Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
kendalikan-tantrum-di-waktu-makan-balita_large
Pola Asuh Anak

Kendalikan Tantrum Di Waktu Makan Balita

15 Januari 2020

Idealnya waktu makan adalah saat yang baik bagi Ibu dalam memastikan balita telah mendapatkan asupan nutrisi harian yang ia butuhkan.

Jangan Paksakan Si Kecil Makan Lebih Banyak

Namun tak jarang, waktu makan si Kecil justru tampak seperti mimpi buruk. Teriakan, tangisan dan semua bentuk amukannya saat akan diberikan makanan, membuat Ibu lelah, marah bahkan depresi.

Jangan lupa, Ibu perlu tetap tenang agar mampu meredakan tantrum si Kecil. Berikut adalah cara untuk meredakan tantrum si Kecil di saat makan.

Did you know?

”Ada beberapa jenis anak yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami tantrum, seperti anak yang hiperaktif, moody, dan tidak mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Ketahui selengkapnya di sini.“

Tak ada salahnya Ibu meminta si Kecil untuk menghabiskan makanannya atau memintanya makan lebih banyak, namun jangan sampai memaksa si Kecil untuk menghabiskan makanannya. Biasanya balita yang sudah merasa kenyang tidak mau lagi menerima suapan makanan. Ia tak harus makan dalam jumlah besar, Ibu bisa terapkan pola makan sedikit tapi sering.

Memaksakan suapan kepada si Kecil bisa membuatnya merasa takut dan memiliki trauma terhadap waktu makan, selain itu, hal ini juga bisa membuatnya terbiasa untuk makan lebih banyak dari yang ia butuhkan. Sementara kebiasaan seperti itu tidak baik untuk dijadikan gaya hidup.

Jangan Tangapi Tolakannya Terhadap Makanan dan Menggantinya dengan Makanan Lainnya

Bila Ibu sering menerima tolakan si Kecil terhadap makanan yang Ibu sajikan, maka ia akan terbiasa melakukan hal ini. Untuk kebaikan jangka panjang, akan lebih baik untuk membiasakan si Kecil mengonsumsi makanan keluarga, agar si Kecil tidak suka meminta jenis makanan kesukaannya sendiri. Namun Ibu juga sebaiknya cermat, dalam menyajikan hidangan keluarga, setidaknya sediakan satu menu yang pasti disukai si Kecil.

Jangan Tawarkan Hadiah

Memberikan si Kecil cokelat atau permen sebagai hadiah saat ia berhasil menghabiskan makanannya bukan ide yang baik. Dalam menerapkan pola makan, Ibu sebaiknya menunjukan kepercayaan kepada si Kecil dan tidak menjadikan waktu makan sebagai sesuatu yang menakutkan. Jadi saat si Kecil berhasil melewatkan waktu makan dengan baik, Ibu juga tidak perlu memberikannya 'imbalan'.

Jangan Berikan Si Kecil Banyak Minum Atau Susu Satu Jam Sebelum Makan

Banyak minum akan mengurangi nafsu makan si Kecil, hanya berikan ia air putih jika ia merasa haus. Jangan berikan si Kecil jus buah atau susu saat mendekat waktu makan atau setidaknya satu jam sebelum makan.

Jangan Tawarkan Camilan Sebelum Waktu Makan

Jika si Kecil tidak bisa melewati waktu makan dengan baik, misalnya karena ia tidak mau menghabiskan makanannya atau ia rewel di jam makan, maka jangan pernah menawarkan camilan sebelum jam makan utama. Ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mengatur pola makan yang teratur untuk si Kecil.

Jangan Berasumsi Si Kecil Tidak Mau Makan Makanan Tertentu

Wajar apabila si Kecil menolak beberapa jenis makanan yang baru ia kenal atau menolak sayuran yang Ibu berikan. Namun jangan membuat ini menghentikan upaya Ibu dalam mengenalkan makanan sehat tersebut. Beberapa balita perlu ditawarkan makanan baru sekitar 10 hingga 15 kali, sebelum akhirnya ia merasa nyaman dengan makanan tersebut. Jauhi asumsi Ibu, yang mungkin menganggap si Kecil tidak mau memakan makanan tertentu, biasanya ini adalah bagian dari perkenalannya.

Jangan Merasa Bersalah Jika Menu Ibu Membuat Si Kecil Marah

Ibu tidak perlu merasa bersalah apalagi gagal apabila makanan yang Ibu berikan justru memicu tantrum si Kecil. Ibu dan si Kecil masih sama-sama belajar, Ibu belajar membentuk pola makan dan merancang makanan apa saja yang akan diberikan pada si Kecil. Sementara si Kecil tengah belajar mengenal rasa dan tekstur makanan.

  • Golan, M. & Weizman, A. Journal of Nutrition Education 33, 2001:(2), 102-107.
  • Kalarchan MA, et al. Pediatrics 2009; 124: 1060- 1068.
comment-icon comment-icon