Ada banyak jenis alergi yang dapat dialami bayi, salah satunya alergi ASI. Alergi ini sebetulnya sangat jarang. Lalu, kenapa bayi bisa alergi terhadap ASI dan bisakah ini diatasi?
Bagaimana Bayi Bisa Alergi Terhadap ASI?
Faktanya, ASI tidak menyebabkan reaksi alergi pada bayi. ASI justru mengandung protein kekebalan khusus, IgA dan IgG, yang membantu mengurangi risiko alergi pada bayi.
Dokter spesialis alergi anak, dr. Jackie Bjelac dari Cleveland Clinic menjelaskan, bayi kadang dapat mengalami reaksi terhadap makanan yang Mama makan dan masuk ke dalam ASI.
Hanya sekitar 2-3% bayi ASI eksklusif di dunia yang menunjukkan reaksi mirip alergi terhadap ASI karena terpapar residu susu sapi yang ibunya konsumsi sebelum menyusui.
Namun, reaksi ini bukanlah alergi terhadap ASI, melainkan lebih ke arah intoleransi atau sensitivitas terhadap makanan tertentu, seperti protein susu sapi.
Apa Saja Gejala Alergi ASI?
Bayi yang menunjukkan reaksi “tidak cocok” atau intoleran dengan ASI biasanya menunjukkan gejala seperti:
- Menangis terus atau menangis berlebihan, seperti kolik.
- Diare, kadang ada darah di fesesnya.
- Perut kembung.
- Kentut-kentut terus.
- Gumoh atau muntah ASI.
Penting untuk digarisbawahi bahwa gejala di atas disebabkan intoleransi makanan atau intoleransi laktosa.
Menurut AAP (American Association of Pediatric) reaksi ini bukan reaksi alergi, karena reaksi alergi dapat menyebabkan gejala yang lebih serius.
Gejala intoleransi cenderung lebih ringan dan berumur pendek dibandingkan gejala alergi susu sapi.
Baca Juga: 8 Penyebab Alergi pada Bayi dan Cara Mengatasinya
Apakah Mama Perlu Berhenti Menyusui Bila Bayi Alergi ASI?
Mama tidak perlu berhenti menyusui jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda intoleransi laktosa atau alergi terhadap ASI. Sangat jarang, bahkan hampir tidak mungkin, bayi memiliki alergi ASI.
Bayi yang disusui eksklusif memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk mengalami alergi terhadap protein susu sapi dalam ASI, karena alergi susu sapi biasanya terjadi hanya jika bayi minum susu sapi langsung.
Gejala yang muncul mungkin merupakan reaksi intoleransi protein susu sapi yang berada di dalam ASI, namun bukan akibat reaksi terhadap ASI itu sendiri.
Supaya dapat lebih optimal menemani tumbuh kembang si Kecil dalam 1000 Hari pertamanya, unduh panduan eksklusifnya di E-Book 1000 HPK secara gratis.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Alergi ASI?
ASI tidak menyebabkan alergi, tapi bayi bisa alergi pada zat makanan yang terkandung dalam ASI jika Mama mengonsumsi makanan tertentu. Lalu, harus bagaimana?
1. Teruskan Menyusui
Teruskanlah menyusui si Kecil seperti biasa. ASI adalah sumber nutrisi utama dan terbaik untuk bayi dalam 6 bulan pertama kehidupannya, yang sebaiknya dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, menyusui ASI eksklusif minimal 6 bulan justru membantu mengurangi kemungkinan bayi mengembangkan alergi terhadap makanan di kemudian hari.
Hanya 2-3 dari 100 bayi yang mungkin mengalami gejala intoleransi terhadap ASI setelah menyusu.
2. Pertimbangkan Hindari Makanan Tertentu
Tidak ada bukti bahwa menghindari makanan tertentu saat menyusui mencegah alergi atau asma karena alergi pada bayi.
Makan makanan sehat yang bervariasi dan bergizi seimbang adalah kunci produksi ASI yang melimpah dan berkualitas. Pengecualian mungkin jika keluarga Mama memiliki riwayat alergi berat.
Jika Mama dan keluarga Mama ada yang mengalami alergi makanan parah, pertimbangkan untuk batasi konsumsi susu & produk susu, ikan, telur, dan kacang-kacangan (termasuk kacang tanah) selama menyusui.
Namun, membatasi atau menghindari makanan hanya boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter, karena dikhawatirkan dapat merugikan suplai ASI dan kandungan nutrisinya.
3. Perkenalkan Makanan Risiko Alergi di Awal MPASI
Sebuah studi menemukan bahwa memperkenalkan makanan pemicu alergi (seperti kacang, keju, yogurt, dan telur) ke dalam menu MPASI sebelum usia 11 bulan dapat bantu mencegah perkembangan alergi.
IDAI juga menyatakan, penundaan pemberian ikan dan telur sampai usia 1 tahun tidak berguna untuk mencegah alergi,
Namun, pengenalan makanan yang terbuat dari gandum dan serealia sebaiknya ditunda sampai usia 8 bulan. Susu sapi juga sebaiknya tidak boleh diberikan kepada bayi sampai usianya genap 1 tahun.
Baca Juga: Penyebab Alergi pada Bayi MPASI, Ciri, dan Cara Mengatasinya
Apakah Bayi Alergi ASI Bisa Bertahan Hidup?
Bayi yang memiliki alergi dapat bertumbuh kembang baik selama mendapatkan perawatan yang tepat dan asupan nutrisi yang optimal untuk mencegah kekambuhan gejala.
Jenis alergi makanan tertentu, seperti alergi telur atau susu, dapat menghilang ketika anak sudah besar nanti.
Jangan lupa juga selalu perhatikan reaksi dan gejala yang ditunjukkan bayi setiap kali Mama mengenalkan makanan baru di masa MPASI nanti.
Sebab meski reaksi alergi parah (syok anafilaksis) jarang terjadi, risikonya mungkin tetap ada dan bisa berakibat fatal.
Mama juga bisa menanyakan segala hal terkait tumbuh kembang dan kesehatan bayi ke tim Nutriclub Expert Advisor.