Loading...
Banner Artikel 14 Cara Memarahi Anak yang Benar dan Bijak Tanpa Kekerasan
Tumbuh Kembang

14 Cara Memarahi Anak yang Benar dan Bijak Tanpa Kekerasan

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 02 September 2021

Diperbarui: 27 Oktober 2025


  • Kenapa Memahami Cara Memarahi Anak yang Benar Itu Penting?
  • Cara Memarahi Anak yang Benar

Cara memarahi anak yang benar penting untuk Mama terapkan agar teguran tidak sampai melukai perasaan si Kecil. Sebab, memarahi dengan kasar atau membentak justru bisa membuat ia tumbuh minder, mudah cemas, atau menjadi agresif.

Kenapa Memahami Cara Memarahi Anak yang Benar Itu Penting?

Penelitian University of Cambridge (2023) menunjukkan, anak yang sering ditegur dengan kasar (seperti dibentak, dipermalukan, atau dihukum fisik) sejak usia tiga tahun lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dan masalah mental lainnya.

Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh seperti ini lebih rentan menarik diri dari lingkungan, bersikap agresif, impulsif, dan sulit mengontrol emosi.

Tak hanya itu, hubungan emosional antara orang tua dan anak bisa rusak. Anak mungkin menjadi takut terbuka, minder, atau memilih menjauh karena merasa tidak dipahami.

Cara Memarahi Anak yang Benar

Memarahi anak bukan berarti berbuat kasar, melainkan memberi batas agar ia tahu mana yang baik dan buruk. Begini, Ma, beberapa panduan memarahi anak yang benar.

1. Kenali Karakter Masing-Masing Anak

Setiap anak punya kepribadian dan temperamen yang berbeda. Anak pertama mungkin lebih patuh, sedangkan anak bungsu cenderung lebih ekspresif. 

Memahami karakter anak ini bisa membuat Mama lebih sabar dan membantu memilih pendekatan yang efektif tanpa harus membentak si Kecil.

2. Kontrol Emosi Orang Tua Sebelum Menegur

Jangan memarahi anak ketika sedang marah besar. Ambil waktu sejenak untuk menarik napas dan menenangkan diri agar tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan.

Hal ini juga bisa mengajarkan anak bagaimana mengelola emosi secara sehat. Jadi, tenangkan diri dulu sebelum berbicara, ya, Ma.

3. Tentukan Prioritas Masalah yang Perlu Ditegur

Tidak semua perilaku si Kecil yang salah harus ditegur, Ma. Pilih masalah yang benar-benar penting, seperti yang membahayakan dirinya atau orang lain. 

Hal-hal kecil seperti tumpahan air bisa jadi kesempatan belajar, bukan sumber amarah. Dengan begitu, anak merasa dihargai dan belajar bertanggung jawab tanpa merasa ditekan. 

Baca Juga: 5 Cara Melatih Mental Anak Usia Dini agar Tumbuh Mandiri dan Berani

4. Sampaikan Harapan dengan Kata Positif

Alih-alih berkata “jangan lari!”, ubahlah menjadi “tolong jalan pelan-pelan, ya”. Kalimat positif lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak, terutama pada usia dini.

Menurut CDC, anak-anak belajar perilaku dari kata-kata dan ekspresi orangtuanya. Dengan cara memarahi anak yang benar ini, si Kecil bisa paham batasan tanpa merasa disalahkan.

5. Kenali Pemicu Emosi Anak

Cari tahu hal yang disukai dan tidak disukai anak. Misalnya, jika si Kecil enggan duduk di kursi mobil, alihkan perhatiannya dengan hal positif seperti memutarkan lagu favoritnya.

Namun, jika ia tetap menolak, jelaskan dengan tenang bahwa perjalanan tidak bisa dimulai sebelum ia duduk di kursinya. Cara ini membantu anak belajar disiplin tanpa perlu dimarahi.

6. Tetap Konsisten dengan Aturan

Konsistensi penting agar anak memahami batasan dan belajar disiplin. Jadi, meskipun si Kecil berteriak menangis di tempat umum, Mama sebaiknya tetap tegas menetapkan aturan.

Saat di tempat umum, ajak si Kecil bicara ke tempat yang sepi, lalu biarkan ia tenang, atau akhiri saja dan pergi.

7. Hindari Memaksa Anak

Memaksa anak untuk menuruti keinginan orang tua bisa membuatnya merasa tidak dihargai dan kehilangan kendali atas dirinya. 

Anak yang sering dipaksa cenderung lebih mudah memberontak di kemudian hari. Sebagai gantinya, beri pilihan terbatas agar ia belajar bertanggung jawab atas keputusan sendiri. 

Baca Juga: Apa itu Growth Mindset dan Bisakah Diterapkan pada Anak?

8. Biarkan Anak Belajar dari Pengalaman

Kadang anak perlu mengalami sendiri konsekuensi alami dari tindakannya agar belajar. 

Misalnya, membiarkan anak merasakan kedinginan karena lupa membawa jaket bisa jadi pelajaran berharga tanpa harus dimarahi.

Cara memarahi anak yang benar ini terbukti lebih efektif dibandingkan hukuman keras dalam menanamkan tanggung jawab. Hukuman justru bisa menyebabkan perasaan dendam.

9. Ajak Anak Bekerja Sama

Daripada memerintah, coba ajak anak terlibat dalam penyelesaian masalah, Ma. Misalnya, tanyakan, “Bagaimana kalau kita bereskan mainannya sama-sama?” 

Anak akan merasa dihargai dan lebih mau mendengarkan. Pendekatan ini juga membantu membangun kepercayaan diri anak serta empati antara orang tua dan anak.

10. Pilih Waktu dan Tempat yang Tepat untuk Menegur

Hindari memarahi anak di depan umum ya, Ma, karena bisa membuatnya malu dan defensif. Tegurlah saat suasana tenang dan privat agar ia lebih menerima pesan yang disampaikan.

Menurut panduan Positive Discipline dari University of Michigan, anak lebih mudah memahami dan memperbaiki perilakunya ketika orang tua menegur dengan tenang dalam lingkungan yang aman secara emosional.

11. Gunakan Konsekuensi Logis, Bukan Hukuman Fisik

Cara memarahi anak yang benar bukan dengan hukuman fisik. Hukuman fisik dapat melukai si Kecil dan tidak mengajarkan anak cara memperbaiki kesalahan. 

Daripada hukuman, Mama bisa gunakan konsekuensi logis, misal anak harus membereskan mainan yang ia tumpahkan. 

Disiplin yang efektif adalah yang mengajarkan, bukan yang menakut-nakuti. 

12. Apresiasi Perilaku Positif Setelah Teguran

Setelah anak mulai memperbaiki perilakunya, berikan pujian sederhana ya, Ma. Ucapan seperti “Mama senang kamu mau mencoba lebih sabar tadi” dapat memperkuat perilaku positif si Kecil.

Anak-anak pada dasarnya perlu tahu kapan mereka berbuat buruk dan kapan pula berbuat baik. Ini merupakan bagian dari cara mendidik anak yang perlu orang tua terapkan.

Baca Juga: 7 Tanda Anak Percaya Diri dan Cara Melatihnya

13. Bangun Komunikasi Dua Arah

Coba dengarkan alasan anak sebelum menegur. Ini merupakan cara memarahi anak yang benar, yang perlu dilakukan Mama setiap si Kecil melakukan kesalahan.

Kadang perilaku negatif muncul karena anak ingin diperhatikan atau sedang merasa sedih. Dengan mendengarkan, anak belajar bahwa emosinya valid dan penting.

14. Konsultasi dengan Ahlinya Bila Perlu

Jika anak sering berperilaku agresif atau sulit diatur meski sudah ditegur dengan cara yang benar, sebaiknya konsultasikan kepada psikolog anak, Ma.

Ahli dapat membantu orang tua memahami akar masalah dan memberi strategi pengasuhan yang sesuai. 

Jadi, bagaimana, Ma, masih mau memarahi si Kecil dengan cara yang lama? Ikuti cara memarahi anak yang benar ini, ya, supaya tidak memberikan dampak negatif kepada si Kecil.

Nutrilon Royal 3
Teruji Klinis dengan kandungan double biotics
FOS:GOS dan DHA & EPA. Bantu dukung daya
Tahan tubuh dan Daya Pikir si Kecil
Pelajari Lebih Lanjut!

Gabung jadi member Nutriclub untuk dapatkan ratusan expert-verified parenting content yang terkurasi sesuai usia si Kecil, akses ke call center yang terhubung langsung dengan ahli seputar nutrisi dan tumbuh kembang anak, serta beragam exclusive rewards khusus untuk Mama dan si Kecil dari setiap pembelian produk Nutrilon. Daftar gratis, sekarang!

Informasi yang Wajib Mama Ketahui

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. ‌Ginta, D. (2016, March 23). The Long-Lasting Effects of Yelling at Your Kids. Healthline. https://www.healthline.com/health/parenting/yelling-at-kids
  2. Austin, D. (2025, March 14). Why Yelling at Kids Backfires and What to Do Instead. Parents. https://www.parents.com/why-yelling-at-kids-backfires-and-what-to-do-instead-11697229
  3. Editorial Team. (2018, November 5). What’s the Best Way to Discipline My Child? HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/family-life/family-dynamics/communication-discipline/Pages/Disciplining-Your-Child.aspx
  4. Editorial Team. (2023, October 25). 10 Tips to Prevent Aggressive Behavior in Young Children. HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Aggressive-Behavior.aspx
  5. Editorial Team. (2009, November 2). Strategies and Solutions For Handling A Difficult Child. HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/Pages/Strategies-and-Solutions-For-Handling-A-Difficult-Child.aspx
  6. Editorial Team. (2024, August 8). Steps for Giving Good Directions. CDC. https://www.cdc.gov/parenting-toddlers/directions/good-directions.html
  7. Brown, J. (2017, June 8). ‌How to Cope with a Stubborn Toddler. Riley Children’s Health. https://www.rileychildrens.org/connections/how-to-cope-with-a-stubborn-toddler
  8. Shenfield, T. (2025, May 14). On Harmful Effects of Controlling Parenting on Children. Child Psychology Resources by Dr. Tali Shenfield. https://www.psy-ed.com/wpblog/effects-of-controlling-parenting/
  9. Lerner, C. (2019, January 31). Parenting Without Power Struggles. PBS KIDS for Parents. https://www.pbs.org/parents/thrive/parenting-without-power-struggles
  10. Kennedy, B. (2024, September 24). ‌How to Discipline Your Child: 6 Ways That Work. Good Inside. https://www.goodinside.com/blog/how-to-discipline-your-child-6-ways-that-work/
  11. ‌Dilzell, K. (2023, December 26). Alternatives to yelling: Nurturing healthy communication with children. Children’s Hospital New Orleans. https://www.manningchildrens.org/news-blog/2023/december/alternatives-to-yelling-nurturing-healthy-commun/
  12. Editorial Team. (2009). Positive Discipline–Guiding Your Child’s Behaviour. University of Michigan - C.S. Mott Children’s Hospital and Women’s Hospital. https://www.med.umich.edu/1libr/aha/PositiveDiscipline-parent.pdf
  13. Editorial Team. (2024, January 23). Understanding Your Child’s Temperament: Why It’s Important. HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/Pages/How-to-Understand-Your-Childs-Temperament.aspx
  14. University of Cambridge. (2023, April 1). Harsh discipline increases risk of children developing lasting mental health problems. ScienceDaily. https://www.sciencedaily.com/releases/2023/03/230330210742.htm
  15. ‌Heath, G. H., Fife-Schaw, C., Wang, L., Eddy, C. J., Hone, M. J. G., & Pollastri, A. R. (2020). Collaborative Problem Solving reduces children's emotional and behavioral difficulties and parenting stress: Two key mechanisms. Journal of clinical psychology, 76(7), 1226–1240. https://doi.org/10.1002/jclp.22946
Artikel Terkait