Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

Tumbuh Kembang

Bagaimana Pola Asuh Orang Tua Berdampak Bagi Perkembangan Anak?

Article Oleh : Mauliyana Puspa Adityasari 22 September 2023

Mama dan Papa sebagai orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam memutuskan pola asuh yang tepat sebagai bekal untuk menjadikan si Kecil pemenang. Sebab, pola asuh Mama akan memengaruhi kepribadian dan karakter anak di masa mendatang. Yuk, simak artikel ini untuk mencari tahu apa saja pola asuh pada anak dan cara menentukan mana yang yang paling tepat untuk si Kecil.

Jenis Pola Asuh Orang Tua dan Dampaknya Bagi Anak

Keluarga, terutama Mama dan Papa, merupakan sosok pertama dan utama yang memberi pengaruh terbesar bagi pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pola dan tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Maka itu, pola pengasuhan orang tua sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. 

Lalu, apa saja jenis pola asuh orang tua yang umum dan bagaimana dampaknya pada anak?

1. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian)

Pola asuh otoriter atau strict parenting adalah cara pengasuhan di mana orang tua berperan paling dominan dalam hidup anak. Orang tua memiliki kontrol penuh terhadap semua yang dilakukan anak dan menetapkan struktur serta aturan yang harus dipatuhi anak tanpa pengecualian.

Pola asuh ini tidak memberikan anak kesempatan untuk berpendapat terhadap setiap peraturan yang dibuat orang tua. Orang tua yang otoriter membangun pemahaman yang “saklek” pada anak tentang apa yang benar dan apa yang salah. Jika melakukan kesalahan, anak harus menerima konsekuensi sesuai peraturan yang dibuat. 

Di satu sisi, pola asuh ini melatih anak-anak untuk belajar bahwa peraturan ada karena suatu alasan dan jika batasan tersebut dilanggar, sesuatu yang “buruk” akan terjadi. Harapannya adalah untuk membesarkan anak yang berperilaku “lurus” dan patuh.

Pola asuh ini juga memfokuskan penegakkan aturan untuk keselamatan anak. Hal ini membantu melindungi anak-anak dari pengambilan keputusan yang berpotensi merugikan sekaligus menunjukkan kepada mereka bahwa ada jalan yang benar dan salah untuk diambil setiap kali suatu pilihan dapat dibuat. Intinya, ada definisi “baik” dan “buruk” dalam setiap situasi.

Ketika anak mengikuti setiap langkah dan aturan yang dibuat, orang tua semakin dekat dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini memudahkan untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Ketika kegagalan benar-benar terjadi, orang tua mengajari anak-anak pentingnya tanggung jawab dan memperbaiki kesalahan. 

Di sisi lain, dengan minimnya kendali serta atas hidupnya sendiri, anak-anak jadi kurang mampu mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi. Kedua hal tersebut sebenarnya penting dalam membangun sifat dan karakter kepemimpinan anak di masa depan.

Selain itu, anak berisiko mengalami masalah kepribadian dan krisis percaya diri karena pendapatnya tidak pernah dihargai. Kebanyakan anak mungkin akan menjadi lebih agresif dan penuh amarah, terhadap orang tua atau diri sendiri karena tidak memenuhi harapan atau peraturan yang telat dibuat.

Baca Juga: 10 Cara Memarahi Anak yang Benar Tanpa Kekerasan 

2. Pola Asuh Berwibawa (Authoritative)

Pola asuh berwibawa atau authoritative sedikit mirip dengan pola asuh otoriter. Orang tua tetap sebagai peran yang dominan dalam hidup anak untuk menetapkan batasan dan menegakkan aturan, tapi dengan mempertimbangkan pendapat dan perasaan anak. 

Dalam membuat aturan, orang tua otoritatif selalu menjelaskan mengapa mereka menetapkan aturan yang mereka buat. Ketika anak melanggar, orang tua yang otoritatif mendisiplinkan anak menggunakan konsekuensi yang pantas untuk mendukung anak berkembang jadi lebih baik, bukan dengan menghukum. 

Menurut berbagai penelitian, pola asuh otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang paling banyak manfaatnya karena seimbang antara disiplin dan otonomi (wewenang) anak. Sebab, orang tua memiliki pedoman yang jelas mengenai ekspektasi mereka dan menjelaskan alasan mereka terkait dengan tindakan disipliner.

Di sisi lain, anak dapat mengutarakan masukan dan komunikasi tentang tujuan dan harapan orang tuanya. Maka itu, hubungan orangtua-anak yang otoritatif sering kali terjalin erat, dengan komunikasi dua arah yang sehat dan hangat. 

Pola asuh otoritatif menghasilkan anak yang percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu mendisiplinkan diri sendiri. Anak dapat mengelola emosi negatif dengan lebih efektif, sehingga menghasilkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik.

Karena orang tua juga mendorong kemandirian, anak-anak mereka akan belajar bahwa mereka mampu mencapai tujuan mereka sendiri sehingga anak tumbuh dengan rasa percaya diri dan self-esteem yang lebih tinggi.

Selain itu, anak-anak ini memiliki prestasi akademik yang tinggi karena si Kecil lebih pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan mengevaluasi setiap risiko yang dihadapinya sehingga lebih mampu mengatasi tantangan dengan lebih baik. 

Baca Juga: 6 Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak

3. Pola Asuh Demokratif

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang mengedepankan pemberdayaan, empati, dan demokrasi. Memilih untuk menjadi orang tua yang demokratis adalah langkah yang baik, karena pendekatan ini memungkinkan anak-anak untuk berkembang secara optimal. 

Pola pengasuhan ini membantu orang tua mengembangkan kemandirian dengan mendorong anak membuat keputusan sendiri. Dengan begitu, orang tua memberikan lebih banyak ruang untuk menanamkan otonomi pada anak.

Orang tua yang demokratis memperlakukan anak-anak secara setara dengan hormat dan bermartabat. Karena, gaya pengasuhan demokratis mendorong anak untuk membuat pilihan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak diberi pilihan dan dibuat bertanggung jawab atas keputusan mereka.

Namun, bukan berarti anak bisa melakukan semua hal yang dilakukan orang dewasa dalam keluarga karena kebebasan harus diberikan sesuai dengan usianya. Pilihan-pilihan anak kemudian ditindaklanjuti dengan konsekuensi. Dengan demikian, anak-anak mengasosiasikan konsekuensi dengan pilihan mereka.

Anak-anak menjadi bertanggung jawab karena mereka memahami bahwa akan ada konsekuensi positif jika mereka membuat pilihan yang benar dan akan ada konsekuensi negatif jika mereka membuat pilihan yang salah. Oleh karena itu, anak mengembangkan rasa akuntabilitas.

Orang tua yang demokratis akan mendiskusikan peraturan dengan anak-anak mereka dan menjelaskan pentingnya memiliki peraturan. Bedanya dengan pola authoritarian dan otoriter adalah fokusnya.

Pola asuh demokratis berfokus membuat anak memahami peraturan, bukan menghukum mereka ketika melanggar peraturan. Konsekuensi bagi yang melanggar aturan pun tidaklah keras atau berbahaya.

Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih menerapkan pendekatan disiplin positif untuk memperkuat perilaku positif, seperti menggunakan sistem pujian dan penghargaan.  Orang tua menghargai perilaku positif anak ketika anak mengikuti aturan dan membuat pilihan yang baik. 

Baca Juga: 11 Karakteristik Belajar Anak Usia Dini yang Perlu Mama Pahami 

Manakah Pola Asuh yang Ideal?

Peran pola asuh pada anak sungguhlah penting dalam membentuk karakter anak. Pengalaman dan pola asuh yang diterima anak sejak kecil akan berpengaruh besar pada perkembangannya hingga masa dewasa.

Menjadi orang tua yang konsisten dalam mengasuh anak merupakan tantangan tersendiri, Ma. Kadang, orang tua tidak dapat mengikuti satu jenis pola asuh saja. Mungkin akan ada waktu-waktu tertentu di mana orang tua harus permisif dan juga harus lebih otoriter. Namun, penting untuk Mama agar tidak merasa bersalah jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan.

Apa pun pola asuh yang Mama Papa terapkan di rumah, pola asuh orangtua yang baik idealnya selalu mengekspresikan kasih sayang (memeluk, mencium, memberi pujian), melatih kemandirian dan regulasi emosi secara sehat, serta mempraktekkan disiplin yang positif.

Hal ini akan membuat si Kecil merasa diperhatikan dan akan lebih percaya diri yang pada akhirnya membentuk pribadi pemenang. Anak yang merasa diperhatikan dan disayangi oleh orangtuanya tidak merasa takut untuk bergaul dengan orang lain, lebih berekspresif, dan tidak takut gagal untuk mencoba hal-hal baru sehingga perkembangan anak terutama anak-anak di bawah 5 tahun akan maksimal. 

Yang paling penting, teruslah tanamkan growth mindset kepada si Kecil agar ia tumbuh menjadi anak yang terus menang di setiap langkah. Dengan memberikan dukungan yang seimbang antara aturan dan kemandirian, Mama akan membantu menciptakan lingkungan sehat yang mendukung pertumbuhan fisik, emosional, sosial, dan intelektual si Kecil.

Selain itu, penting juga untuk membekali perjalanan kemenangan si Kecil dengan terus memenuhi kebutuhan gizinya dari makanan dan dampingan susu Nutrilon Royal 3 ACTIDUOBIO+. Nutrilon Royal dilengkapi dengan kandungan FOS GOS 1:9 yang lebih tinggi serta omega 3, 6, dan DHA yang sudah teruji klinis untuk dukung imunitas si Kecil.

Karena untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir si Kecil, daya tahan tubuh mereka harus kuat dulu agar si Kecil lebih siap menerima dan menyerap semua informasi baru.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. Gaya Asuh dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Anak – LM Psikologi UGM. (2020, July 18). Ugm.ac.id. https://lm.psikologi.ugm.ac.id/2020/07/gaya-asuh-dan-pengaruhnya-pada-perkembangan-anak/
  2. ‌Hosokawa, R., & Katsura, T. (2018). Role of Parenting Style in Children’s Behavioral Problems through the Transition from Preschool to Elementary School According to Gender in Japan. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(1), 21–21. https://doi.org/10.3390/ijerph16010021
  3. ‌Sanvictores, T., & Mendez, M. D. (2022, September 18). Types of Parenting Styles and Effects On Children. Nih.gov; StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/
  4. Verywell. (2022). 4 Types of Parenting Styles and Their Effects on Kids. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/types-of-parenting-styles-1095045
  5. ‌Li, P. (2016, November 29). 4 Types of Parenting Styles and Their Effects On Children. Parenting for Brain. https://www.parentingforbrain.com/4-baumrind-parenting-styles/
  6. Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal. Kemkes.go.id. https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/021113-kebutuhan-dasar-anak-untuk-tumbuh-kembang-yang-optimal
Artikel Terkait