apakah ada ruam dan pucat. Kulit pucat adalah tanda anemia defisiensi besi, yang berisiko tinggi pada bayi di antara 9-24 bulan.

  • Menekan perut dengan lembut untuk memeriksa hernia atau organ yang membesar.

  • Memeriksa alat kelamin. Untuk anak perempuan, dokter mencari adhesi labial. Untuk anak laki-laki, dokter akan memeriksa apakah penis bertumbuh normal dan testis sudah turun, serta mencari adanya adhesi penis.

  • Menggerakkan kaki bayi untuk mencari masalah pada sendi pinggul.

Selain itu, penting juga untuk memberi tahu dokter pada kunjungan kali ini bayi Mama tidak mencapai satu atau lebih keterampilan baru, atau Mama memperhatikan bahwa si Kecil justru tiba-tiba kehilangan keterampilan yang pernah dimilikinya. Misalnya, tadinya sudah bisa duduk dan memegang mainan, tapi sekarang tidak bisa.

Keterlambatan Tumbuh Kembang yang Harus Diperhatikan

Perlu Mama ketahui bahwa perkembangan bayi di usia 9 bulan bisa berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. 

Ini artinya, beberapa pencapaian milestone yang dijelaskan di atas hanya berfungsi sebagai panduan, dan bukan jadi sesuatu yang harus langsung dimiliki setiap bayi pada usia ini. 

Namun, Mama perlu waspada apabila si Kecil menunjukkan tanda-tanda keterlambatan perkembangan anak dan segera memeriksakannya ke dokter spesialis anak. 

Sebab, seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di lebih dari satu ranah perkembangan secara bersamaan. Ini adalah kondisi yang disebut dengan keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay. IDAI memperkirakan sekitar 1-3% anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.

Berikut adalah beberapa red flags yang perlu Mama dan Papa waspadai dari sejak lahir sampai setidaknya 24 bulan usia si Kecil:

  • Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.

  • Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan.

  • Hiper/hipotonia atau gangguan tonus otot.

  • Hiper/hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh.

  • Adanya gerakan tubuh yang tidak terkontrol.

  • Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan.

  • Bayi menunjukkan dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun.

  • Masih suka memasukkan mainan ke dalam mulut setelah usia 14 bulan.

  • Perhatian penglihatan yang inkonsisten.

  • Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.

  • Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan.

  • Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.

  • Perhatian atau respon yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu memberi respon.

  • Kurangnya kemampuan membagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.

  • Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan.

  • Jarang senyum atau menunjukkan ekspresi kesenangan lain pada usia 6 bulan.

  • Kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah apa pun pada 9 bulan.

  • Tidak merespon panggilan namanya di usia 12 bulan.

  • Belum ada kata-kata yang berarti pada usia 15 bulan.

  • Tidak bisa bermain pura-pura (role play) pada usia 18 bulan.

  • Belum ada gabungan 2 kata yang berarti pada usia 24 bulan.

  • Tidak adanya babbling, bicara, dan kemampuan bersosialisasi/interaksi.

  • Kurangnya fixation (kemampuan untuk memusatkan atau fokus pada suatu hal) pada usia 2 bulan.

  • Kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda pada 4 bulan.

  • Belum merespon atau mencari sumber suara pada usia 6 bulan.

  • Belum babbling seperti “mama” atau “baba” pada usia 9 bulan.

  • Belum ada kata berarti pada usia 24 bulan.

Untuk mengetahui apakah bayi Mama mengalami keterlambatan perkembangan umum, satu-satunya cara memastikannya adalah dengan skrining deteksi dini perkembangan anak di dokter. 

Jadi jika Mama menemukan tanda-tanda keterlambatan pada perkembangan bayi, segera periksakan si Kecil ke dokter. 

Semoga artikel ini membantu Mama untuk mengasuh si Kecil agar ia tumbuh besar jadi pemenang, ya!

Agar bisa lebih maksimal menemani tumbuh kembang si Kecil, Mama juga bisa menanyakan segala hal terkait tumbuh kembang bayi di 8 bulan ini ke tim Nutriclub Expert Advisor untuk temukan jawaban lengkapnya langsung dari para ahli.

Selanjutnya, akan seperti apa perkembangan bayi umur 10 bulan nanti? Pantau terus perkembangan si Kecil bersama Nutriclub, ya!

  1. IDAI | Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. (2013). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak
  2. Novak, S. (2018, April 4). The 9-Month Well-Baby Visit. What to Expect; WhattoExpect. https://www.whattoexpect.com/first-year/health-and-safety/nine-month-well-baby-visit/
  3. Your baby’s 9-month vaccines and checkup. (2021). BabyCenter. https://www.babycenter.com/health/doctor-visits-and-vaccines/doctor-visit-the-9-month-checkup_6589
  4. Cegah Stunting, Protein Hewani Harus Ada dalam MPASI – Info Sehat FKUI. (2020, October 5). Ui.ac.id. https://fk.ui.ac.id/infosehat/cegah-stunting-protein-hewani-harus-ada-dalam-mpasi/
  5. IDAI | Nutrisi pada Bayi dan Batita di Era New Normal Pandemi Covid 19. (2020). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-bayi-dan-batita-di-era-new-normal-pandemi-covid-19
  6. Watson, S. (2009, October 12). Baby Development: Your 9-Month-Old. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-development-9-month-old
comment-icon comment-icon