Loading...
Perkembangan otak anak - Nutriclub.
Perkembangan Otak

Perkembangan Otak Anak: Tahapan & Cara Mengoptimalkannya

Foto Reviewer

Disusun oleh: Tim Penulis

Ditinjau oleh: dr. Citra Raditha, Sp.A (K)

Diterbitkan: 26 Agustus 2022


  • Bagaimana Perkembangan Otak Anak? 
  • Tahapan Perkembangan Otak Anak
  • Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Otak Anak? 
  • Cara Mengoptimalkan Perkembangan Otak Anak

Perkembangan otak anak berlangsung paling optimal dalam 5 tahun pertama usianya. Cari tahu tahapan perkembangan otak dan cara mengoptimalkannya!

Bagaimana Perkembangan Otak Anak? 

Otak anak terus tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan, hingga pada saat lahir berat otak mencapai sekitar 25% dari berat otak orang dewasa.

Lalu dalam 1 tahun pertama anak, sel saraf otak (neuron) akan saling terhubung untuk memungkinkan ia bergerak, berpikir, berkomunikasi, dan melakukan hampir semua hal.

Hingga pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 80% dari berat otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun berat otak sudah mencapai 90% dari otak dewasa

Tahapan Perkembangan Otak Anak

Otak anak akan mengalami perkembangan paling pesat pada 1000 hari kehidupan pertama dan akan mencapai ukuran hampir sempurna pada usia 5 tahun. Berikut detail tiap tahapannya: 

1. Usia 0-1 Tahun

Saat lahir ukuran kepala si Kecil baru 25% dari otak orang dewasa. Setelah itu, otak si Kecil akan berkembang sangat pesat. 

Memasuki usia 1 tahun, otaknya akan mencapai ukuran 70% sehingga pada umumnya ia sudah mampu: 

  • Meniru gerakan dan gestur. 
  • Memegang dan menabrakkan dua benda dengan kedua tangannya. 
  • Minum dari cangkir dengan benar. 
  • Menemukan benda yang disembunyikan. 
  • Dapat memahami instruksi sederhana. 
  • Dapat memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah. 
  • Memanggil mama atau papa.
  • Mengangkat badan untuk berdiri.
  • Mulai berjalan.

2. Usia 2-3 Tahun 

Perkembangan otak anak mencapai 80% - 85% ketika berusia 3 tahun. Di dalamnya juga sudah terjalin sekitar ribuan triliun saraf (synapses).

Pada tahapan ini, otak akan mulai mengembangakan kemampuan mengingat, berbahasa, berpikir, dan menalar sehingga ia bisa: 

  • Mengelompokkan bentuk dan membedakan warna. 
  • Menemukan benda-benda yang disembunyikan di bawah beberapa lapisan.
  • Melengkapi kalimat yang berasal dari buku-buku yang sering dibaca. 
  • Bermain peran (roleplay) sederhana.
  • Menyusun menara dengan 4 balok atau lebih.
  • Memahami instruksi 2 langkah. 
  • Mulai memiliki tangan dominan. 
  • Menunjuk benda-benda ketika ditanya.
  • Marangkai 2 kata.
  • Menunjuk anggota tubuh ketika ditanya.
  • Bergerak aktif berlari dan menendang bola.

3. Usia 4-5 Tahun 

Pada usia 4-5 tahun, perkembangan otak anak sudah hampir sempurna, yaitu mencapai 90-92% dari otak orang dewasa. 

Hal tersebut memberikan pengaruh besar pada perkembangan kognitifnya, maka pada umumnya, anak usia 5 tahun sudah bisa: 

  • Berbicara dengan jelas menggunakan struktur kalimat yang kompleks. 
  • Menghitung jumlah benda sampai 10 atau lebih. 
  • Mengenal dan menyebutkan paling tidak 4 jenis warna. 
  • Mengenal dan menyebutkan paling tidak 3 jenis bentuk. 
  • Mengenal beberapa jenis huruf. 
  • Menulis namanya. 
  • Mengerti konsep waktu. 
  • Mengerti konsep jadwal kegiatan sehari-hari. 
  • Mengerti konsep “waktu yang akan datang”. 
  • Memiliki fokus yang baik. 
  • Mengerti instruksi 2-3 langkah. 
  • Mengerti beberapa tanda seperti “Stop”. 
  • Jika diajari, anak akan mengerti nomor telepon dan alamat rumahnya. 
  • Mengerti barang-barang yang ada di kehidupan sehari-harinya. 

Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Otak Anak? 

Genetik merupakan faktor penentu utama cetak biru otak anak. Namun, perkembangannya akan dipengaruhi oleh banyak faktor dalam kehidupan si Kecil, antara lain: 

  • Kondisi lingkungan. 
  • Kondisi keluarga. 
  • Stimulasi yang diberikan. 
  • Pengalaman hidup (terutama di 1000 HPK). 
  • Hubungan dengan orang tua.
  • Interaksi sosial.
  • Pola asuh.
  • Asupan nutrisi. 

Cara Mengoptimalkan Perkembangan Otak Anak

Stimulasi yang berulang-ulang dan konsisten akan memperkuat hubungan antar sel saraf otak dan menjadikannya permanen. Berikut cara-cara mendukung perkembangan otak si Kecil:

1. Rutin Membacakan Buku Sejak Dini

Mama bisa mulai membacakan buku cerita pada si Kecil sejak ia masih dalam kandungan. Sebab bayi sudah bisa mendengar saat kandungan berusia sekitar 27-29 minggu. 

Membaca buku bantu anak belajar tentang suara, kosakata, dan bahasa, melatih anak berfikir logis, serta mempererat hubungan dengan orangtua.

Rutih membacakan buku sejak dini akan membuat kecerdasan intelektualnya lebih tinggi pada usia sekolah.

Penelitian mengungkapkan bahwa membaca buku bantu anak belajar tentang suara, kosakata, dan bahasa, melatih anak berpikir logis, serta mempererat hubungan dengan orang tua. 

Baca Juga: Ingin Anak Lancar Membaca Tanpa Mengeja? Yuk, Simak Tipsnya!

2. Ajak Berlatih Alat Musik

Untuk semakin meningkatkan perkembangan otak anak, Mama bisa mengajaknya berlatih memainkan alat musik sejak dini dengan cara yang menyenangkan.

Mahir memainkan alat musik memiliki efek yang lebih permanen pada keterampilan berpikir tertentu dibandingkan hanya mendengarkan musik. Anak-anak yang rutin les musik secara rutin jangka panjang mampu menyelesaikan problem solving lebih cepat dan efisien.

Baca Juga: Benarkah Kecerdasan Anak Menurun dari Ibu?

3. Ajarkan Mengenal Angka dan Bilangan

Anak idealnya sudah bisa berhitung dari satu sampai 10 dan berhitung mundur ketika akan memasuki taman kanak-kanak. 

Mama dapat membantu anak mengenal angka dan belajar berhitung dengan mengajak menghitung berapa boneka yang ia miliki ketika sedang beres-beres kamar, atau hitung jumlah mobil dan bus yang lewat.

4. Ajak Anak Berkunjung ke Museum

Otak anak dapat memodifikasi dan memperkuat koneksi sarafnya melalui berbagai cara belajar. Jadi, ingatlah untuk selalu memberikan stimulasi yang tepat untuk anak.

Salah satu aktivitas yang bisa mendukung perkembangan otak anak adalah mengunjungi destinasi edutainment yang berhubungan dengan topik favorit anak.

Misalnya, bila anak suka dinosaurus, Mama bisa mengajaknya pergi ke Museum Zoologi untuk memperlihatkan ukuran rangka dinosaurus yang sesungguhnya dan terpicu rasa ingin tahunya.

Baca Juga: Mengenal Konsep Growth Mindset dan Pentingnya untuk Anak

5. Ajarkan Bahasa Kedua pada Anak yang Sudah Lancar Bicara

Untuk memaksimalkan perkembangan otak si Kecil, Mama bisa mengajari bahasa kedua sejak dini. Secara alami, anak usia dini lebih reseptif terhadap berbagai jenis bahasa. Dan karena belum mulai sekolah, anak juga memiliki lingkungan yang lebih kondusif untuk belajar bahasa baru. 

Disamping itu, belajar bahasa kedua bisa melatih kemampuan fokus, mengingat, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan mendengarkan pada anak. 

Walaupun demikian, mengajarkan bahasa kedua ini hanya dapat diterapkan jika anak tidak mengalami keterlambatan dan kesulitan bicara.

6. Ajak Anak Aktif Bergerak

Bergerak aktif berkaitan erat dengan sistem imun yang lebih kuat dan perkembangan otak anak yang lebih optimal.

Saat bergerak aktif, anak mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan berinteraksi langsung dengan lingkungan di sekitarnya. 

Sedangkan sistem imun yang kuat akan membuat sel T bekerja optimal untuk melindungi otak anak dari peradangan dan menjaga fungsi otaknya agar tetap tajam. 

Oleh karena itu, Mama bisa daftarkan anak untuk mengikuti berbagai kegiatan yang melibatkan fisik. Contohnya kelas balet, kursus gymnastic, atau ikut klub sepak bola.

7. Memberikan Permainan Sensorik

Keterampilan sensorik (panca indera) menjadi salah satu landasan utama agar anak memiliki susunan saraf pusat otak yang lebih reseptif terhadap input pembelajaran yang diberikan.

Mama bisa memberikan permainan sensorik bahkan sejak si Kecil berusia 0 bulan. Jangan lupa untuk menggunakan bahan yang aman untuk kulit dan perut si Kecil yang masih sensitif.

Salah satu ide permainan sensorik untuk anak adalah membekukan mainan di dalam agar-agar dan minta si Kecil untuk mengeluarkannya. 

8. Menggambar

Menggambar bisa membantu meningkatkan daya pikir kreatif, daya ingat, dan rentang fokus anak.

Selain itu, aktivitas ini juga merangsang motorik halus dan koordinasi mata-tangan anak. Keterampilan yang sangat diperlukan anak untuk belajar menulis dengan baik saat sudah usia sekolah.

Mama bisa menyediakan mini easel sebagai media menggambar anak. Sediakan juga berbagai alat mewarnai yang mudah dipegang seperti spidol ukuran besar, krayon, dan kuas besar.

Baca Juga: Manfaat Metode Montessori dan Ide Permainannya untuk Anak

9. Ajak si Kecil Masak Bersama

Terdengar sepele, namun memasak bersama bisa jadi salah satu cara menyenangkan untuk memaksimalkan perkembangan otak anak. 

Sebab, saat memasak anak secara tidak langsung akan mengenal konsep matematika dasar berupa volume, ukuran (besar-kecil-panjang-pendek), dan bentuk.

Misalnya satu gelas susu, 2 sendok gula, 1 cup beras, potong kecil-kecil, bentuk bulat-bulat, dan lain sebagainya. Jangan lupa untuk menunjukkan cara pengukurannya. 

10. Nutrisi untuk Kecerdasan Otak

Selain memberikan stimulasi, Mama perlu memastikan si Kecil selalu mendapat asupan nutrisi yang tepat supaya otaknya berkembang optimal. 

Selain dari makanan sehari-hari, Mama juga dapat memberikan susu yang bagus untuk perkembangan otak yang telah difortifikasi nutrisi optimal Double Biotics (FOS:GOS 1:9), DHA & EPA lebih tinggi, serta omega-3 dan omega-6.

Untuk dapatkan panduan lengkap seputar cara optimalkan kecerdasan otak anak, daftar di Nutriclub sekarang. Dengan jadi member, Mama bisa mendapatkan akses eksklusif ke berbagai konten digital eksklusif mulai dari E-Book, Podcast, sampai Kulwap yang dimoderatori expert!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. CDC. (2024, September 26). What is a Developmental Milestone? Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/index.html
  2. Editorial Team. Early childhood and the developing brain - Centre for Early Childhood. (2023). Early Childhood and the Developing Brain - Centre for Early Childhood. https://centreforearlychildhood.org/latest-learnings/case-studies/early-childhood-developing-brain/
Artikel Terkait