Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
kenali-tanda-tanda-perilaku-adhd-pada-balita_large
Kesehatan

Kenali Penyebab dan Gejala ADHD pada Anak Usia Dini

Article Oleh : Annisa Amalia Ikhsania 15 Januari 2020

Tahukah Mama apa itu ADHD? ADHD adalah gangguan perilaku yang membuat anak sulit memusatkan perhatian, fokus (mudah teralihkan), impulsif, dan hiperaktivitas. ADHD adalah gangguan perilaku yang disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf.

Perubahan perilaku yang timbul akibat gangguan sistem saraf perlu penanganan lebih spesifik dibandingkan perubahan perilaku yang diakibatkan oleh faktor sosial dan lingkungan, Ma. Untuk itu yuk, kenali gejala ADHD sejak dini yang telah dirangkum oleh Tim Ahli Nutriclub.

Apa Itu ADHD?

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan mental yang terjadi pada anak-anak. Biasanya, gejala ADHD adalah sulit fokus atau memusatkan perhatian, impulsif, serta hiperaktif.

Apa Penyebab ADHD pada Anak?

Hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti penyebab ADHD pada anak, Ma. Namun, faktor genetik diketahui berperan penting memicu terjadinya gangguan mental ini. 

Selain genetik, ilmuwan juga mempelajari kemungkinan penyebab dan faktor risiko yang lain, seperti:

  • Bayi lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu).

  • Berat badan bayi lahir rendah. 

  • Konsumsi alkohol dan rokok selama kehamilan. 

Selain itu, sejumlah penelitian baru-baru ini, seperti di Denmark, Sydney, dan New York City, melaporkan bahwa paparan polusi timbal dan logam berat di udara selama awal kehidupan anak berhubungan dengan peningkatan risiko ADHD yang lebih tinggi. 

Apa Gejala ADHD pada Anak?

Salah satu tanda utama ADHD yang umum dikenali adalah soal masalah fokus. Akan tetapi, tidak semua anak yang terlihat tidak bisa fokus pasti memiliki gangguan ADHD, Ma.

Sebab pada umumnya, anak-anak di usia ini mereka masih memiliki energi yang besar sehingga lebih suka bergerak aktif untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar. 

Lalu seperti apa gejala yang umumnya dimiliki anak ADHD? Kapan Mama harus waspada?

Mama perlu waspada ketika seiring bertambahnya usia kemampuan fokus, mendengar, dan menunggu anak memburuk sehingga menimbulkan berbagai masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. 

Adapun tiga gejala ADHD pada anak yang umum dialami dan perlu Mama waspadai adalah:

  • Kurang perhatian (tidak bisa tetap fokus).

  • Hiperaktif (terlalu banyak pergerakan hingga tidak bisa diam).

  • Impulsivitas (tindakan tergesa-gesa yang terjadi tanpa dipikirkan).

Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Anak Tidak Bisa Jaga Fokus

Anak-anak memang belum memiliki durasi fokus yang lama seperti orang dewasa. Berikut adalah rentang fokus yang dimiliki oleh anak usia 1-12 tahun:

  • Usia 2 tahun: 4-6 menit.

  • Usia 3 tahun: 6-8 menit.

  • Usia 4 tahun: 8-12 menit.

  • Usia 5-6 tahun: 12-18 menit.

  • Usia 7-8 tahun: 16-24 menit.

  • Usia 9-10 tahun: 20-30 menit.

  • Usia 11-12 tahun: 25-35 menit.

Kemampuan untuk fokus dan mengontrol diri dengan baik akan dikuasai oleh si Kecil perlahan-lahan sesuai dengan pertambahan usianya serta dukungan dari orang-orang terdekat anak seperti orang tua dan guru.

Ketika anak tampak mudah terdistraksi, tidak menghiraukan lawan bicara, tidak mengikuti petunjuk, sulit menyelesaikan tugas, mudah teralihkan, dan pelupa, ini bisa jadi pertanda ia memiliki ADHD, Ma. 

Anak ADHD juga umumnya sering melewatkan detail-detail penting, terlalu banyak melamun, dan terlalu sering menunda-nunda pekerjaan. Hal ini biasanya akan mengganggu anak dalam proses belajar, baik di rumah maupun di sekolah. 

Baca Juga: 18 Cara Melatih Fokus Anak yang Efektif Diterapkan di Rumah

2. Anak Bersikap Hiperaktif

Gejala ini meliputi anak selalu tampak bersemangat, bicara berlebihan, tidak dapat duduk tenang, sulit dalam menunggu giliran, selalu gelisah, tidak dapat diajak duduk untuk waktu lama, berlarian atau memanjat di situasi yang tidak sesuai, menghentakkan tangan atau kaki dan tidak dapat bermain dengan tenang. 

Hiperaktivitas yang dialami anak ADHD pun umumnya meningkatkan risiko cedera karena mereka cenderung tidak bisa diam. 

3. Anak Bersikap Impulsif

Gejala ini ditandai dengan perilaku berisiko tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya. Anak dengan ADHD sering melakukan sesuatu tanpa izin sehingga dapat membahayakan dirinya dan orang lain. 

Selain itu, umumnya sifat impulsif pada anak ADHD juga ditunjukkan dengan ketidakmampuan si Kecil dalam menunggu sehingga ia menginterupsi kegiatan orang lain. Contohnya, menginterupsi Mama yang sedang berbicara dengan Nenek tanpa mau tahu apa pun. 

Si Kecil juga mungkin melakukan tindakan seperti mendorong atau mencengkeram orang lain, mengambil barang yang bukan milik mereka tanpa izin, atau melakukan tindakan berisiko lainnya. 

Sifat impulsif pada anak ADHD bisa juga ditandai dengan munculnya reaksi emosional yang berlebihan untuk suatu situasi tertentu. 

Ketika mencurigai atau menjumpai gejala-gejala ADHD di atas pada anak, jangan pernah menyimpulkan sendiri ya, Ma. Baiknya segera kunjungi dokter spesialis anak untuk mendapatkan pemeriksaan medis serta diagnosa dan penanganan yang tepat. 

Tipe ADHD yang Umum pada Anak

Menurut American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual edisi V (DSM-5), ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Dominan Inatensi

Jenis ADHD yang gejalanya dominan masalah atensi disebut juga sebagai Predominantly Inattentive Presentation. Umumnya, anak ADHD tipe ini akan menunjukkan gejala: 

  • Tidak memperhatikan hal detail atau membuat kesalahan ceroboh pada tugas sekolah atau pekerjaan. 

  • Bermasalah dalam fokus terhadap tugas atau aktivitas tertentu, seperti dalam kelas, percakapan, atau bacaan panjang.

  • Sering tidak terlihat mendengarkan lawan bicara. 

  • Sering tidak mengikuti arahan dan tidak menyelesaikan tugas sekolah.

  • Punya masalah dalam mengatur jadwal kegiatan.

  • Sering menghindari atau tidak menyukai tugas yang memerlukan usaha mental cukup lama (misalkan mengerjakan pekerjaan rumah).

  • Sering kehilangan barang-barang yang penting untuk menjalankan tugas.

  • Mudah terpecah konsentrasi.

  • Pelupa dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

2. Dominan Hiperaktif/Impulsif

ADHD tipe ini juga disebut dengan nama Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Anak dikatakan mengalami ADHD tipe ini setidaknya harus mengalami gejala yang sama selama 6 bulan. 

Sementara itu, khusus bagi remaja yang berusia 16 tahun harus memenuhi setidaknya 6 gejala selama 6 bulan. Kemudian, untuk remaja di atas usia 17 tahun harus setidaknya memenuhi 5 gejala selama 6 bulan. 

Anak dengan kondisi ini biasanya merasakan gejala seperti: 

  • Sering merasa gelisah bila duduk dengan membuat gerakan-gerakan kecil atau menepuk-nepukkan tangan dan kaki.

  • Tidak bisa duduk diam. 

  • Lari atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya.

  • Tidak bisa bermain atau melakukan hobi di waktu luang dengan tenang.

  • Sering banyak gerak seperti dikendalikan dinamo.

  • Terlalu banyak bicara.

  • Sering menjawab sebelum selesai diberikan pertanyaan.

  • Sering bermasalah dalam menunggu giliran.

  • Sering menginterupsi orang lain.

3. Tipe Campuran

Pada ADHD tipe Campuran atau Combined Presentation ADHD, gejala yang timbul merupakan campuran dari ADHD tipe Predominantly Inattentive Presentation dan Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Gejala dari kedua jenis ADHD tersebut umumnya muncul secara seimbang. 

Selain menilai dari gejala yang muncul, Mama juga harus memperhatikan hal berikut:

  • Gejala harus sudah ada sebelum anak berusia dua belas tahun.

  • Muncul dalam dua atau lebih situasi (misalkan rumah, sekolah, tempat kerja, pergaulan).

  • Terdapat bukti yang jelas bahwa gejala tadi mempengaruhi fungsi hidup sehari-hari.

Walaupun tampaknya mudah, tapi dokter spesialis anak atau dokter spesialis kesehatan jiwa harus ekstra hati-hati dalam mendiagnosis si Kecil dengan ADHD. 

Mereka harus memastikan bahwa tidak ada gangguan mental lain pada si Kecil. Pasalnya, gangguan kecemasan pada anak dapat menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan ADHD.    

Bila si Kecil terbukti menderita gangguan mental lain, misalkan gangguan cemas, maka diagnosis ADHD dapat langsung disingkirkan. Oleh karena perlunya akurasi yang tinggi, maka diagnosis ini sebaiknya dilakukan oleh dokter.

Diagnosa ADHD Umur Berapa?

Gejala ADHD pada anak-anak umumnya muncul di usia 3 tahun sampai sebelum usia 12 tahun. ADHD ditemukan pada 6,5% anak-anak dan 2,7% pada remaja. Penyakit ADHD 2-3 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. 

Hal ini karena pada anak perempuan, gejala perubahan perilaku sulit terlihat kasat mata dan umumnya hanya menunjukkan gejala kurang fokus. Perilaku mengganggu dan merusak lebih sering ditunjukkan oleh anak laki-laki sehingga gejala ADHD terlihat lebih banyak dialami anak laki-laki. Oleh karena itu, Mama perlu lebih cermat dalam memperhatikan perilaku si Kecil sehari-hari. 

Di sisi lain, penyakit ADHD kadang tidak terdiagnosis di usia anak-anak dan baru terkonfirmasi di usia yang lebih dewasa. Menurut data, diperkirakan 70-80% pasien anak dengan ADHD akan memperlihatkan gejala yang sama hingga remaja. 

Gejala ini biasanya akan mereda seiring dengan bertambahnya umur. Walau begitu, efek negatifnya masih dapat mempengaruhi kehidupan di usia dewasa.

Hanya 10-20% anak ADHD yang dapat mencapai usia dewasa tanpa membawa gejala-gejala ini serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan apa pun.

Perawatan ADHD pada Anak

Sampai saat ini, penyakit ADHD adalah gangguan mental yang belum bisa disembuhkan secara total.

Akan tetapi, ada beberapa penanganan yang bisa Mama dan Papa lakukan untuk membantu pengidap ADHD agar bisa menyesuaikan kondisinya dengan rutinitas sehari-hari.

Berikut adalah penanganan atau perawatan ADHD pada anak selengkapnya:

1. Terapi Perilaku

Menurut American Academy of Pediatrics, terapi perilaku menjadi salah satu penanganan ADHD pada anak yang lebih sesuai bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun. 

Terapis, orang tua, anak, dan guru akan bekerja sama dalam memantau serta memperbaiki kebiasaan anak. Hasilnya, anak mampu menghadapi berbagai situasi dengan respons yang tepat.

Selain kedua terapi tersebut, anak juga dapat menjalani terapi grup, konseling, maupun latihan bersosialisasi.

2. Obat-Obatan

Penggunaan obat-obatan bisa meningkatkan perilaku pada anak dengan ADHD. Meski demikian, ada banyak hal yang perlu Mama pertimbangkan sebelum memberikan banyak obat kepada si Kecil, ya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang anak butuhkan.

Pada beberapa kasus, obat-obatan mungkin juga diperlukan dan bisa dilanjutkan hingga anak dewasa. Pemilihan obat dilakukan dengan hati-hati sambil memperhatikan gejala yang menonjol pada si Kecil serta efek samping dari masing-masing obat.

Baca Juga: Kenali Tanda dan Gejala Perilaku Autistik pada Anak

Dan agar Mama selalu update dengan informasi seputar nutrisi, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, yuk daftar di My Nutriclub sekarang juga! Di sini, Mama juga bisa mendapatkan konten-konten digital eksklusif seperti Podcast, E-book, hingga Kulwap yang dimoderatori langsung oleh para ahli di bidangnya.

  1. CDC. (2021, January 26). What is ADHD? Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html
  2. What is ADHD? (2023). Psychiatry.org. https://www.psychiatry.org/patients-families/adhd/what-is-adhd
  3. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in children - Diagnosis and treatment - Mayo Clinic. (2019). Mayoclinic.org; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adhd/diagnosis-treatment/drc-20350895
  4. ADHD (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2022). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/adhd.html
  5. NHS Choices. (2023). Symptoms - Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). https://www.nhs.uk/conditions/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd/symptoms/
  6. CNLD Testing & Therapy. (2022, April 28). CNLD Testing & Therapy. CNLD Testing & Therapy. https://www.cnld.org/how-long-should-a-childs-attention-span-be/#:~:text=9%E2%80%9310%20years%20old%3A%2020,old%3A%2032%2D50%2B%20minutes
comment-icon comment-icon