- Pembahasan dalam artikel :
- Alergi Kulit pada Bayi
- Mekanisme Terjadinya Alergi pada Anak
- Penyebab Alergi Kulit pada Anak
- Cara Mengatasi Alergi Kulit pada Anak
Angka terjadinya penyakit akibat alergi meningkat akhir-akhir ini, sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern. Perubahan pola hidup masyarakat ini menghasilkan lingkungan yang memudahkan terjadinya alergi. Namun, Mama tak perlu khawatir yang berlebihan. Ada beragam cara mengobati alergi pada bayi yang bisa dilakukan Mama.
Yuk, simak informasi lengkapnya bersama Nutriclub!
Alergi Kulit pada Bayi
Pernahkah si Kecil mengalami gejala alergi kulit pada bayi dan balita? Rasa gatal dan kemerahan, bahkan bengkak pada kulit, sering kali sangat mengganggu aktivitas si Kecil. Kami dari Tim Ahli Nutriclub akan menjelaskan kepada Ibu mengenai gejala alergi pada kulit dan berbagai macam penyebabnya.
Mekanisme Terjadinya Alergi pada Anak
Alergi pada bayi dan balita terjadi saat sistem imunitas tubuh bereaksi terhadap benda asing, yang mungkin bagi orang lain tidak berbahaya. Saat benda asing masuk, tubuh memproduksi antibodi agar benda asing tersebut tidak menyebabkan penyakit. Pada orang dengan alergi, antibodi diproduksi meski benda asing itu tidak berbahaya. Saat terjadi kontak dengan alergen (bahan yang menyebabkan alergi), tubuh akan bereaksi dengan membuat kulit meradang, juga menimbulkan gangguan sinus, pernafasan, atau pencernaan.
Baca Juga: 15 Penyakit Autoimun pada Anak yang Perlu Diketahui
Penyebab Alergi Kulit pada Anak
Alergi pada kulit dapat disebabkan oleh beberapa jenis alergen, dengan jenis gejala yang berbeda pula. Gejala alergi kulit pada balita contohnya adalah eksim atopik, alergi makanan, alergi obat, dermatitis kontak alergik, dan alergi dingin. Berikut ini pembahasan jenis-jenis alergi tersebut:
1. Eksim atopik
Dari macam-macam alergi kulit pada bayi dan anak, eksim atopik atau dermatitis atopik adalah suatu kondisi ruam alergi kulit pada anak yang terjadi pada orang berbakat atopi, yaitu individu yang memiliki riwayat kepekaan dalam keluarganya. Faktor penyebabnya berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan, obat-obatan, dan imunitas kulit. Eksim atopik dapat dipicu oleh makanan (misalnya susu, telur, gandum, kedelai, dan kacang tanah) dan tungau debu rumah.
Eksim atopik paling sering muncul saat si Kecil berusia kurang dari 1 tahun, biasanya dimulai dari usia 2 bulan. Namun, jenis alergi ini bisa juga berlanjut sampai si Kecil berusia 2-10 tahun, bahkan hingga usia remaja dan dewasa. Lesi eksim atopik pada anak usia di bawah 2 tahun biasanya muncul di muka (dahi dan pipi), berbentuk bintil, kemerahan, lepuh halus, basah, dan keropeng. Lesi bisa meluas ke kulit kepala, leher, pergelangan tangan, lengan, dan tungkai. Untuk anak usia 2 tahun ke atas, bentuk lesi kulit biasanya lebih kering, berupa bintil, penebalan kulit, dan sedikit bersisik. Lokasinya bisa berada di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian telapak, kelopak mata, dan leher, namun jarang di muka.
Untuk mencegah dan mengatasi alergi pada bayi 3 bulan hingga 10 bulan, Ibu harus menyingkirkan bahan-bahan iritan yang dapat memicu gatal pada si Kecil. Misalnya, sabun, deterjen, dan bahan kimia. Ibu sebaiknya tidak terlalu sering memandikan si Kecil, juga jangan menggosok kulit si Kecil ketika mengeringkan tubuhnya dengan handuk, cukup keringkan dengan cara ditepuk-tepuk. Selain itu, gunakan sabun yang mengandung pelembab dan pH netral, bilas pakaian yang dicuci menggunakan deterjen dengan baik, dan segera ganti popok si Kecil ketika ia buang air untuk menghindari iritasi oleh cairan urin dan feses.
Did you know?
”Selain dapat terhirup, tungau debu rumah bisa menimbulkan ruam pada si Kecil melalui kontak dengan kulit. Ketahui selengkapnya di sini.“
2. Alergi Makanan
Alergi makanan adalah reaksi sistem imun sesaat setelah si Kecil memakan makanan tertentu. Reaksi ini bisa berupa pembengkakan pada bibir, lidah, dan saluran napas, juga gangguan pencernaan seperti diare dan biduran. Alergi makanan sebenarnya jarang menimbulkan kelainan pada kulit, tetapi ada beberapa kasus alergi makanan yang reaksinya timbul pada kulit. Jenis makanan yang sering menimbulkan alergi adalah susu, telur, makanan laut, kacang tanah, kedelai, dan gandum.
Manifestasi alergi makanan pada kulit umumnya bervariasi, dari biduran dan/atau bengkak pada kulit, hingga ruam yang mirip campak. Alergi makanan juga bisa menjadi pencetus dermatitis atopik atau eksim atopik pada si Kecil. Dalam waktu 2 jam setelah mengonsumsi makanan tertentu, akan terjadi gatal dan kemerahan yang menyebabkan si Kecil menggaruk, yang menyebabkan kambuhnya eksim atopik.
3. Alergi Obat
Reaksi alergi obat pada kulit merupakan hasil dari pelepasan histamin. Gejalanya bisa berupa biduran, kulit kemerahan, dan gatal. Gejala alergi kulit pada anak ini bisa juga disertai mata merah dan pembengkakan pada mulut dan tenggorokan. Jika alergi obat terjadi dalam bentuk berat, si Kecil bisa mengalami anafilaksis, di mana gejalanya adalah sesak napas, kulit kebiruan, pusing, pingsan, nadi cepat, mual, dan lain-lain.
Baca Juga: Perlukah Tes Alergi pada Anak? Simak di Sini!
4. Alergi dingin
Alergi dingin atau urtikaria dingin adalah reaksi alergi pada kulit, di mana kulit menjadi merah, bengkak, dan gatal apabila terpapar suhu yang dingin. Gejala alergi dingin adalah pembengkakan dan kemerahan sementara pada kulit apabila kulit terpapar suhu dingin, dan semakin membengkak saat kulit menghangat. Alergi dingin juga bisa berupa pembengkakan pada tangan saat memegang objek yang dingin, dan bengkak pada bibir dan kerongkongan saat mengonsumsi makanan atau minuman yang dingin. Tentunya, ada cara khusus mengatasi alergi pada bayi 3 bulan atau pada anak anak usia balita.
5. Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergik adalah reaksi alergi pada kulit akibat kontak dengan suatu bahan kimia tertentu. Jenis alergi ini hanya mengenai orang dengan keadaan kulit yang sangat peka (hipersensitif).
Gejalanya adalah gatal, kemudian timbul bercak kemerahan yang berbatas tegas, lalu bengkak, berbintil, dan lepuh. Pada kasus yang menahun, kulit tampak kering, bersisik, menebal, berbintil, dan mungkin juga terdapat retakan pada kulit. Dermatitis kontak alergik ini dapat meluas ke bagian kulit yang lain.
Baca Juga: Timbul Bintik Merah pada Kulit Bayi, Ini Penyebabnya
Berikut ini berbagai bagian tubuh yang bisa terkena dermatitis kontak alergik dan bahan kimia yang mencetuskannya:
- Tangan (deterjen, antiseptik, getah sayuran, semen, dan pestisida).
- Lengan (jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman).
- Wajah (bahan kosmetik, spons (karet), obat oles, alergen di udara, dan tangkai kaca mata (nikel)).
- Telinga (anting, tangkai kaca mata, gagang telepon, dan cat rambut).
- Leher (kalung, parfum, zat pewarna pakaian, dan alergen di udara).
- Badan (tekstil, zat warna, kancing logam, karet, busa, plastik, deterjen, bahan pewangi, dan pelembut pakaian).
- Alat kelamin (antiseptik, nilon, alergen yang berada di tangan, parfum, dan deterjen).
- Paha dan tungkai bawah (tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat oles, semen, sepatu, sandal, deterjen, dan bahan pembersih lantai).
- Seluruh tubuh (jarang terjadi).
Cara Mengatasi Alergi Kulit pada Anak
Setelah memahami macam-macam alergi kulit pada bayi dan anak, ada beberapa cara mengatasi alergi anak. Cara mengobati alergi pada bayi bisa dimulai dengan mengenakan pakaian yang longgar sehingga terbebas dari keringat. Ibu juga bisa mengompres kulit anak dengan air dingin. Selain itu, Ibu juga bisa memberikan obat gatal pada kulit anak. Jika alergi terjadi pada bayi, berikut ini beberapa cara mengobati alergi pada bayi.
- Oleskan krim hidrokortison sebagai salah satu cara mengobati alergi pada bayi
- Cara mengobati alergi pada bayi selanjutnya adalah dengan memberikan inhaler
- Jauhkan bayi dari paparan alergi