Loading...
Banner Artikel Manfaat Kecerdasan Emosional untuk Anak dan Stimulasinya
Tumbuh Kembang

Manfaat Kecerdasan Emosional untuk Anak dan Stimulasinya

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020

Diperbarui: 07 Agustus 2025


  • Apa Itu Kecerdasan Emosional (EQ)?
  • Manfaat EQ pada Anak
  • Tanda Anak Memiliki EQ Baik
  • Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Anak
  • Mulai Usia Berapa Anak Bisa Belajar EQ?
  • Stimulasi Kecerdasan Emosional Anak Sesuai Usia
  • Apa Dampaknya Jika Anak Tidak Memiliki EQ yang Baik?

Kecerdasan emosional sangat penting untuk dikuasai si Kecil agar ia punya kontrol diri yang baik dan bisa menjalin relasi sehat dengan orang lain. Bagaimana cara stimulasinya?

Apa Itu Kecerdasan Emosional (EQ)?

Dipopulerkan oleh Daniel Goleman, psikolog dan penulis ternama, EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri serta memahami emosi orang lain. 

Menurut Goleman, EQ mencakup lima komponen utama yakni kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

Kelima aspek ini saling terhubung dan membentuk dasar EQ yang sehat.

Manfaat EQ pada Anak

Berikut lima manfaat penting EQ yang berdampak langsung pada tumbuh kembang anak:

1. Mengelola Stres dan Frustasi

Anak yang mampu mengenali emosinya akan lebih mudah mengendalikan ledakan emosi saat stres. Mereka tidak mudah marah atau menangis berlebihan saat menghadapi masalah.

Dengan EQ tinggi, anak belajar menenangkan diri dan berpikir jernih saat frustasi. Ini menjadi bekal penting saat menghadapi tantangan akademik maupun sosial.

Baca Juga: Perbedaan Motorik Kasar dan Motorik Halus serta Stimulasinya

2. Membangun Hubungan Sosial yang Positif

Kecerdasan emosional membantu anak berinteraksi secara sehat dengan teman dan keluarga. 

Mereka lebih peka terhadap perasaan orang lain dan tahu cara bersikap sopan serta penuh empati.

Kemampuan berkomunikasi dengan baik membuat anak lebih mudah diterima di lingkungan sosial. Ini mendukung perkembangan kepribadian yang ramah dan disukai banyak orang.

3. Menyelesaikan Konflik Secara Damai

EQ yang baik memungkinkan anak menghindari kekerasan dalam menyelesaikan konflik. Mereka belajar berdiskusi, meminta maaf, dan mencari solusi bersama.

Dengan pendekatan damai, anak menjadi penengah dan penyelesai masalah, bukan pembuat masalah. Ini sangat membantu dalam dinamika sekolah maupun keluarga.

4. Fokus dalam Belajar dan Berprestasi di Sekolah

Anak dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mudah berkonsentrasi saat belajar. Mereka tidak mudah terganggu oleh tekanan dari luar atau perasaan tidak nyaman.

Fokus yang baik mendorong peningkatan prestasi akademik. EQ mendukung anak menetapkan tujuan dan memotivasi diri untuk mencapainya.

5. Memiliki Rasa Percaya Diri dan Empati yang Kuat

EQ membantu anak mengenali kelebihan dan kekurangannya secara realistis. Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri yang sehat, bukan sombong atau rendah diri.

Selain itu, anak juga berkembang menjadi pribadi yang peduli dan perhatian. Mereka lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan siap membantu dengan tulus.

Tanda Anak Memiliki EQ Baik

Anak dengan EQ yang baik pada umumnya akan menunjukkan ciri-ciri berikut ini:

  • Tampak percaya diri.
  • Mudah diajak berkomunikasi.
  • Mampu memahami dan melabeli emosi yang sedang dirasakan.
  • Menyadari bagaimana perasaannya memengaruhi orang di sekitarnya.
  • Bisa mengendalikan diri dan memikirkan konsekuensi sebelum bertindak secara impulsif.
  • Mampu mengontrol emosi saat marah atau frustrasi.
  • Mudah beradaptasi dengan situasi maupun orang-orang baru.
  • Mudah mendapatkan teman.
  • Ketika membutuhkan bantuan, si Kecil tahu bagaimana cara memintanya.
  • Bisa berempati alias cepat paham ketika dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan atau kondisi orang lain.
  • Memiliki kemampuan untuk fokus pada tujuan dan mencapainya meski ada perasaan negatif yang mengganggu prosesnya.
  • Mengatur kemarahan dan kekecewaan dengan cara sehat.
  • Mau mendengarkan dan memahami teman.
  • Mampu meminta maaf atau memberi empati saat orang lain sedih.

Baca Juga: 15 Prinsip Parenting Anak yang Baik dan Benar

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Anak

Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi kematangan emotional intelligence anak. Mama bisa simak penjelasan lengkapnya di bawah ini: 

1. Faktor Genetik 

Setiap anak terlahir dengan membawa kepribadian masing-masing, yaitu bakat alami untuk menentukan kecerdasan, emosi, motivasi, dan perilaku dasar si Kecil. 

Kepribadian diturunkan secara genetik dari orang tua. Jadi, orang tua dengan EQ matang lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan anak dengan dasar EQ yang lebih baik.

Namun, untuk berkembang secara optimal, personality traits perlu terus diberikan stimulasi positif melalui pola asuh, lingkungan tinggal, dan kebiasaan hidup yang baik.

2. Lingkungan Keluarga

Mama dan Papa perlu membangun hubungan yang harmonis, penuh kasih, dan stabil dalam keluarga supaya si Kecil dapat tumbuh dengan kecerdasan emosional yang baik. 

Perlakukan seluruh anggota keluarga dengan penuh kesadaran emosional, empati, dan dukungan positif. Jangan lupa untuk meminta maaf saat membuat kesalahan.

Lingkungan keluarga tersebut membuat anak tumbuh dengan EQ tinggi karena merasa disayangi, dihargai, didukung, dan dihormati. 

3. Lingkungan Sosial

Jika anak terpapar lingkungan yang terlalu emosional atau penuh konflik, ia mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur perasaan dan sikap saat berinteraksi dengan orang lain. 

Sebab, ia berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan sosial yang menciptakan tekanan berlebih. 

Oleh karena itu, memilih lingkungan tinggal yang positif serta menciptakan komunitas yang sehat sangat penting untuk mendukung perkembangan kecerdasan emosi anak.

Mulai Usia Berapa Anak Bisa Belajar EQ?

Untuk bisa melatih kecerdasan emosional anak, ajarkan mereka sedini mungkin, bahkan sejak anak mulai bisa berinteraksi dan berbicara.

Usia 2–3 tahun adalah masa di mana anak mulai mengenal emosi dasar seperti marah, senang, atau takut. Di sinilah pentingnya memberi kosakata emosi dan mencontohkan cara mengelolanya.

Di usia prasekolah (3–6 tahun), anak sudah bisa diajak berdialog lebih dalam soal perasaan. Ini waktu ideal untuk menanamkan nilai empati, berbagi, dan menyelesaikan konflik kecil.

Stimulasi Kecerdasan Emosional Anak Sesuai Usia

Stimulasi EQ idealnya dilakukan sejak dini dan disesuaikan dengan usia serta tahap perkembangan anak. 

1. Usia 1–2 Tahun

Di usia ini, anak mulai belajar meniru ekspresi wajah dan nada bicara. Penting mengenalkan emosi dasar secara konsisten melalui interaksi sehari-hari.

Gunakan mainan atau boneka untuk mencontohkan emosi seperti senang, sedih, atau marah. Anak akan lebih mudah menangkap emosi jika disertai ekspresi visual.

Tanggapi emosi anak dengan lembut dan validasi perasaannya. Ucapan sederhana seperti “Kamu kecewa, ya?” membantu anak merasa dimengerti. Perbanyak kontak mata dan pelukan saat anak menunjukkan emosi kuat. 

2. Usia 3–4 Tahun

Anak mulai mampu mengenal berbagai nama emosi dan menyebutkannya. Mama bisa gunakan kartu emosi, buku cerita, atau video pendek.

Latih anak menyebutkan perasaannya secara verbal, seperti “Aku marah” atau “Aku senang.” Ini membantu mereka membangun kosakata emosional.

Berikan contoh kalimat empatik saat mereka kesal atau sedih. Misalnya, “Kamu marah karena tidak dapat giliran main, ya?”

Ajak anak menceritakan perasaannya setelah bermain atau bertengkar. Cara ini melatih refleksi emosional dan empati terhadap orang lain.

3. Usia 5–6 Tahun

Anak usia ini sudah bisa diajak diskusi dan bermain peran (roleplay). Gunakan situasi sederhana untuk melatih kecerdasan emosionalnya, seperti empati dan solusi.

Kenalkan cara mengelola emosi seperti menarik napas, diam sejenak, atau pergi ke tempat tenang. Ajarkan ini dengan permainan juga.

Dorong mereka menyatakan pendapat dan perasaan secara sopan saat kecewa atau tidak setuju. Ini bekal penting untuk kemampuan sosial yang sehat.

Selain itu, pemenuhan nutrisi seperti susu yang bagus untuk kecerdasan otak juga penting bagi perkembangan emosional dan kognitif si Kecil.

Baca Juga: 5 Karakter Penting Agar Si Kecil Siap Menghadapi Masa Depan

Apa Dampaknya Jika Anak Tidak Memiliki EQ yang Baik?

Tanpa EQ yang berkembang baik, anak cenderung sulit mengendalikan emosi. Mereka bisa mudah marah, menangis berlebihan, atau frustasi saat gagal.

Kurangnya empati membuat anak kesulitan menjalin pertemanan dan kerja sama. Hal ini bisa menyebabkan isolasi sosial atau konflik di sekolah.

Anak yang tidak mampu mengenali emosi cenderung tidak tahu cara menghadapinya. Ini bisa berdampak pada kesehatan mental saat dewasa nanti.

Untuk bisa mendapatkan ratusan expert-verified parenting content yang terkurasi sesuai usia si Kecil, gabung jadi member Nutriclub. Dapatkan juga akses ke call center yang terhubung langsung dengan ahli seputar nutrisi dan tumbuh kembang anak, serta beragam exclusive rewards khusus untuk Mama dan si Kecil dari setiap pembelian produk Nutrilon. Daftar gratis, sekarang!

Informasi yang Wajib Mama Ketahui

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama

Cherry, K., & Msed. (n.d.). Emotional Intelligence Skills: 5 Components of EQ. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/components-of-emotional-intelligence-2795438.

Developing Emotional and Social Competencies in Children: Evaluating the Impact of a Classroom-Based Program - Emily Storey-Hurtubise, Jen Forristal, Colin Henning, James D. A. Parker, 2022. (n.d.). Retrieved July 13, 2025 from https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/08295735211051825

Shengyao, Ye, Xuefen, Lin, Jenatabadi, Salarzadeh, H., Samsudin, & Zahari. (2024). Emotional intelligence impact on academic achievement and psychological well-being among university students: the mediating role of positive psychological characteristics | BMC Psychology | Full Text. BMC Psychology, 12(1), 1-18. https://bmcpsychology.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40359-024-01886-4.

Özal, , , , , , , & . (2024). Exploring emotional intelligence in children using the trait emotional intelligence questionnaire: A systematic review | BMC Psychology | Full Text. BMC Psychology. Retrieved July 13, 2025 from https://bmcpsychology.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40359-024-02094-w

Artikel Terkait