Mencegah Risiko Hipertensi Dalam Kehamilan
Loading...
burger menu
mencegah-risiko-hipertensi-dalam-kehamilan_large
Untuk Mama

Mencegah Risiko Hipertensi Dalam Kehamilan

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Lima Jenis Hipertensi pada Kehamilan
  • Menangani Pre-eklampsia di Masa Kehamilan

Review Expert: dr. Jimmy Panji W, Sp.OG

Pada sebagian besar ibu hamil yang berusia di bawah 35 tahun, biasanya akan memiliki tekanan darah akan cenderung sedikit lebih rendah dibanding saat tidak hamil. Namun ada sebagian ibu yang saat hamil tekanan darahnya justru menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Sebaiknya Ibu mencegah risiko terjadinya hipertensi di masa kehamilan.

Lima Jenis Hipertensi pada Kehamilan

Hipertensi merupakan kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari standar yang ditentukan. Standar ini dapat berbeda-beda menurut usia dan penyakit penyerta sebelum masa kehamilan.

Penyakit yang umum dikenal sebagai darah tinggi ini ternyata juga berisiko terjadi pada Ibu di masa kehamilannya. Seorang ibu hamil dianggap mengalami hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik (biasanya disebut tekanan darah atas) lebih dari 140 mmHg atau diastolik (tekanan darah bawah) lebih dari 90 mmHG.

Data menunjukkan bahwa hipertensi terjadi pada 5-10% kehamilan dan merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada masa kehamilan di negara-negara berkembang. 

Ada banyak teori yang berusaha menjelaskan terjadinya hipertensi pada masa kehamilan. Salah satunya adalah teori plasenta. Plasenta yang kurang baik pertumbuhan dan perkembangannya akan mengeluarkan zat-zat kimia tertentu ke dalam tubuh Ibu. Zat-zat kimia ini akan menyebabkan berbagai perubahan dalam tubuh Ibu, salah satunya adalah peningkatan tekanan darah.

  1. Hipertensi kronik, Ibu sudah menderita hipertensi sejak sebelum kehamilannya.
  2. Pre-eklamsia, Ibu baru mengalami hipertensi pada lebih dari 20 minggu usia kehamilannya. Pada pemeriksaan urin, ditemukan protein. Jenis ini lebih rentan terjadi pada ibu hamil yang belum pernah melahirkan bayi sehat (nulipara), berusia lebih dari 40 tahun, riwayat pre-eklampsia dalam keluarga, riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya dan obesitas. Pre-eklampsia yang ringan umumnya tidak menunjukkan gejala yang terlalu menyolok. Namun bila sudah berubah menjadi berat, gejala akan semakin nyata, misalkan sakit kepala, gangguan pandangan dan nyeri ulu hati.
  3. Eklampsia, bila Ibu yang mengalami pre-eklampsia sudah mengalami kejang.
  4. Berdampingan (superimposed), Ibu sebelum hamil sudah hipertensi dan mengalami pre-eklampsia saat kehamilannya.
  5. Gestasional, Ibu mengalami hipertensi hanya pada saat hamil namun tidak terdeteksi protein dalam urinnya. Tekanan darah akan menjadi normal kembali setelah melahirkan. Namun, jika tekanan darah tersebut tidak turun setelah 12 minggu persalinan, hipertensi tersebut berlanjut menjadi hipertensi kronis.

Ibu dengan hipertensi kronik diusahakan dikontrol tekanan darahnya dengan obat-obat minum saja (perlu diperhatikan bahwa obat-obat anti-hipertensi pada ibu hamil dan yang tidak hamil dapat berbeda, karena beberapa obat antihipertensi tidak dapat digunakan saat kehamilan). 

Did you know?

”Hipertensi merupakan salah satu peningkat risiko Ibu mengalami pre-eklampsia dan eklampsia, kondisi yang salah satunya ditandai dengan peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Ketahui selengkapnya di sini.“

Baca Juga: 7 Cara Menghadapi Heartburn atau Nyeri Ulu Hati saat Hamil
 

Menangani Pre-eklampsia di Masa Kehamilan

Ibu dengan pre-eklampsia ditangani dengan beragam cara sesuai dengan kondisinya dan janinnya; dari yang sekedar bed rest ketat, pemberian obat minum, obat yang diinfus, hingga induksi persalinan (usaha memulai proses persalinan). 

Kondisi dianggap lebih berat bila Ibu mengalami kejang (eklampsia). Pada kondisi ini, pengakhiran kehamilan akan lebih dipertimbangkan.

Ibu yang mengalami pre-eklampsia akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertensi di kemudian hari. Selain itu, penyakit penyumbatan jantung dan stroke juga menjadi lebih memungkinkan. Selain dengan obat-obatan, pencegahan pre-eklampsia dapat dilakukan dengan mengubah pola makan menjadi lebih sehat.  Kuncinya teletak pada nutrisi seimbang meliputi makronutrien (karbohidrat, lemak, protein) dan mikronutrien (semua jenis vitamin dan mineral). 

Pastikan jenis dan jumlah makanan yang Ibu konsumsi selama hamil memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. 

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  • Stables D, Rankin J, Stables D. Physiology in childbearing. Edinburgh: Baillière Tindall; 2010.
  • James P, Oparil S, Carter B. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. JAMA [Internet]. 2014 [cited 15 July 2015];311(5):507. 
  • DeCherney A. Current diagnosis and treatment. New York: McGraw-Hill Medical; 2007.
  • Cunningham F, Williams J. Williams obstetrics. New York: McGraw-Hill Medical; 2010.
  • Hladunewich M, Karumanchi S, Lafayette R. Pathophysiology of the Clinical Manifestations of Preeclampsia. Clinical Journal of the American Society of Nephrology [Internet]. 2007 [cited 14 July 2015];2(3):543-549. Available from: http://cjasn.asnjournals.org/content/2/3/543.full
  • Gabbe S. Obstetrics. Philadelphia: Elsevier/Saunders; 2012.
Artikel Terkait