Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
banner-articel_700-x-278-bersiap-menghadapi-persalinan-yang-mungkin-terjadi
Kehamilan & Menyusui

Bersiap Menghadapi Persalinan Prematur

Article Oleh : Ariesta Noer Asri Preafitrially 28 Mei 2020

Reviewer : dr. Kevin Adrian Djantin

Persalinan prematur dapat terjadi mendadak tanpa sebab yang jelas, terutama pada wanita yang menjalani kehamilan berisiko tinggi. Jika Mama memiliki risiko tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar lebih siap secara fisik dan mental untuk menghadapi persalinan prematur dan merawat bayi prematur.

Hampir semua orang tua telah mempersiapkan berbagai hal untuk menyambut kehadiran buah hati sejak masa kehamilan, mulai dari membeli perlengkapan bayi, menata kamar bayi, hingga mengikuti kelas perawatan bayi bersama calon ayah dan calon ibu lainnya.

Namun, tidak ada salahnya apabila Mama juga mempersiapkan diri untuk hal-hal yang dapat terjadi di luar dugaan. Salah satunya adalah persalinan prematur, yaitu persalinan sebelum kehamilan cukup bulan atau sebelum usia kandungan 37 minggu.

Pada usia ini, kondisi bayi masih terlalu lemah untuk hidup di luar rahim dan organorgan tubuhnya belum berkembang sempurna. Hal ini membuat bayi prematur sering kali membutuhkan perawatan intensif untuk dapat bertahan hidup setelah dilahirkan.

Mengantisipasi dan mempersiapkan Persalinan Prematur

Jika sewaktu pemeriksaan kehamilan dokter mendeteksi adanya kelainan yang membuat Mama berisiko melahirkan prematur, ada beberapa hal yang dapat Mama lakukan untuk mengantisipasi dan mempersiapkannya.

Berikut ini adalah persiapan yang perlu Mama lakukan untuk menghadapi kemungkinan persalinan prematur:

1. Memilih rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU

Bayi prematur umumnya membutuhkan perawatan intensif sampai kondisinya dinyatakan sehat, kuat, dan stabil.

Oleh sebab itu, pilihlah rumah sakit dengan fasilitas NICU yang memiliki dokter spesialis anak ahli neonatologi serta tenaga perawat atau bidan yang cukup, dan dilengkapi dengan peralatan standar untuk mendukung kehidupan bayi prematur, seperti inkubator, penghangat bayi (infant warmer), ventilator, monitor, serta tabung dan selang oksigen.

2. Memilih rumah sakit yang dekat dari rumah

Persalinan prematur dapat terjadi kapan saja. Bila memungkinkan, pilihlah rumah sakit yang lokasinya dekat dari rumah agar penanganan dapat segera dilakukan. Selain itu, pemilihan rumah sakit yang dekat dari rumah juga akan lebih memudahkan Mama untuk memantau kondisi Si Kecil nanti, selama menjalani perawatan di rumah sakit.

3. Mempersiapkan berkas dan finansial

Persiapkan berbagai dokumen yang dibutuhkan untuk berkas persalinan, seperti KTP, kartu keluarga, kartu asuransi, dan buku kontrol kehamilan. Masukkan berkas tersebut di dalam tas yang berisi berbagai keperluan persalinan.

Berkas persalinan yang lengkap dapat memudahkan pengurusan prosedur persalinan di rumah sakit. Selain itu, biaya perawatan bayi prematur selama di rumah sakit juga harus dipikirkan. Bila Mama memiliki asuransi, tanyakan kepada pihak asuransi mengenai manfaat atau jaminan yang diberikan.

4. Memiliki pompa ASI

Ada kalanya bayi prematur kesulitan menyusu langsung melalui payudara ibu, karena kemampuan mengisap dan menelannya belum berkembang dengan sempurna.

Agar bayi prematur bisa tetap mendapatkan ASI, dokter mungkin akan menyarankan ibu untuk memberikan ASI melalui cup feeder dengan dipandu oleh bidan atau dokter konsultan laktasi.

ASI tersebut dapat diperah menggunakan alat pompa ASI atau hanya dengan tangan. Namun, memerah dengan alat pompa ASI akan lebih efisien karena lebih cepat dan mudah

Usahakan untuk memerah ASI minimal 6-8 kali sehari, setiap 2-3 jam. Memerah ASI secara rutin dapat menstimulasi puting dan meningkatkan produksi ASI.

Merawat Bayi Prematur Selama di NICU

Selama Si Kecil dirawat di NICU, ada beberapa hal yang perlu Mama perhatikan, yaitu:

Lamanya waktu perawatan bayi di ruang NICU

Tidak ada patokan yang pasti berapa lama bayi prematur perlu dirawat di NICU. Secara umum, bayi prematur membutuhkan perawatan di NICU selama kondisinya belum kuat atau masih berisiko tinggi untuk mengalami masalah kesehatan jika dirawat di luar NICU atau di rumah.

Bayi prematur biasanya sudah boleh dibawa pulang ke rumah jika masalah kesehatannya sudah teratasi, kondisinya kuat, berat badannya naik secara stabil, bisa menyusu secara langsung, dan dapat bernapas tanpa alat bantu.

Penting untuk mengontrol stres

Merawat bayi prematur memerlukan kesabaran dan perhatian lebih. Ditambah dengan beban mental karena rasa khawatir akan kondisi bayi, tak heran jika ini merupakan masa yang rentan bagi kesehatan mental orang tua.

Studi menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak prematur berisiko lebih tinggi mengalami tekanan psikologis, bahkan gangguan cemas dan depresi. Oleh sebab itu, dukungan emosional dari keluarga sangatlah dibutuhkan. Mama dan pasangan perlu mengendalikan stres dan menjaga kesehatan dengan baik, agar kuat merawat Si Kecil.

Berikan pengertian bagi penjenguk

Setelah persalinan, biasanya akan ada banyak kerabat yang ingin melihat Si Kecil. Namun, sebaiknya Mama membatasi jumlah orang yang menjenguk. Selain untuk mengurangi risiko Si Kecil terkena infeksi, cara ini juga akan memberikan lebih banyak waktu bagi Mama untuk memulihkan diri dan memperkuat ikatan dengan Si Kecil.

Ibu yang baru bersalin akan sulit beraktivitas hingga luka persalinan pulih. Jadi, setelah Mama melahirkan nanti, jangan ragu meminta bantuan orang lain untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, seperti menyiapkan makanan, mencuci baju, atau membereskan rumah. Dengan begitu, Mama juga bisa lebih fokus merawat Si Kecil.

Jika Mama telah memiliki anak sebelumnya, rencanakanlah dulu dengan pasangan mengenai siapa yang akan mengurus kebutuhan Si Kakak selama Mama fokus merawat bayi prematur. Namun, pastikan Si Kakak tetap mendapat perhatian dan perlakuan yang sama, agar tidak menimbulkan kecemburuan ya, Mama.

Setelah diperbolehkan pulang, bayi yang terlahir prematur tetap perlu diperiksakan ke dokter anak secara berkala, sesuai jadwal yang diberikan dokter. Hal ini untuk memantau kondisi kesehatannya, karena bayi prematur bisa saja tiba-tiba kembali lemah atau mengalami komplikasi.

Nah, sekarang Mama sudah tahu apa yang harus dilakukan setelah dokter memberi tahu Mama berisiko melahirkan prematur, kan? Dengan persiapan yang matang untuk menghadapi persalinan prematur, Mama tidak akan merasa kewalahan saat persalinan itu tiba.

Referensi:

Liu, et al. (2016). Prenatal Parental Depression and Preterm Birth: a National Cohort Study. BJOG : an International Journal of Obstetrics and Gynaecology. 123(12), pp. 1973–1982.

Lonio, et al. (2016). Mothers and Fathers in NICU: The Impact of Preterm Birth on Parental Distress. Europe's Journal of Psychology. 12(4), pp. 604–621.

Carson, et al. (2015). Risk of Psychological Distress in Parents of Preterm Children in the First Year: Evidence from the UK Millennium Cohort Study. BMJ Open. 5(12), e007942.

American Pregnancy Association (2015). Premature Birth Complications.

Healthy Children, American Academy of Pediatrics (2019). Caring for a Premature Baby: What Parents Need to Know.

KidsHealth, Nemours (2019). For Parents. When Your Baby’s in the NICU. KidsHealth, Nemours (2015). For Parents. Taking Your Preemie Home.

Raising Children Network Australia (2019). Premature Birth: Practical Tips for Getting Ready.

National Health Service UK (2018). Health A to Z. Special Care: Ill or Premature Babies. Bird, C. Verywell Family (2019). Tips for Breastfeeding a Premature Baby.

Bird, C. Verywell Family (2019). When Can Premature Babies Go Home?

Ringley, T. Verywell Family (2019). The Essential Checklist for Bringing Your Preemie Home.

comment-icon comment-icon