Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
Gumoh pada Bayi - Nutriclub
Kesehatan

Penyebab Gumoh pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Article Oleh : Annisa Amalia Ikhsania 15 Januari 2020

Gumoh adalah keluarnya sebagian cairan ASI setelah bayi menyusu, berbeda dengan muntah. Cari tahu penyebab gumoh pada bayi dan apa yang harus dilakukan saat si Kecil mengalaminya!

Penyebab Gumoh pada Bayi

Gumoh terjadi karena ukuran lambung bayi masih kecil dan cincin otot yang membatasi ujung bawah kerongkongan dan bagian atas lambung belum cukup kuat untuk menutup sempurna.

Akibatnya, cairan ASI yang baru dikonsumsi bisa mengalir balik ke atas dan keluar lewat mulut. Adapun penyebab bayi gumoh adalah:

  • Terlalu banyak menyusu (overfeeding).
  • Bayi menelan banyak udara jika minum terlalu cepat atau saat menangis.
  • Bersendawa. 
  • Stenosis pilorus, kontraksi otot yang intens setelah menyusui.

Apakah Berbahaya Jika Bayi Sering Gumoh?

Gumoh pada bayi itu normal terjadi dan tidak membahayakan. 

Gumoh umum terjadi di 3 bulan pertama sampai usia 4-6 bulan. Menurut IDAI, 25% bayi bisa gumoh lebih dari 4 kali dalam bulan pertama, dan 50% bayi gumoh 1-4 kali per hari sampai usia 3 bulan.

Frekuensi gumoh akan bertahap menghilang di usia 18-24 bulan, saat ukuran lambungnya sudah lebih besar dan katup lambungnya sudah kuat menutup sempurna.

Baca Juga: Penyebab Bayi Muntah Setelah Minum ASI dan Cara Mengatasinya 

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Bayi Gumoh?

Bayi gumoh tidak ada cara perawatan khusus. Akan tetapi, ada beberapa cara mengatasi yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Sendawakan Bayi

Salah satu cara mengatasi gumoh pada bayi adalah dengan menyendawakan bayi setelah menyusu atau makan untuk mengeluarkan udara berlebih di dalam lambung. 

Berikut adalah cara menyendawakan bayi:

  • Gendong dan peluk si Kecil di atas bahu Mama. Tepuk-tepuk dan usap punggung bayi secara perlahan.
  • Dudukkan bayi di pangkuan Mama, kemudian tepuk-tepuk punggungnya. Posisikan bayi menghadap ke luar atau ke samping dan tepuk-tepuk punggungnya secara lembut.

Jangan menepuk punggungnya terlalu keras atau menekan perut bayi supaya tidak memicu gumoh.

2. Posisikan Bayi Tegak Setelah Menyusu

Coba posisikan bayi agar lebih tegak sesaat setelah menyusu atau memberinya makan. Lakukan posisi ini selama 20-30 menit sesudah ia minum susu atau makan. 

Tujuannya adalah agar cairan ASI dan makanan lebih cepat turun ke saluran cerna, serta mencegah isi lambung ‘naik’ ke kerongkongan. 

Jadi, jangan terburu-buru mengajak si Kecil bermain atau mengayun-ayunkan bayi sesaat setelah ia menyusu atau makan ya, Ma.

3. Hindari Menyusui Sampai Kekenyangan

Cara mengatasi gumoh pada bayi berikutnya adalah jangan memaksa bayi menyusu terlalu lama. Terlebih, bila bayi sudah menunjukkan tanda kenyang dan cukup ASI, seperti:

  • Bayi mencabut mulutnya sendiri dari payudara Mama.
  • Bayi tampak ceria, sehat, dan aktif setelah menyusu.
  • Bayi menutup mulut saat ditawarkan payudara.
  • Bayi tampak puas, tenang, dan mengantuk setelah menyusui.
  • Bayi perlahan-lahan melepaskan pegangan tangannya pada payudara Mama.
  • Pergerakan mulut saat menghisap payudara jadi melambat.
  • Payudara terasa lebih lembut setelah menyusui.

Untuk memastikan bayi benar-benar mendapatkan ASI yang cukup, sebaiknya jangan langsung susui banyak-banyak dalam satu waktu. 

4. Berikan Bayi Susu Sebelum Lapar

Agar bayi tidak sering gumoh setelah menyusu, coba berikan ASI sebelum bayi merasa lapar. Karena saat kelaparan, bayi akan menangis dan rewel. 

Susuilah sedikit-sedikit tapi dengan frekuensi lebih sering dan diberi jarak agar lambungnya memiliki spare waktu untuk mengosongkan isinya.

Untuk tips dan trik lancar menyusui, Mama bisa unduh Panduan Menyusui Eksklusif dari Nutriclub, lho!

5. Jangan Tengkurapkan Bayi

Hindari menelungkupkan bayi saat tidur setelah menyusuinya agar si Kecil tidak gumoh. Tekanan pada perut bisa mendorong isi perut naik dan memicu gumoh. 

Selain itu, tidur tengkurap bisa meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS). Biarkan ia tidur dalam posisi berbaring telentang.

6. Pastikan Popok Bayi Tidak Ketat

Pastikan pula tidak ada yang menekan perut bayi Mama setelah memberikan ia makan dan minum. 

Misalnya, jangan biarkan popok yang dikenakan bayi terlalu ketat,  sehingga ia tidak merasa perutnya terlalu sesak. Sebab, ini juga bisa menyebabkan si Kecil mengeluarkan makanannya.

7. Perhatikan Makanan yang Mama Konsumsi

Apabila si Kecil masih minum ASI eksklusif, Mama juga perlu memperhatikan pola makannya. Sebab, makanan dan minuman yang Mama konsumsi akan memengaruhi kualitas ASI. 

Sehingga mungkin saja, penyebab bayi gumoh bisa karena efek negatif dari jenis makanan atau minuman tertentu yang dikonsumsi Mama. 

Baca Juga: Kenapa Bayi Usia 6 Bulan Tidak Mau Menelan Makanan?

Apa Perbedaan Gumoh dan Muntah pada Bayi?

Menurut IDAI, gumoh adalah air susu mengalir balik ke mulut dengan sendirinya.

Gumoh bukan penyakit, melainkan refleks pada bayi baru lahir, sehingga tidak menyebabkan bayi menangis.  Air susu yang mengalir keluar pun jumlahnya sedikit.

Sementara itu, kebanyakan penyebab muntah adalah gangguan atau infeksi pada saluran pencernaan. Bayi muntah akan terlihat mengejan, menangis, atau rewel. 

Bayi muntah akan mengeluarkan isi perutnya dengan tenaga atau usaha lebih (retching). Cairan yang dimuntahkan biasanya banyak dan berwarna bukan putih susu.

Kapan Bayi Gumoh Perlu Diwaspadai?

Bayi gumoh memang normal dan tidak memengaruhi kesehatan bayi. Namun, Mama perlu waspada bayi sering gumoh atau apabila disertai dengan gejala-gejala berikut:

  • Berat badan bayi tidak kunjung bertambah.
  • Jumlah susu atau makanan yang dikeluarkan oleh bayi lebih dari 1-2 sendok makan.
  • Muntah bayi berwarna kuning, hijau, atau kecokelatan.
  • Tidak mau menyusu atau makan. 
  • Frekuensi buang air kecil berkurang, misalnya jarang ganti popok dan berwarna pekat.
  • Bayi tampak lemas.
  • Bayi gumoh terjadi di usia 6 bulan hingga lebih dari satu tahun.
  • Lebih rewel dari biasanya dan terus menangis lebih dari tiga jam.
  • Muncul darah dalam feses bayi.
  • Mengalami kesulitan bernapas.

Jika gumoh pada bayi disertai tanda atau gejala di atas, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak. 

Jangan lupa untuk mencatat dan memberi tahu dokter mengenai frekuensi bayi gumoh yang dialami oleh si Kecil.

Mama pun bisa bertanya kepada tim Nutriclub Expert Advisor mengenai segala aspek kesehatan bayi dan pengobatannya di rumah. 

 

  1. IDAI | Bedanya “Gumoh” dan Muntah pada Bayi. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya-%E2%80%98gumoh%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi
  2. Why Babies Spit Up. (2023). HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Why-Babies-Spit-Up.aspx
  3. Spitting up in babies: What’s normal, what’s not. (2023). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20044329
  4. Crider, C. (2019, November 20). Is All This Baby Spit-Up Normal? Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/baby/baby-spit-up#tips
  5. Spitting up in babies: How much is normal and when it stops. (2021). BabyCenter. https://www.babycenter.com/baby/newborn-baby/why-babies-spit-up_1765#articlesection1
  6. WebMD. (2006, May 24). Spitting Up in Infants Treatment. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/spitting-up-in-infants-treatment
  7. NHS Choices. (2023). Breastfeeding: is my baby getting enough milk? https://www.nhs.uk/conditions/baby/breastfeeding-and-bottle-feeding/breastfeeding-problems/enough-milk/
  8. Spitting Up - Reflux. (2022). Seattle Children’s Hospital. https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/spitting-up-reflux/

 

floating-icon