Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
resize_desktop-si-kecil-memiliki-risiko-alergi-ini-yang-perlu-orang-tua-lakukan
Alergi

Si Kecil Memiliki Risiko Alergi? Ini yang Perlu Orang Tua Lakukan

19 Februari 2020

Tahukah Mama bahwa alergi rentan dialami oleh anak yang memiliki risiko alergi karena faktor keturunan? Meskipun alergi tidak dapat disembuhkan, ada beberapa hal yang bisa Mama dan Papa lakukan agar gejala alergi tidak muncul pada Si Kecil.

Penyebab Alergi pada Anak

Penyebab pasti munculnya penyakit alergi sejauh ini masih belum diketahui dengan jelas. Namun, sejumlah faktor diduga turut meningkatkan risiko seseorang, baik anak- anak maupun orang dewasa, untuk terkena alergi.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Alergi

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko anak menderita alergi adalah faktor genetik atau keturunan. Berdasarkan Kartu Deteksi Dini Alergi yang diterbitkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, risiko alergi Si Kecil dapat meningkat hingga 80%, apabila terdapat riwayat alergi pada keluarga. Berikut besaran risikonya:

  • Jika Mama dan Papa memiliki riwayat alergi dengan manifestasi sama, maka risiko Si Kecil menderita alergi mencapai 60-80%.
  • Jika Mama dan Papa memiliki riwayat alergi, maka risiko Si Kecil menderita alergi mencapai 40-60%.
  • Jika saudara kandung memiliki riwayat alergi, maka risiko Si Kecil mengalami alergi menjadi 25-35%.
  • Jika salah satu dari Mama atau Papa memiliki riwayat alergi, maka risiko anak menderita alergi berkisar 20-30%.
  • Jika kedua orang tua tidak memiliki riwayat alergi, kemungkinan anak yang dilahirkan tetap bisa menjadi anak yang alergi sekitar 5-15%.

Tidak hanya faktor genetik, beberapa faktor lain juga dapat meningkatkan risiko seorang anak memiliki alergi, yaitu faktor lingkungan yang kotor dan polusi udara, serta faktor riwayat penyakit tertentu, misalnya penyakit infeksi, asma, dermatitis atopik, dan rhinitis atopik.

Reaksi Alergi yang Berbahaya

Alergi adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap zat atau benda yang masuk ke dalam tubuh, karena menganggap zat atau benda tersebut berbahaya.

Faktor pencetus alergi bisa berbeda-beda pada tiap penderita alergi. Apa yang menjadi pencetus alergi pada seorang anak belum tentu menyebabkan alergi pada anak lainnya. Pencetus alergi pada Mama dan Papa juga belum tentu sama dengan pencetus alergi pada Si Kecil, meskipun faktor genetik memainkan peranan.

Gejala Alergi

Gejala alergi yang muncul pada tiap anak pun bisa berbeda-beda. Gejala alergi yang ringan dapat mereda sendiri dalam beberapa waktu. Namun, bila gejalanya berat, dapat terjadi kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani karena bisa mengancam nyawa.

Gejala alergi yang ringan dapat berupa batuk, pilek, bersin-bersin, atau ruam kulit yang gatal. Kadang juga bisa terjadi diare, sakit perut, dan muntah. Sedangkan gejala alergi berat dapat berupa reaksi anafilaksis yang bisa menimbulkan sejumlah gejala berikut:

  • Mengi dan batuk terus-menerus
  • Suara serak dan sulit bicara
  • Sulit bernapas atau sesak napas
  • Hilang kesadaran atau pingsan
  • Kulit pucat dan teraba dingin

Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang dapat berakibat fatal. Apabila Mama dan Papa menemukan gejala tersebut pada Si Kecil, segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.

Tips Mencegah Munculnya Alergi pada Anak

Tak hanya membuat Si Kecil rewel, reaksi alergi yang sangat sering muncul bisa mengganggu kondisi kesehatan dan proses tumbuh kembangnya. Oleh sebab itu, Mama dan Papa perlu melakukan langkah-langkah pencegahan alergi pada anak sejak dini, dengan cara:

1. Memberikan ASI eksklusif

Sejumlah pakar kesehatan merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mengurangi risiko reaksi alergi pada anak. ASI diketahui mengandung antibodi dan senyawa yang dapat mengendalikan reaksi tubuh terhadap alergen, sehingga mencegah munculnya reaksi alergi.

Jika tidak bisa memberikan ASI eksklusif karena alasan tertentu, Mama dapat memberikan Si Kecil susu formula hidrolisat parsial (PFH). Jenis susu formula ini mengandung protein yang telah diolah sedemikian rupa agar risikonya untuk menimbulkan alergi sangat minimal.

Selain susu sapi khusus tersebut, Mama juga dapat memberikan susu berbahan nabati, seperti susu kedelai, susu gandum, susu kacand almond, atau susu beras.

Namun, sebelum memilih susu pengganti ASI, pastikan kandungan nutrisinya sesuai dengan kebutuhan dan usia Si Kecil ya, Mama.

2. Memberikan MPASI secara bertahap sesuai usia

Pengenalan makanan padat pendamping ASI (MPASI) pada bayi perlu dilakukan secara bertahap sesuai usianya. Bila dilakukan terlalu dini atau justru terlambat, dapat meningkatkan risiko alergi pada anak. Pemberian MPASI yang disarankan adalah mulai usia 6 bulan

3. Mengenali dan menghindari faktor pemicu alergi

Agar gejala alergi pada anak tidak muncul, perlu diketahui dulu apa saja faktor pencetus alergi pada anak supaya bisa dihindari. Pemicu alergi (alergen) bisa berupa:

  • Debu dan polusi, seperti asap rokok dan asap kendaraan.
  • Makanan atau minuman tertentu, misalnya telur, susu sapi, kacang, dan seafood.
  • Udara dingin dan kering.
  • Zat kimia tertentu, misalnya parfum, sabun, atau obat-obatan.
  • Bulu hewan.
  • Stres.

Oleh karena itu, untuk mencegah munculnya gejala alergi pada Si Kecil, Mama dan Papa bisa melakukan beberapa hal berikut ini:

  • Menjauhkan Si Kecil dari paparan asap rokok, baik ketika sedang di rumah atau di luar rumah.
  • Tidak membiarkannya menghirup parfum, bedak, atau cat yang berbau menyengat.
  • Tidak memelihara hewan berbulu atau unggas di dalam rumah. Jika memiliki hewan peliharaan, jangan biarkan masuk ke dalam rumah, apalagi kamar tidur.
  • Melindungi Si Kecil dengan balutan selimut atau pakaian yang hangat dan nyaman bila udara sedang dingin.
  • Mencuci sprei, selimut, sarung bantal, dan guling setiap minggu dengan deterjen khusus anak untuk membunuh tungau dan kuman yang berpotensi menyebabkan alergi.

Jika Mama dan Papa kesulitan untuk menentukan faktor pemicu alergi pada Si Kecil, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mengikuti tes di Allergy Risk Screener. Tes ini dapat membantu Mama dan Papa mengetahui besarnya risiko alergi Si Kecil berdasarkan riwayat alergi keluarga.

Allergy Risk Screener memberi hasil berupa persentase besarnya risiko alergi anak dengan menjawab pertanyaan seputar riwayat alergi, salah satunya mengenai gejala yang pernah dialami oleh Mama, Papa, atau saudara kandung. Selanjutnya, bawa hasil tes ke dokter anak untuk mengetahui tindakan pencegahan yang tepat.

comment-icon comment-icon