Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
Dukung Kecerdasan Emosional Anak Melalui Pola Asuh Baik

Pola Asuh Anak

Dukung Kecerdasan Emosional Anak Melalui Pola Asuh Baik

15 Januari 2020

Setiap orangtua tentu ingin memiliki anak yang cerdas. Namun beberapa orangtua masih belum paham betul bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual yang tinggi melainkan juga mencakup oleh kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasaan intelektual dapat dipengaruhi dari faktor genetik dan nutrisi yang baik, sementara kecerdasan emosional dan spiritual seorang anak didapatkan oleh lingkungan termasuk orangtua atau keluarga.1

Mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual anak sejak dini merupakan hal yang penting terhadap perkembangan emosi dan mental anak. Hal ini dimaksudkan agar anak selalu berada pada jalur yang benar untuk mencapai kesejahteraan hidup. Perkembangan kecerdasan emosi dan spiritual anak sangat tergantung pada lingkungan anak, salah satunya adalah keluarga. Namun, sebagian orangtua masih kurang memahami mengenai pola asuh yang tepat bagi perkembangan emosi anaknya. Orangtua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual kepada anak dengan memberikan pengalaman, pengetahuan dan teladan. Keterlibatan orangtua dalam memberikan bimbingan serta arahan bagi anak akan menentukan keberhasilan anak pada tahap selanjutnya.1

Pola asuh orangtua adalah pola pengasuhan orangtua terhadap anak, yaitu bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat.2

Did you know?

“Pola asuh yang baik dan kecerdasan emosianal harus dilakukan orangtua sejak dini agar tercapai hasil yang optimal”

dr. Putri Amelia, MKed (Ped), SpA

3 Macam Pola Asuh

1. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter memiliki ciri perilaku orangtua dengan kontrol yang ketat dan penilaian yang kritis terhadap perilaku anak, sedikit dialog, serta kurang hangat dan kurang terjalin emosi. Kecenderungan pola asuh otoriter menyebabkan anak kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup.

2. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif mencirikan orangtua yang memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada anak, tidak mengontrol, tidak menuntut, sedikit menerapkan hukuman, atau kekuasaan, penggunaan nalar, hangat dan menerima. Kecendrungan pola asuh ini meyebabkan anak kurang memiliki tanggung jawab dan anak dapat berbuat sekehendak hatinya tanpa pengontrolan orangtua.

3. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif mencirikan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban orangtua dan anak, orangtua yang mengontrol, menuntut, hangat, reseptif, rasional, berdialog secara verbal, serta menghargai disiplin, kepercayaan diri dan keunikan. Sehingga keduanya saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar berdisiplin.

Berdasarkan pemaparan diatas, pola asuh otoritatif dapat dikatakan sebagai pola asuh yang ideal bagi perkembangan anak. Pola asuh otoritatif menjadi pola asuh yang ideal untuk perkembangan anak dikarenakan:

  1. Orangtua yang otoritatif merupakan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi. Sehingga memberi kesempatan anak untuk membentuk kemandirian dan memberikan standar, batas, dan panduan yang dibutuhkan anak.
  2. Orangtua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan memperbolehkan anak mengutarakan pandangan mereka.
  3. Kehangatan dan keterlibatan orangtua yang diberikan oleh orangtua yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orangtua.

Kecerdasan emosi adalah suatu jenis kecerdasan yang memusatkan perhatiannya dalam mengenali, memahami, merasakan, mengelola, memotivasi diri sendiri dan orang lain serta dapat mengaplikasikan kemampuannya tersebut dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. 7 Ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yaitu 1) mudah bersosialisasi, 2) mudah bergaul dan jenaka, 3) tidak mudah takut dan gelisah, 4) berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau permasalahan, 5) memikul tanggung jawab dan mempunyai pandangan moral, 6) simpatik dan hangat dalam berhubungan, 7) merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun pergaulannya, dan memandang dirinya secara positif.

Pelatihan emosi yang dilakukan orang tua merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan emosi yang dimiliki anak. Pelatihan emosi biasanya digunakan oleh orangtua untuk memupuk empati dalam membina hubungan dengan anak mereka sambil meningkatkan kecerdasan emosi anak. Langkah-langkah yang digunakan untuk melatih emosi menurut dua ahli di atas yaitu:

  1. Menyadari emosi anak
  2. Mengenali emosi sebagai peluang akrab dan untuk mengajar
  3. Mendengarkan dengan penuh empati dan menegaskan perasaan-perasaan anak
  4. Menolong anak untuk memberi nama bagi emosinya dengan kata-kata
  5. Menentukan batas-batas sambil menolong anak untuk memecahkan masalah

Kecerdasan emosi dapat mendukung kesuksesan seseorang. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosi sejak kecil. Salah satunya dengan cara pelatihan emosi seperti yang telah diuraikan di atas. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh untuk setiap macam pola asuh yang diterapkan terhadap kecerdasan emosi anak. semakin baik pola asuh yang diterapkan orangtua, maka kecerdasan emosional dan spiritual yang dimiliki seorang anak semakin baik pula begitu juga sebaliknya.

Baca Juga: Jadikan Si Kecil Tangguh Siap Hadapi Masa Depan

comment-icon comment-icon