Penyebab berat badan bayi turun bisa dari berbagai faktor berbeda. Mama perlu memahami penyebabnya agar bisa mengambil langkah yang tepat. Simak penyebab penurunan berat badan bayi dan cara mengatasinya!
Mengapa Berat Badan Bayi Bisa Turun?
Penurunan berat badan hingga 10% pada bayi baru lahir dalam 5–7 hari pertama adalah hal yang normal. Ini terjadi karena bayi kehilangan cairan tubuh dan menyesuaikan diri dengan pola makan baru.
Biasanya, berat badan bayi akan kembali seperti saat lahir dalam waktu dua minggu. Selama masa ini, penting memastikan bayi cukup ASI dan menyusu dengan baik.
Jika bayi tetap aktif dan terlihat sehat, penurunan berat badan itu tidak berbahaya. Tapi jika turun lebih dari 10% dan tak kunjung membaik, segera periksa ke dokter.
Baca Juga: Panduan Berat Badan Bayi Normal Usia 0-12 Bulan
Faktor-Faktor Umum Penyebab Berat Badan Bayi Turun
Mengetahui penyebab berat badan bayi turun penting untuk menentukan penanganan yang tepat. Berikut beberapa penyebab umum yang perlu diperhatikan:
1. Kurangnya Asupan Nutrisi
Ketika produksi ASI tidak mencukupi, bayi mungkin tidak mendapatkan asupan kalori dan cairan yang cukup. Ini bisa terjadi karena masalah hormonal, stres ibu, atau teknik menyusui yang belum tepat.
Posisi menyusui yang tidak optimal juga dapat menghambat proses pelekatan bayi ke puting ibu. Hal ini menyebabkan asupan ASI menjadi tidak maksimal meskipun jumlahnya mencukupi.
2. Masalah Pencernaan pada Bayi
Refluks asam lambung (GERD) bisa menyebabkan bayi sering memuntahkan kembali susu yang telah diminum. Kondisi ini membuat penyerapan nutrisi menjadi kurang efektif dan berdampak pada berat badan.
Selain itu, intoleransi laktosa dan diare atau muntah berulang juga dapat mengganggu sistem pencernaan bayi. Tubuh bayi tidak mampu menyimpan nutrisi dengan baik, sehingga berat badan mudah turun.
3. Infeksi atau Penyakit
Infeksi seperti infeksi saluran pernapasan bisa membuat bayi menjadi lemah dan tidak mau menyusu. Akibatnya, asupan nutrisi menurun dan berat badan pun berkurang secara bertahap.
Beberapa infeksi lain seperti infeksi saluran kemih atau bahkan infeksi sistemik (sepsis) juga bisa memicu demam dan menurunnya nafsu makan.
Ini menyebabkan bayi mengalami dehidrasi dan kekurangan gizi.
4. Gangguan Metabolisme atau Kondisi Medis Khusus
Bayi dengan hipotiroidisme kongenital biasanya memiliki metabolisme yang lambat, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan berat badan.
Deteksi dini penting agar bisa mendapatkan terapi hormon tiroid secepatnya.
Kelainan jantung bawaan juga bisa menyebabkan bayi cepat lelah saat menyusu dan tidak mampu mengonsumsi ASI dalam jumlah cukup. Akibatnya, kebutuhan kalori harian tidak terpenuhi.
5. Masalah Psikososial atau Lingkungan
Pola asuh yang kurang tepat, seperti menyusui yang jarang atau tidak mengenali tanda lapar bayi, dapat mengurangi asupan makanannya. Kondisi ini berpotensi menyebabkan penurunan berat badan pada bayi.
Selain itu, stres atau tekanan yang dialami Mama selama menyusui bisa memengaruhi produksi ASI sekaligus kualitas hubungan Mama dan bayi.
Lingkungan emosional yang tidak stabil bisa memengaruhi tumbuh kembang bayi secara keseluruhan.
Baca Juga: 16 Cara Perawatan Bayi Baru Lahir yang Wajib Diketahui
Kapan Orang Tua Harus Waspada?
Penurunan berat badan pada bayi memang sering terjadi secara alami. Namun, ada titik di mana kondisi ini harus diwaspadai oleh orang tua, seperti:
- Penurunan berat badan yang melebihi 10% dari berat lahir atau belum kembali normal dalam dua minggu pertama.
- Bayi tampak lemas.
- Jarang buang air kecil.
- Bayi menangis terus-menerus tanpa sebab jelas.
Tanda lain yang perlu diperhatikan adalah:
- kulit bayi menguning.
- kurangnya minat bayi untuk menyusu.
- berat badan yang terus menurun meskipun sudah minum ASI.
Ini bisa menjadi indikasi adanya gangguan metabolisme, infeksi, atau masalah dalam proses menyusui.
Cara Mengatasi dan Mencegah Penurunan Berat Badan Bayi
Penanganan penurunan berat badan pada bayi perlu dilakukan secara komprehensif. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah ini:
1. Konsultasi dengan Dokter atau Konsultan Laktasi
Langkah awal yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter anak atau konsultan laktasi.
Mereka akan membantu menilai apakah penurunan berat badan bayi masih dalam batas wajar atau sudah memerlukan penanganan lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik dan riwayat menyusui bayi akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan penyebab utama.
Dari sini, dokter bisa merekomendasikan tindakan yang sesuai, baik secara medis maupun perbaikan pola menyusui.
2. Evaluasi Pola Menyusui dan Pemberian MPASI
Jika bayi masih menyusu, penting untuk mengevaluasi teknik menyusui dan frekuensi pemberian ASI.
Posisi pelekatan yang benar dan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi dapat meningkatkan asupan kalori harian secara optimal.
Untuk bayi yang sudah mulai makan, pola MPASI (Makanan Pendamping ASI) juga perlu diperhatikan.
Pastikan tekstur, frekuensi, dan kandungan nutrisi sesuai dengan usia dan kebutuhan bayi.
3. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan rutin oleh dokter sangat penting untuk memastikan tumbuh kembang bayi berjalan normal.
Dengan memantau tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala, Mama Papa bisa mendeteksi lebih awal jika terjadi kelainan.
Selain itu, pemeriksaan penunjang seperti tes darah atau skrining metabolik juga bisa dilakukan jika dicurigai adanya masalah kesehatan tertentu. Ini akan membantu menemukan penyebab yang tidak terlihat secara kasat mata namun memengaruhi berat badan bayi.
Unduh Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh 1000 Hari Pertama untuk mendapatkan informasi lengkap dan eksklusif tentang pemenuhan nutrisi penting, stimulasi optimal, serta strategi menjaga kesehatan anak selama 1000 hari pertama kehidupannya. Gratis!