Kurang tidur pada anak bukan masalah sepele. Pasalnya, gangguan tidur pada anak bisa mengganggu otak, imun, dan tumbuh kembang si Kecil. Mengenali penyebab dan gejalanya sejak dini penting agar Mama bisa menanganinya dengan tepat.
Apa Itu Gangguan Tidur pada Anak?
Gangguan tidur adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur, tidur tidak nyenyak, atau memiliki pola tidur yang tidak teratur secara rutin sehingga menyebabkan kurang tidur.
Umumnya, anak membutuhkan sekitar 9 jam tidur setiap malam. Namun, meski tidur 9 jam, kualitas tidurnyalah yang menentukan apakah si Kecil benar-benar cukup istirahat atau tidak.
Pada anak, gangguan tidur bisa muncul sebagai masalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur (insomnia), teror tidur (Night Terrors), sering mimpi buruk, sleep walking, atau mengigau.
Apa Penyebab Gangguan Tidur pada Anak?
Gangguan tidur pada anak dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari psikis, lingkungan, hingga fisik. Berikut contohnya:
- Faktor kesehatan: obesitas, alergi, asma, nyeri kronis, batuk, pilek.
- Faktor psikologis: stres, kecemasan, trauma.
- Faktor lingkungan: kondisi kamar tidur (suhu, cahaya, kebisingan), kebiasaan tidur tidak konsisten.
- Faktor perilaku: terlalu banyak tidur siang, terlalu banyak gadget, pola tidur tidak teratur, kurang aktivitas fisik.
Baca Juga: Berapa Jam Idealnya Anak Tidur Malam?
Jenis-Jenis Gangguan Tidur pada Anak
Gangguan tidur adalah kondisi yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu tidur anak. Mengetahui jenis gangguan tidur yang umum dialami anak bisa membantu Mama mendeteksi gejalanya lebih dini.
Berikut ini adalah beberapa gangguan tidur pada anak:
1. Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat anak sulit memulai tidur, sering terbangun di malam hari, atau tidur tidak nyenyak, sehingga durasi tidur dan kualitas tidurnya terganggu secara rutin.
Penyebab insomnia pada anak bisa berupa kebiasaan tidur yang tidak teratur, stimulasi berlebihan dekat waktu tidur, hingga stres atau kecemasan akibat perubahan rutinitas tidur (misalnya mulai belajar tidur sendiri).
Faktor lingkungan seperti cahaya terlalu silau, suara bising, dan penggunaan gadget juga dapat mengganggu tidurnya. Kondisi ini bisa berlangsung singkat (akut) atau dalam jangka panjang (kronis).
2. Teror Tidur (Night Terrors)
Teror tidur (night terrors) adalah gangguan tidur yang membuat anak tiba-tiba terbangun dari tidur dengan panik, menangis, dan menjerit hingga melonjak terduduk atau menendang-nendang.
Meski tampak sangat ketakutan dengan jantung berdebar dan napas cepat, anak tetap setengah sadar dan biasanya tidak mengingat kejadian itu keesokan harinya.
Night terrors termasuk parasomnia, yaitu gangguan tidur dengan perilaku abnormal sebelum, saat, atau setelah bangun tidur.
Kondisi ini umum terjadi pada anak usia 3–7 tahun dan bisa dipicu kurang tidur, sakit, atau jadwal tidur yang tidak teratur. Hal ini berbeda dengan mimpi buruk, yang umumnya bisa diingat anak setelah bangun.
3. Mimpi Buruk
Mimpi buruk juga termasuk parasomnia. Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terasa jelas dan nyata, sehingga membangunkan anak dari tidur secara tiba-tiba. Namun, mimpi buruk berbeda dengan night terror.
Night terrors terjadi pada fase tidur non-REM, saat anak masih setengah sadar dan masih mudah dibangunkan. Mimpi buruk muncul pada fase REM (tidur lelap), di mana anak sulit dibangunkan.
Anak biasanya ingat isi mimpi buruk tersebut dan bisa menceritakannya kembali saat bangun. Faktor pemicu mimpi buruk pada anak bisa berupa stres, kelelahan, atau menonton hal menakutkan sebelum tidur.
Baca Juga: Si Kecil Mimpi Buruk atau Night Terror? Lakukan Hal Ini!
4. Tidur Berjalan (Sleep Walking)
Tidur berjalan (sleep walking) atau juga disebut somnambulisme, adalah gangguan tidur yang menyebabkan anak bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan saat masih tidur.
Anak tampak sadar tapi sebenarnya masih tetap dalam kondisi tidur dan tidak ingat kejadian tersebut keesokan harinya.
Gangguan tidur ini sering muncul pada anak usia 4–8 tahun dan bisa dipicu kurang tidur, stres, atau kelelahan. Umumnya tidak berbahaya, tapi tidur berjalan dapat menimbulkan risiko cedera jika anak bergerak tanpa pengawasan.
5. Restless Leg Syndrome (Sindrom Kaki Gelisah)
Restless Leg Syndrome (RLS) adalah gangguan neurologis yang membuat anak sering perlu menggerakkan kaki untuk meredakan sensasi tidak nyaman seperti geli, tertarik, atau berdenyut yang biasanya memburuk menjelang tidur.
Penyebab RLS pada anak sering terkait faktor genetik, kekurangan zat besi, atau kondisi medis tertentu.
Gangguan ini membuat anak sulit tidur atau sering terbangun, sehingga kualitas tidurnya menurun. Akibatnya, RLS bisa memengaruhi konsentrasi, suasana hati, dan performa belajar anak di sekolah.
6. Gangguan Ritme Sirkadian
Tubuh anak punya sistem yang disebut ritme sirkadian. Ritme ini akan mengatur kapan waktu anak tidur dan bangun.
Gangguan ritme sirkadian juga dapat menyebabkan anak mengalami gangguan tidur. Ini menyebabkan si Kecil tidur terlalu malam atau bangun terlalu siang (delayed sleep-wake phase disorder).
7. Gangguan Tidur Akibat Kondisi Medis
Beberapa kondisi kesehatan yang dimiliki anak juga bisa menyebabkan gangguan tidur pada anak, seperti asma, alergi, refluks, dan nyeri.
Sesak napas, batuk, dan rasa sakit bisa membangunkan si Kecil dari tidur berulang kali di malam hari dan membuatnya tidak mendapatkan tidur cukup.
Beberapa penyakit dan kondisi medis lain yang juga dapat memicu insomnia pada anak adalah infeksi seperti ISPA atau infeksi telinga, gangguan pencernaan, dan gangguan perkembangan seperti ADHD dan autisme.
8. Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan tidur yang menyebabkan anak mengalami henti napas sejenak saat tidur. Ini menyebabkan oksigen ke otak terhenti dan membuat si Kecil sering terbangun di malam hari.
Mendengkur bisa jadi salah satu ciri anak mengalami obstructive sleep apnea. Namun, tidak berarti kalau anak mendengkur, si Kecil pasti mengalami OSA, ya, Ma.
Pada anak, kondisi ini dapat disebabkan oleh amandel yang membesar, obesitas, dan masalah pada rongga gigi dan mulut, atau bawaan lahir.
Baca Juga: 14 Cara Menidurkan Anak Setelah Disapih agar Tidak Rewel
Tanda dan Gejala Gangguan Tidur pada Anak
Ada beberapa tanda-tanda yang bisa Mama perhatikan untuk tahu apakah si Kecil mengalami gangguan tidur, seperti:
- Mengantuk di siang hari
- Mudah rewel atau agresif
- Kesulitan berkonsentrasi dan belajar
- Sering terbangun di malam hari
- Perubahan mood dan perilaku
- Mengorok
- Henti napas ketika tidur
- Susah tidur di malam hari
- Mengompol
- Mengertakkan gigi (bruxism)
- Kesulitan bangun di malam hari
Namun, bukan berarti mengalami tanda di atas sudah pasti si Kecil mengalami gangguan tidur, ya, Ma. Mama bisa konsultasi ke dokter untuk memastikannya.
Mama juga bisa bertanya langsung kepada Nutriclub Expert Advisor, tim ahli terpercaya kami di bidang nutrisi, parenting, kesehatan dan tumbuh kembang anak yang hadir 24/7 untuk bantu Mama. Gratis, tanpa perlu buat janji.
Dampak Gangguan Tidur pada Anak
Tanpa tidur yang cukup, si Kecil berisiko mengalami masalah kognitif dan pembelajaran di sekolah hingga risiko masalah kesehatan kronis.
Beberapa dampak gangguan tidur pada anak, yaitu:
- Sulit berkonsentrasi di sekolah
- Penurunan performa belajar
- Gangguan perilaku dan emosi
- Penurunan sistem kekebalan tubuh
- Masalah tumbuh kembang
- Risiko gangguan kesehatan kronis (jangka panjang)
- Mood swing
Cara Mengatasi dan Mencegah Gangguan Tidur pada Anak
Mengatasi dan mencegah gangguan tidur anak kuncinya ada di kebiasaan tidur yang baik. Beberapa cara yang dapat Mama dan Papa lakukan, antara lain:
1. Menjaga Rutinitas Tidur
Buatlah jadwal rutinitas tidur yang konsisten, misal jam tidur dan bangun yang sama setiap hari.
Selain itu, Mama juga bisa menciptakan kebiasaan sebelum tidur secara konsisten, misalnya membacakan cerita sebelum tidur atau sikat gigi.
2. Lingkungan Tidur yang Nyaman
Lingkungan kamar yang temaram bisa membantu si Kecil tidur lebih nyenyak dan mencegah gangguan tidur pada anak.
Mama bisa menggelapkan penerangan, menyetel suhu yang ideal, menciptakan suasana yang tenang, dan kasur yang nyaman.
3. Batasi Gadget Sebelum Tidur
Untuk mengatasi gangguan tidur anak, sebaiknya Mama batasi penggunaan gadget, termasuk televisi, setidaknya satu jam sebelum tidur.
Baca Juga: Batasan Screen Time yang Sehat untuk Anak Menurut WHO
4. Aktivitas Fisik dan Olahraga Rutin
Aktivitas fisik dan olahraga rutin bisa membantu si Kecil tidur lebih nyenyak. Namun, pastikan Mama mendorongnya untuk beraktivitas fisik di siang hari, ya.
Ini akan membuat energi si Kecil terpakai dan lebih mudah tidur di malam hari.
5. Penanganan Medis Bila Diperlukan
Kalau gangguan tidur anak disebabkan oleh masalah kesehatan, sebaiknya Mama berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi penyebabnya, ya.
6. Strategi Perilaku
Mama juga bisa menggunakan strategi perilaku dengan memberikan reward untuk anak yang sulit tidur.
Misalnya, Mama bisa memberikan permintaannya ketika si Kecil berhasil menjalani rutinitas tidur secara konsisten.
Baca Juga: 10 Manfaat Minum Susu Sebelum Tidur untuk Anak
Kapan Harus Memeriksakan Anak ke Dokter?
Seringnya gangguan tidur bukan kondisi serius dan bisa hilang dengan cara yang cukup sederhana. Biasanya, gangguan tidur pada anak dapat diatasi dengan perubahan pola tidur.
Akan tetapi, Mama sebaiknya berkonsultasi ke dokter jika:
- Anak kesulitan terjaga di siang hari karena mengantuk
- Terlalu sering terbangun di malam hari
- Anak mengalami perubahan perilaku ketika terbangun
- Mendengkur berat atau pola pernapasan yang abnormal saat tidur
- Menduga ada masalah medis, seperti OSA, alergi, dan asma
Jadi, meski tidak perlu khawatir berlebihan, Mama tetap harus waspada, ya. Sebab, tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk daya tahan tubuh dan perkembangan otak anak.
Mama bisa bergabung menjadi member Nutriclub untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan anak dan berbagai artikel parenting lainnya, juga penawaran menarik dari setiap pembelian produk Nutrilon!
