Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
panduan-screen-time-untuk-mengurangi-pengaruh-gadget-pada-anak-usia-dini_large
Pola Asuh Anak

Batasan Screen Time yang Sehat untuk Anak Menurut WHO dan Panduannya

Article Oleh : Febriyani Suryaningrum 15 Januari 2020

Dalam beberapa dekade terakhir, screen time menjadi salah satu kekhawatiran terbesar orang tua terhadap anak. Sebab, mengenalkan anak pada gawai tentunya tidak dapat dihindarkan di era teknologi yang pesat seperti saat ini, apalagi dengan karakteristik anak-anak yang penuh dengan rasa ingin tahu.

Terlebih karena penggunaan televisi, komputer, laptop, smartphone, dan jenis gawai lainnya yang didukung dengan koneksi internet sudah menjadi sarana hiburan yang sangat mudah diakses dan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam waktu singkat. 

Akan tetapi, screen time yang berlebihan pada usia yang terlalu dini dapat memunculkan pengaruh buruk bagi anak-anak karena si Kecil umumnya hanya duduk terpaku dan hampir tidak bergerak melakukan aktivitas lainnya.

Hal ini tidak hanya membuat ia lebih berisiko terhadap penyakit atau masalah kesehatan seperti obesitas, tapi juga kurangnya stimulasi aktif yang dapat mengoptimalkan perkembangan otak dan mentalnya. 

Bagaimana aturan screen time yang tepat untuk anak? Yuk, pahami panduannya di bawah ini!

Batasan Waktu Screen Time yang Baik untuk Anak

Screen time adalah istilah yang menggambarkan lama waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas di depan layar elektronik. Misalnya, menonton televisi, menggunakan komputer atau laptop, bermain video game, dan menggunakan gawai seperti handphone atau tablet digital.

Oleh karena itu, Mama perlu menetapkan aturan di rumah tentang bagaimana dan berapa lama anak bisa menggunakan gadget-nya agar tidak berlebihan. Lalu, berapa lama screen time yang baik untuk anak?

1. Anak 0-12 Bulan

Secara umum, WHO menganjurkan setiap orang tua sebaiknya tidak memberikan gadget kepada anak sebelum berusia 2 tahun. Apalagi semata-mata bertujuan untuk membuat anak tenang dan duduk diam.

Menurut American Academy of Pediatrics (APP), anak berusia di bawah 18 bulan sama sekali tidak boleh menggunakan gadget untuk entertainment.

Penggunaan gadget dibolehkan hanya untuk video call dengan orang dewasa yang bisa mengajaknya berinteraksi secara aktif, seperti nenek dan kakek yang tinggal di luar kota. Proses video call pun harus terus didampingi Mama atau Papa. 

2. Anak 2 Tahun

Masih menurut WHO, anak yang sudah berusia 2 tahun boleh mendapatkan screen time maksimal 1 jam per hari, tidak boleh lebih dari itu. Semakin sedikit, semakin baik. Screen time juga tidak boleh mandiri, harus didampingi oleh orang tua untuk memastikan konten yang ia akses berkualitas dan menjelaskan apa yang sedang mereka pelajari. 

3. Anak 3-5 Tahun

Untuk anak usia 3-5 tahun, batas maksimal screen time dalam satu hari adalah 1 jam. Screen time boleh dipakai untuk tujuan hiburan (non-edukasi), misalnya untuk membaca E-Book.

Tapi, total batas pemakaiannya tetap tidak boleh lebih dari batas waktu yang direkomendasikan. Bahkan, semakin sedikit semakin baik. Orang tua juga tetap harus mendampingi si Kecil saat menggunakan gadget. 

Sementara jika nanti si Kecil sudah berusia usia 6 tahun ke atas, batas waktu screen time untuk tujuan entertainment tidak lebih dari 2 jam dalam satu hari. 

Namun mengingat anak sudah mulai menggunakan gawai untuk mengerjakan berbagai tugas sekolah, Mama dapat menyesuaikan sendiri aturan screen time yang sehat di rumah sesuai kebutuhan.

Baca juga: Tahap Perkembangan Otak Anak dan 8 Cara Optimalkannya

Bahaya Screen Time Berlebihan pada Anak

Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2011 menunjukkan 52% anak usia 0-8 tahun sudah memiliki akses terhadap gadget dan angka ini meningkat di tahun 2013 sebanyak 23%.

Dampak screen time pada anak tentu perlu menjadi perhatian utama Mama dan Papa. Pasalnya, screen time dengan durasi yang berlebihan pada anak dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan antara lain: 

  • Gangguan tidur di malam hari.

  • Kesulitan fokus dan berkonsentrasi. 

  • Penilaian diri yang buruk.

  • Lebih mudah gelisah dan sedih berlebihan. 

  • Meningkatkan risiko obesitas dan risiko kardiovaskular. 

  • Keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan keterampilan sosial. 

  • Kekurangan waktu belajar karena terlalu asyik dengan gawai.

  • Penurunan prestasi di sekolah.

  • Ketakutan berlebih akan tertinggal tren terkini. 

  • Kekurangan waktu untuk bermain dan bergerak secara aktif. 

  • Mengurangi kemampuan anak untuk berempati. 

  • Kecanduan bermain game atau menonton konten tertentu.

  • Meningkatnya kemungkinan anak terpapar terhadap konten dewasa/kekerasan, sehingga akan berpengaruh terhadap perilakunya.

  • Berkurangnya interaksi antara orang tua dan anak karena waktu anak banyak fokus kepada media yang digunakan.

  • Perilaku anak yang sering terpapar gadget akan lebih agresif, temperamental dan bermasalah dalam mengendalikan kontrol emosinya.

Mama tentu tidak ingin dampak negatif ini menimpa si Kecil. Jadi, Mama perlu lebih bijaksana dan tegas dalam mengatur screen time pada anak. 

Panduan Screen Time Sehat dan Berkualitas untuk Anak 

Mama, screen time memang memberikan dampak negatif ketika diberikan kepada si Kecil secara berlebihan dan tanpa pengawasan dari orang tua. 

Namun, hal itu bukan berarti Mama harus menghilangkan jatah screen time anak sama sekali. Bagaimanapun si Kecil perlu belajar mengikuti perkembangan zaman dan teknologi terkini. 

Berikut panduan yang dapat Mama terapkan agar screen time anak usia dini menjadi lebih sehat dan berkualitas: 

1. Buat Aturan Penggunaan Gawai

Mama dapat membantu si Kecil mendapatkan screen time yang sehat dengan cara membuat peraturan penggunaan gawai yang disepakati bersama.

  • Tempat. Ajak si Kecil menentukan dimana saja ia boleh menggunakan gawai. Contohnya ia hanya boleh menggunakan gawai di ruang keluarga. Tidak di kamar, ruang makan, dan di dalam mobil. 

  • Waktu. Ajak juga si kecil menentukan kapan saja ia boleh dan tidak boleh menggunakan gawai. Jangan lupa untuk tentukan durasi waktunya sesuai dengan kelompok usia si Kecil. Mungkin Mama mengizinkan si Kecil menonton film kartun favorit atau main games pada pukul 3 sore atau sehabis mandi sore. Namun, saat makan ia tidak boleh sambil menonton film ataupun main games. 

  • Jenis aktivitas. Sepakati juga apa saja yang boleh si Kecil lakukan dengan gawai tertentu. Misalkan smartphone hanya boleh untuk memainkan games yang telah Mama download, bukan untuk menonton YouTube. Tablet hanya boleh untuk menggambar dan membaca e-book, bukan untuk main games atau streaming film. 

2. Filter Konten yang Diakses Anak

Sebelum mengizinkan si Kecil menonton film, memainkan games, mendengarkan lagu, atau membuka aplikasi tertentu, pastikan Mama sudah mengetahui isinya terlebih dahulu. 

Banyak konten yang melabeli diri sebagai konten edukasi dan ramah anak namun ternyata mengandung hal-hal yang tidak sesuai dengan kelompok usia si Kecil. 

Lantas, seperti apa sih Ma konten yang berkualitas itu? Konten yang berkualitas memiliki: 

  • Sesuai dengan kelompok usia anak.

  • Pesan positif tentang keluarga, pertemanan, dan gaya hidup.

  • Mengandung pesan inklusif tentang disabilitas, gender, ras, dan budaya. 

  • Menyertakan skenario yang disukai anak seperti kebun binatang atau taman bermain.

  • Menginspirasi si Kecil untuk bermain secara off-screen. Misalkan bereksperimen dengan balon tiup atau menarikan tarian baru.

  • Memotivasi si Kecil untuk menjawab pertanyaan interaktif yang ada di dalam konten.

  • Memiliki alur cerita dengan karakter yang memperlakukan satu sama lain dengan ramah dan penuh hormat.

Sementara itu, ketika  konten yang diakses si Kecil berkualitas, screen time dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan perilaku dan proses belajar anak. 

Baca juga: 8 Ide Eksperimen Sains Sederhana untuk Anak Usia Prasekolah

3. Blokir Situs dan Aplikasi Tidak Berkualitas

Mama dapat mengaktifkan kids mode dan memblokir situs internet yang sekiranya berisi konten di luar kelompok usia anak. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kemungkinan si Kecil mengakses konten yang tidak berkualitas.

Selain itu, pastikan aplikasi, games, atau situs internet yang dikunjungi si Kecil bebas dari iklan yang mempengaruhi impulsivitas si Kecil dalam mengonsumsi produk-produk tertentu. 

Misalkan Mama sudah menjaga sekali agar si Kecil tidak terlalu banyak asupan gula dan pemanis buatan. Namun, iklan yang muncul selalu tentang permen kapas, coklat, atau jus kemasan. Si Kecil pun tidak henti-hentinya merengek minta Mama membelikan produk-produk tersebut.

4. Temani Anak

Walaupun gawai sudah diatur ke dalam kids mode, Mama tetap perlu menemani si Kecil setiap kali ia menggunakannya. Pastikan ia memainkan games dan mengakses konten yang sesuai dengan kelompok usianya. 

Sambil menemani screen time si Kecil, Mama juga bisa mengajaknya mendiskusikan konten yang dilihat dengan bahasa yang mudah dimengerti seperti: 

  • Mengemukakan hal-hal positif.

  • Bermain what if dari isi konten.

  • Merefleksikan cerita. 

Jadi, si Kecil tidak kehilangan kesempatan untuk mengasah daya berpikir kritisnya dan berinteraksi dengan orang tuanya walaupun mendapatkan screen time. 

5. Hindari Screen Time Mendekati Waktu Tidur

Agar waktu tidur si Kecil tercukup dan kualitas tidurnya tidak terganggu, Mama perlu menghindari pemakaian gadget menjelang waktu tidur seperti nonton film atau main games

Jadi, pastikan televisi, komputer, dan gawai lainnya mati selambat-lambatnya 1 jam sebelum jadwal tidur anak. 

Jangan pula membiarkan gawai tersebut ada di dalam kamar anak ya, Ma. 

Baca juga: Berapa Jam Idealnya Anak Tidur Malam?

6. Buat Jadwal Bermain dan Screen Time

Buatlah jadwal screen time yang konsisten. Ketika si Kecil mulai merengek, Mama perlu bersikap tegas namun tetap memberikan penjelasan dengan lembut bahwa waktu screen time sudah  habis. 

Alihkan perhatiannya dengan berbagai permainan menarik lainnya seperti mandi bola, lompat trampolin, balance bike, membuat kue bersama, bermain alat musik, dan lain sebagainya. Bermain secara aktif sangat penting untuk belajar dan membangun kreativitas anak usia dini, Ma. 

Jangan sampai kesempatan emas untuk memaksimalkan tumbuh kembang si Kecil terenggut oleh screen time, ya. 

7. Menjadi Role Model bagi Anak

Hal paling penting yang perlu Mama lakukan agar si Kecil tidak terlalu banyak screen time adalah dengan menjadi contoh nyata. 

Usahakan untuk tidak terlalu sering menggunakan gawai. Matikan televisi, simpan smartphone dan laptop, lalu perbanyak kegiatan fisik seperti olahraga, masak, atau membaca buku. 

Hal ini mungkin sangat sulit dilakukan oleh sebagian besar orang tua yang pekerjaannya tergantung pada laptop, komputer, dan smartphone. Namun, sebisa mungkin kurangi penggunaannya saat berada di sekitar si Kecil. 

Baca juga: Mengenal Metode STEAM Education dan Manfaatnya untuk Anak

Butuh inspirasi aktivitas yang bisa bantu mengoptimalkan perkembangan anak sebagai ganti screen time? Mama bisa unduh Activity Playbook Eksklusif secara gratis!  Jadi, ia dapat belajar banyak hal baru sambil bersenang-senang dan tumbuh menjadi calon pemenang. 

  1. Chassiakos YR, Radesky J, Christakis D, Moreno MA, Cross C. Children and adolescents and digital media. Pediatrics. 2016;138 (5).e20162593.
  2. AAP Council on Communications and Media. Media used in school-aged children and adolescents. Pediatrics.2016;138(5): e20162592.
  3. AAP Council on Communications and Media. Media and young minds Pediatrics.2016;138(5): e20162591.
  4. Children, Adolescents, and Television, Pediatrics;2001;107;423-426
  5. Media Violence, Pediatrics; 2009;124;1495
  6. Rosary, Soebadi A. KEAMANAN MENGGUNAKAN INTERNET BAGI ANAK. IDAI 2014. Available from : http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/keamanan-menggunakan-internet-bagi-anak
comment-icon comment-icon