Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
pilek-akibat-alergi_large
Alergi

Penyakit Pilek Akibat Alergi pada Anak

15 Januari 2020

Meski tidak menular, alergi dapat diturunkan dari orangtua. Jika orangtua memiliki riwayat alergi, kemungkinan alergi yang dimiliki si Kecil adalah sekitar 70%. Tetapi, jika salah satu orangtua saja yang alergi, kemungkinannya hanya 30%. Jadi, alergi pada si Kecil hanya timbul bila ia mempunyai bakat alergi, yaitu keadaan di mana seseorang mudah menghasilkan lgE atau immunoglobulin E. (Dr. Zakiudin Munasir, SpA (K))

Tanda-tanda Alergi pada Anak

Rhinitis alergi atau pilek yang diakibatkan alergi, bukan termasuk penyakit yang berbahaya, tetapi dapat sangat menggangu aktifitas sehari-hari. Kami dari Tim Ahli Nutriclub akan menjelaskan kepada Ibu tentang alergi ini.

Rhinitis alergi adalah suatu penyakit radang pada hidung karena hipersensitif terhadap alergen tertentu. Rhinitis alergi saling berkaitan erat dengan asma dan eksim dan termasuk penyakit alergi. Rhinitis timbul bila ada faktor-faktor pemicu dengan alergen, biasanya dengan serbuk sari bunga, bulu binatang peliharaan, debu, tungau debu rumah, hingga makanan. Alergen lain dapat berupa asap rokok atau asap kendaraan bermotor.

Sekitar 57% penderita rhinitis alergi mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya. Rhinitis alergi yang timbul pada masa anak-anak biasanya menetap sampai usia dewasa, dan akan berkurang pada usia lanjut. Sekitar 15-25% penderita akan sembuh secara spontan setelah 5-7 tahun.

Tanda dan gejala rhinitis alergi sangat bervariasi. Tidak hanya terlihat pada hidung, tanda dan gejala rhinitis alergi bisa juga terlihat di organ lain, seperti mata, tenggorokan, dan telinga. Tanda dan gejala tersebut adalah:

  • Hidung: hidung terasa gatal, berair, bengkak, sulit bernapas, hidung tersumbat, dan bernapas melalui mulut
  • Mata: mata gatal, bengkak, merah, dan berair
  • Tenggorokan dan telinga: sering disertai nyeri tenggorokan ketika menelan, suara serak, dan batuk yang hilang timbul

Mungkin, Ibu sulit membedakan antara rhinitis alergi dengan pilek akibat infeksi saluran pernapasan atas (salesma/common cold) pada si Kecil. Berikut ini adalah perbedaan antara rhinitis alergi dengan salesma:

  • Rhinitis alergi: gejalanya antara lain adalah pilek dengan cairan bening seperti air, tanpa demam, terjadi segera setelah terpapar bahan alergen, dan berlangsung selama si Kecil masih terpapar bahan alergen tersebut.
  • Salesma/common cold: gejalanya antara lain adalah pilek encer atau kental berwarna kekuningan, badan terasa sakit, dan demam ringan. Terjadi sekitar 1-3 hari setelah terpapar virus common cold dan berlangsung selama 3-7 hari.

Baca Juga: Rhinitis, Jenis Pilek Karena Alergi Pada Anak

Ada 3 hal utama yang dapat Ibu lakukan dalam upaya mencegah terjadinya alergi pada si Kecil: menghindari alergen (penyebab alergi), menerapkan pola hidup yang baik, serta menggunakan obat-obatan. Upaya menghindari alergen akan berhasil jika Ibu mengetahui penyebab atau pencetus terjadinya alergi si Kecil. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan uji kulit (skin prick test). Selain itu, pengamatan yang cermat sehari-hari oleh Ibu kepada si Kecil akan sangat berguna.

Did you know?

”Formula hidrolisat parsial hanya dapat mengurangi risiko terjadinya dermatitis atopik/eksim, tetapi tidak asma atau pilek akibat alergi. Ketahui selengkapnya di sini.“

Dari hasil pemeriksaan tes alergi, Ibu dapat mengetahui zat-zat apa saja yang dapat menimbulkan alergi pada si Kecil. Beberapa zat, terutama makanan, kadang tidak memiliki hubungan yang jelas dengan hasil tes dan gejala alergi si Kecil. Hal ini bisa terjadi karena alergi yang dialami si Kecil bukan terhadap makanan itu sendiri, akan tetapi alergi terhadap zat-zat hasil pemecahan atau metabolisme makanan di dalam tubuhnya. Selain tes alergi pada kulit, si Kecil juga dapat melakukan pemeriksaan kadar immunoglobulin E yang spesifik dalam darah terhadap zat-zat tertentu yang dicurigai menimbulkan alergi.

Ibu juga perlu memerhatikan pola hidup si Kecil. Si Kecil yang menderita alergi membutuhkan waktu istirahat yang cukup, olahraga teratur, disiplin dalam diet yang ditetapkan, serta hidup dalam lingkungan dengan zat alergen yang minimal. Dokter mungkin akan memberi obat-obatan untuk si Kecil yang menderita alergi kronis/berat, atau yang sering kambuh. Si Kecil juga mungkin memerlukan pemberian imunoterapi/desensitisasi (pengebalan terhadap alergen). Namun, hal ini hanya bisa berhasil bila si Kecil mempunyai alergi terhadap satu zat saja.

Saat ini, banyak upaya pencegahan timbulnya gejala alergi pada anak yang lahir dari keluarga berbakat atopik/alergi. Salah satu di antaranya adalah dengan pencegahan dini, yaitu melakukan pencegahan pada saat si Kecil masih dalam kandungan. Namun, ibu hamil yang mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya tidak perlu melakukan diet pencegahan terhadap makanan yang sering menimbulkan alergi. Pola makan yang seimbang penting untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dalam kandungan. Hal yang penting untuk Ibu lakukan adalah menghindari asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Pemberian ASI eksklusif dilaporkan dapat mencegah terjadinya alergi pada si Kecil di kemudian hari. Bila si Kecil tidak beruntung mendapatkan ASI, ia dapat diberi susu formula yang terhidrolisis secara parsial atau ekstensif.

Upaya pencegahan terhadap makanan yang menimbulkan alergi pada si Kecil perlu dilakukan oleh ibu menyusui, dan diteruskan sampai si Kecil berusia 1-2 tahun. Harapannya adalah, makanan yang diberikan pada si Kecil di usia tersebut sudah tidak lagi menimbulkan alergi. Pemberian MPASI yang terlambat atau terlalu dini juga dapat memicu terjadinya alergi. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan pemberian MPASI dimulai saat usia si Kecil 6 bulan. Selain penghindaran terhadap makanan yang hiperalergenik, perlu juga dilakukan penghindaran alergen yang berasal dari lingkungan, misalnya tungau debu rumah (dengan melakukan pembersihan berkala, menghindari pemakaian karpet, dan lain-lain), polusi asap rokok, dan sebagainya. 

Baca Juga: Batuk Alergi pada Anak: Penyebab dan Cara Mengatasinya

  • Mayo Clinic. Hay Fever. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hay-fever/basics/symptoms/con-20020827
  • Munasir, Zakiudin. Mengenal Alergi pada Anak; 2015.
  • Rekomendasi IDAI untuk Pencegahan Primer Alergi, 2014.
comment-icon comment-icon