Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
redakan-kolik-pada-bayi_large
Kesehatan

Kenali Ciri-Ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasi Kolik pada Bayi

Article Oleh : Annisa Amalia Ikhsania 15 Januari 2020

Saat lapar, haus, mengantuk, atau popok yang basah, bayi pasti akan menangis sebagai cara dirinya berkomunikasi. Akan tetapi, bagaimana bila si Kecil terus menangis kencang selama berjam-jam sampai sulit dikendalikan? Pada bayi, kondisi ini dinamakan kolik.

Kolik adalah kondisi yang umum dan bukanlah suatu gejala penyakit. Kolik juga tidak menyebabkan bayi mengalami penyakit jangka panjang di kemudian hari. Bayi yang mengalami kolik tetap dapat tumbuh normal seperti anak-anak lain yang mungkin tidak pernah kolik saat kecil.

Untuk itu, Mama dan Papa tidak perlu buru-buru bingung dan khawatir karenanya. Yuk, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini beserta penyebab dan cara mengatasinya, Ma!

Apa Itu Kolik?

Kolik adalah kondisi ketika bayi menangis tanpa henti selama berjam-jam dan tanpa alasan yang jelas dan sulit dikendalikan.

Hal ini dikarenakan bayi masih belum mampu mengekspresikan rasa tidak nyaman yang tengah ia rasakan. Kolik biasanya terjadi pada bayi sehat yang berusia di bawah 5 bulan, di mana ia bisa menangis hingga lebih dari tiga jam selama kurang lebih tiga hari berturut-turut.

Umumnya, kolik dialami pada bayi baru lahir usia 2 minggu atau lebih. Pada kasus yang parah, bayi kolik bisa berlangsung hingga 6-8 minggu. 

Lalu, berapa lama kolik pada bayi akan menghilang? Setelah bayi berusia 3-4 bulan, kolik akan menghilang dengan sendirinya, Ma.

Seperti Apa Ciri-Ciri Kolik pada Bayi?

Mama mungkin sudah paham bahwa di tiga bulan pertama usia bayi, si Kecil pasti akan sering rewel dan menangis. Namun, Mama mungkin belum tahu bagaimana caranya membedakan tangisan bayi biasa dengan tangisan bayi karena kolik. 

Cara paling mudah untuk bisa mengetahui apakah bayi Mama menangis akibat kolik atau bukan, bisa dengan memperhatikan berapa lama tangisannya. Namun, Mama perlu ingat kalau bayi menangis atau rewel tidak selalu berarti bayi mengalami kolik.

Selain tangisan yang tak kunjung berhenti, ciri-ciri bayi yang mengalami kolik adalah pada saat menangis kedua tangannya mengepal, menarik lutut ke perut, wajahnya memerah, serta melengkungkan punggung.

Ciri-ciri kolik pada bayi ditandai dengan tangisan kencang dan bernada tinggi yang sulit ditenangkan selama 2-3 jam atau lebih dalam sehari. Biasanya si Kecil mulai menangis 15 menit setelah menyusu. 

Kolik juga umumnya terjadi 3 kali seminggu selama 3 minggu atau lebih. Paling sering, tangisan akan semakin parah pada sore hari atau malam hari menjelang tidur. 

Meski umumnya tidak membahayakan, sebaiknya Mama jangan menyepelekan kondisi kolik pada bayi. Sebab, ada berbagai gejala mirip kolik yang bisa menimbulkan komplikasi bila tidak segera ditangani.

Apa Penyebab Kolik pada Bayi?

Penyebab kolik pada bayi masih belum dapat diketahui secara pasti hingga saat ini. Akan tetapi, ada beberapa penyebab umum yang diduga memicu kondisi ini. Apa saja?

1. Tidak Cocok Susu Sapi

Melansir Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada sebagian bayi, kolik bisa disebabkan oleh alergi susu sapi. Agar lebih yakin, coba periksakan apakah ada riwayat alergi pada keluarga dekat, seperti Papa, Mama, paman, bibi, kakek, dan nenek. 

Jika terdapat dugaan alergi, pada bayi yang mendapat ASI, Mama dianjurkan untuk tidak mengonsumsi susu sapi dan olahannya, seperti yoghurt, mentega, keju, dan produk olahan lain yang mengandung susu. 

2. Intoleransi Laktosa

Penyebab kolik pada bayi berikutnya adalah intoleransi laktosa. Laktosa adalah unsur karbohidrat yang terdapat di dalam ASI dan susu pertumbuhan terfortifikasi. 

Dalam usus bayi, laktosa akan dicerna oleh enzim laktase yang terdapat pada usus bayi, menjadi glukosa dan galaktosa, yang diserap usus ke dalam sirkulasi darah untuk keperluan metabolisme tubuh. 

Namun pada sebagian bayi yang sistem cernanya belum berkembang sempurna, bisa mengalami gejala intoleransi laktosa. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan kadar enzim laktase dalam ususnya belum optimal, atau karena asupan laktosa (susu) pada bayi berlebihan.

Gejala intoleransi laktosa pada bayi kolik biasanya disertai gejala sering buang air besar dengan tinja yang encer berbau asam, kulit di sekitar anus kemerahan, perut agak kembung dengan terdengar bunyi kerocok dari dalam perutnya.

Fenomena ini sebetulnya masih normal, Ma. Seiring bertambahnya usia bayi, gejala tersebut biasanya akan berangsur menghilang. 

3. Refluks pada Bayi

Refluks tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Ternyata, bayi Mama juga bisa mengalaminya terlebih bila Mama sering mendapati si Kecil merasa tidak nyaman pada perut bagian atas dan sering menangis setelah menyusu. 

Kondisi ini dapat disebabkan karena katup antara kerongkongan dan lambung yang belum bekerja dengan sempurna, Ma. Akibatnya, saat lambung terisi cairan susu, katupnya tetap menganga sehingga susu mudah kembali naik dari lambung ke kerongkongan. Apalagi waktu pengosongan lambungnya masih lamban. 

Bila aliran balik tersebut cukup banyak, bisa keluar melalui mulut yang kita kenal sehari-hari dengan kondisi bayi gumoh.

4. Perut Bergas

Berikutnya, bayi kolik bisa terjadi karena adanya gas di dalam perut si Kecil. Hal ini karena kemungkinan bayi Mama menelan banyak udara saat tengah menangis dalam waktu yang lama. 

5. Bayi Merasa Kelelahan

Kolik pada bayi juga bisa terjadi karena si Kecil merasa kelelahan dan sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya. Contohnya, akibat cahaya yang terang, suara kencang, dan beragam hal baru lainnya. 

Itu karena sekarang bayi Mama sudah berada di lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan di dalam rahim, sehingga mungkin saja ia merasa kedinginan ataupun kepanasan. 

6. Faktor Psikologis

Menjadi orang tua baru mungkin terasa melelahkan. Namun, jangan biarkan tekanan ini memengaruhi pola asuh Mama terhadap si Kecil, ya. Pasalnya, orang tua yang stres atau mudah marah bisa menjadi salah satu alasan bayi sering menangis. 

Oleh karena itu, cobalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu, Ma. Misalnya, dengan menaruh bayi di dalam boksnya dan ayun-ayunkan selama 5-10 menit. Kemudian, Mama bisa menjauh sejenak untuk menenangkan diri. 

Mama dapat meminta tolong pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk bergantian mengawasi bayi. Ketika Mama sudah agak lebih tenang, segera peluk atau beri si Kecil sentuhan lainnya untuk membuatnya jadi lebih nyaman.

Ingat, Ma, bayi kolik bisa menyebabkan energi orang tua terkuras. Maka itu, tetap jaga kesehatan Mama dan Papa, serta atur pola hidup yang sehat agar tidak mengalami sakit maupun stres.

7. Tingginya Kadar Serotonin

Para peneliti menemukan bahwa beberapa bayi kolik menghasilkan lebih banyak serotonin, yakni hormon yang bertugas membawa pesan antar sel dalam otak, dan menyebabkan otot usus berkontraksi. Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui keterkaitan antara kadar serotonin dengan kolik pada bayi.

Baca Juga: Pahami Gejala Growth Spurt pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Bagaimana Cara Mengatasi Kolik pada Bayi?

Walaupun kolik adalah kondisi umum yang dapat hilang dengan sendirinya, ada beberapa cara yang dapat Mama lakukan sebagai cara mengatasi kolik pada bayi. Berikut penjelasannya.

1. Sendawakan Bayi

Untuk mengeluarkan udara berlebih yang mungkin menumpuk di dalam lambungnya, Mama bisa coba membuat bayi bersendawa setelah ia menyusu.

Namun ingat, Ma, sendawakan bayi dengan benar, ya. Bagaimana caranya? Ada beberapa posisi yang bisa dicoba agar bayi bersendawa, yakni:

  • Pertama, gendong dan dekap si Kecil di atas bahu Mama. Kemudian, tepuk dan usap-usap punggung bayi dengan perlahan.
  • Kedua, dudukkan bayi di pangkuan Mama, lalu tepuk-tepuk punggungnya, hadapkan bayi ke luar atau ke samping dan tepuk-tepuk punggungnya dengan lembut.

2. Mendengarkan Suara yang Menenangkan

Cara mengatasi kolik pada bayi berikutnya adalah dengan mendengarkan suara white noise yang menenangkan. Si Kecil menyukai suara yang mengingatkannya dengan ritme denyut nadi yang ia dengarkan saat masih berada di dalam kandungan. Suara tersebut akan membuat si Kecil merasa lebih nyaman. 

Untuk itu, cobalah menempelkan bayi di dada Mama, mendengarkan musik klasik yang lembut, menggunakan irama dengan suara alam, seperti gemericik air, suara angin, jangkrik, ombak, kicauan burung, rintik hujan, dan lain sebagainya.

Tak ada salahnya membuat bisikan suara “ssshhhh”, suara gumaman, bersenandung, suara kipas angin, atau bernyanyi nina bobo. 

Mama juga bisa membawa bayi ke ruangan yang lebih sepi dan tenang. Kemudian, redupkan pencahayaan kamar tidur bayi, atau matikan lampu. Jauhi dari bau-bau menyengat. 

Bila perlu, pindahkan dulu binatang peliharaan atau hal-hal yang berisiko menimbulkan suara berisik ke ruangan lain, supaya si Kecil bisa merasa nyaman.

3. Membedong Bayi

Bedong termasuk dalam perlengkapan bayi baru lahir yang dibutuhkan si Kecil. Membedong bayi dipercaya bisa memberi efek hangat dan nyaman seolah-olah bayi sedang berada di dalam kandungan Mama. 

Tapi ingat, pastikan Mama tahu bagaimana cara membedong bayi yang benar, ya. Jangan sampai terlalu erat membedong bayi sampai membuatnya sulit bernapas. Cukup membedong bayi secara longgar, sehingga ia merasa hangat dan aman.

Mama bisa membedong bayi saat si Kecil menyusu, atau sebelum bayi tidur di sore atau malam hari.

4. Mandikan Bayi dengan Air Hangat

Memandikan bayi dengan air hangat bisa Mama coba sebagai cara mengatasi kolik pada bayi. Ini dapat mengalihkan tangisannya dan membuat si Kecil merasa rileks. Memandikan atau menyeka bayi dengan air hangat dapat memberikannya efek menenangkan.

5. Ayun-Ayunkan Bayi

Tepuk-tepuklah punggung bayi dengan lembut dan timang-timang agar ia merasa nyaman di pelukan Mama. Namun ingat, jangan mengayun-ayunkan bayi terlalu keras ya, Ma. Mama juga bisa menggoyang-goyangkan si Kecil dengan menaruhnya di boks bayi.

6. Ajak Bayi Jalan-Jalan di Sekitar Rumah

Mama bisa membawa bayi berjalan-jalan di dalam atau luar rumah menggunakan stroller. Selain memiliki fungsi sebagai alat ganti menggendong bayi, stroller juga memberikan pengalaman baru bagi si Kecil untuk merasakan ketenangan dengan gerakan maju atau mundur. 

Tak hanya itu, gerakan ritmik lainnya, seperti naik mobil berkeliling komplek perumahan, juga bisa Mama lakukan. Suasana atau lingkungan yang baru dianggap bisa membuat bayi teralihkan sehingga si Kecil bisa lebih tenang dan mudah tertidur.

7. Berikan Probiotik

Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi kolik memiliki jumlah mikroflora lebih banyak pada saluran pencernaannya, dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami kolik. Nah, pemberian probiotik dipercaya dapat membantu mengurangi gejala kolik pada bayi, Ma. 

Namun, pastikan Mama berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memberikan probiotik pada si Kecil, ya.

Baca Juga: Tips Memilih Nutrisi yang Tepat untuk Redakan Kolik pada Si Kecil

Kapan Harus ke Dokter?

Jika cara mengatasi kolik pada bayi sudah Mama lakukan dan tangisan si Kecil tidak kunjung mereda, bahkan hingga berhari-hari, sebaiknya perhatikan kondisi kesehatannya.

Segera periksa apakah bayi mengalami tanda-tanda sakit yang serius, sehingga menyebabkan ia menangis tanpa henti. Adapun sejumlah kondisi berikut dapat menjadi tanda kapan Mama harus membawa bayi ke dokter anak adalah sebagai berikut. 

  • Bayi telah berusia lebih dari 4 bulan.
  • Suara tangis bayi bernada tinggi atau terkadang seperti berteriak.
  • Saat diangkat, tubuh bayi terkulai.
  • Berat badan bayi tidak bertambah.
  • Pola buang air kecil dan buang air besar bayi tidak normal.
  • Bayi tidak mau menyusu.
  • Beberapa bagian kulit bayi terlihat pucat atau membiru.
  • Ubun-ubun bayi tampak menonjol.
  • Bayi terlihat susah bernapas.
  • Bayi muntah.
  • Demam pada bayi
  • Feses bayi encer atau terdapat darah.
  • Tidak mau menyusu.
  • Berat badan menurun.
  • Bayi mengalami eksim. 

Nah, itu dia berbagai penyebab dan cara mengatasi bayi kolik, serta ciri-cirinya yang perlu Mama waspadai di rumah. Semoga informasi ini dapat membantu ya, Ma.

Mama pun bisa bertanya kepada tim Nutriclub Expert Advisor mengenai segala aspek kesehatan bayi dan pengobatannya di rumah. Bukan hanya itu, Mama juga bisa mengunduh E-Book Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh Si Kecil secara gratis. Yuk, download sekarang!

  1. IDAI | Kolik pada Bayi (Bagian 1). (2015). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1
  2. IDAI | Kolik pada Bayi (Bagian 2). (2015). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-2
  3. Parents. (2014). What is Colic in Babies? Parents. https://www.parents.com/baby/care/colic/colic-101-what-it-is-and-what-to-do/
  4. Colic - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colic/symptoms-causes/syc-20371074
  5. Colic: When it starts, symptoms, and what you can do. (2022). BabyCenter. https://www.babycenter.com/baby/crying-colic/colic-in-babies-what-it-is-how-long-it-lasts-and-what-you-ca_77#what-are-the-symptoms-of-colic
  6. Colic (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2019). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/colic.html
  7. WebMD. (2008, July 27). How to Soothe a Crying Baby. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/parenting/baby/colic-remedies
  8. Colic. (2019, November 19). Hopkinsmedicine.org. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/colic
  9. Banks JB, Rouster AS, Chee J. Colic. [Updated 2022 Aug 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518962/
  10. Sung V. (2018). Infantile colic. Australian prescriber, 41(4), 105–110. https://doi.org/10.18773/austprescr.2018.033

 

comment-icon comment-icon