Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
gangguan-tidur-pada-balita-alergi-dan-cara-mengatasinya_large
Alergi

Gangguan Tidur pada Balita Alergi dan Cara Mengatasinya

15 Januari 2020

Gangguan tidur banyak terjadi pada anak yang menderita rhintis alergi. Akibatnya, kualitas hidup, perilaku, serta performa dan prestasinya dapat terganggu.

Gangguan Tidur pada Balita Alergi

Alergi yang menyebabkan gangguan tidur dapat berupa asma, rhinitis alergi, serta alergi kulit kronis (dermatitis atopik). Terdapat juga alergi yang mengenai saluran cerna, seperti alergi makanan, penyakit inflamatori usus, dan lain-lain. Gangguan tidur (Kebutuhan Tidur Balita) yang dapat dialami si Kecil meliputi insomnia serta gangguan durasi dan kualitas tidur. Gangguan tersebut bisa semakin memperburuk penyakit alergi si Kecil.

Rhinitis alergi (Pilek Akibat Alergi) merupakan salah satu bentuk penyakit alergi yang mengenai saluran pernapasan, gejalanya adalah hidung tersumbat, bersin, bersin, meler, dan batuk pilek. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 36%-63% anak dengan rhinitis alergi mengalami insomnia, pola napas tidak teratur selama tidur, mendengkur, sleep apnea, dan kurang tidur.

Pakar gangguan tidur, Damien Léger, dkk., menyatakan bahwa keparahan gangguan tidur si Kecil sebanding dengan keparahan penyakit rhinitis alergi yang dialaminya. Gangguan tidur menyebabkan ia mengalami sakit kepala saat terjaga, lemas, pusing, lelah, mengantuk, cemas, bahkan depresi. Akibat alergi (Fakta tentang Alergi), si Kecil mengalami penurunan kualitas hidup.

Gangguan tidur dan gangguan emosional akibat rhinitis alergi juga disampaikan oleh Turkalj, dkk. Mereka menyimpulkan bahwa sekitar 46% anak rhinitis alergi mengalami gangguan tidur yang disebut obstructive sleep apnea (OSA). Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan sumbatan hidung. Bahkan, kondisi OSA yang berat dapat memicu kematian saat si Kecil tidur.

Jika si Kecil mengalami asma, sumbatan napas yang ia alami dapat membuatnya sering tiba-tiba terbangun di malam hari, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Penelitian menunjukkan bahwa serangan asma di malam hari dan gangguan tidur menyebabkan anak tidak dapat pergi ke sekolah keesokan harinya. Kondisi yang berkepanjangan menimbulkan adanya gangguan perilaku. Mereka terlihat pemurung, menarik diri, tidak percaya diri, dan mungkin sebaliknya, menjadi agresif.

Lain halnya dengan anak yang mengalami alergi kulit kronis. Pada kondisi ini, si Kecil dapat sering terbangun di malam hari akibat rasa gatal. Penurunan efisiensi tidur pada si Kecil yang mengalami alergi kulit kronis sebanding dengan keparahan alergi dan garukannya pada kulit. Akibatnya, si Kecil akan terlihat lelah di siang hari dan tidak dapat berkonsentrasi. Kualitas hidupnya pun menurun dan mengganggu proses belajarnya.

Gangguan tidur juga dialami oleh si Kecil yang alergi susu sapi. Studi yang dilakukan oleh Kahn, dkk. (1989) menemukan bahwa sekitar 60% bayi dengan alergi susu sapi mengalami gangguan kebiasan tidur. Keluhan saluran cerna seperti begah, kembung, dan kolik dapat menyebabkan kualitas tidur si Kecil terganggu. Menurut penelitian, gangguan tidur tersebut dapat berkurang setelah diberikan terapi alergi yang tepat.

Gangguan tidur turut menyebabkan gangguan tumbuh kembang dan kekebalan pada si Kecil yang alergi. Hal ini mengindikasikan bahwa penyakit alerginya tidak terkontrol dengan baik. Oleh karena itu, Ibu perlu waspada apabila si Kecil mengalami gangguan tidur (Masalah Tidur Balita).

Cara Mencegah Gangguan Tidur pada Balita Alergi

  1. Pastikan si Kecil mendapat pengobatan yang tepat dan meminum obatnya secara teratur.
  2. Pastikan rumah dan lingkungan senantiasa bersih, terutama kamar tidur si Kecil. Pemicu serangan asma dan rhinitis alergi kebanyakan adalah debu rumah.
  3. Pastikan jenis makanan apa saja yang menimbulkan alergi pada si Kecil dan upayakan untuk menghindarkan makanan tersebut darinya.
  4. Berikan nutrisi (Nutrisi untuk Mengurangi Risiko Alergi pada Balita) yang cukup, sehat, dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil yang beragam, sehingga tubuhnya semakin fit.
  5. Ajak si Kecil melakukan aktivitas fisik dan hidup aktif sesuai kemampuannya.
  6. Apabila gejala tidak membaik, segera periksakan kondisinya ke dokter anak langganan Ibu agar ia segera mendapat penanganan medis.
  • Damien Léger, Isabella Annesi-Maesano, Francois Carat. Allergic Rhinitis and Its Consequences on Quality of Sleep. Arch Intern Med 2006;166:1744-1748
  • Mirjana Turkalj, Davor Plavec, Daria Kucic, Romana Gjergja-juraski. Obstructive sleep disorders in children with allergic rhinitis. ERJ 2012;40:38-43
  • A. Kahn, M. J. Mozin, E. Rebuffat, M. Sottiaux, M. F. Muller. Milk Intolerance in Children With Persistent Sleeplessness: A Prospective Double-Blind Crossover Evaluation. Pediatrics 1989;84
  • Daphne Koinis-Mitchell, Timothy Craig, Cynthia A. Esteban, dan Robert B. Klein. Sleep and allergic disease: A summary of the literature and future directions for research. J Allergy Clin Immunol 2012; 130: 1275–1281.
comment-icon comment-icon