Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
informasi-lengkap-seputar-mastitis_large
Kehamilan & Menyusui

Informasi Lengkap Seputar Mastitis

15 Januari 2020

Mastitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada jaringan payudara, kebanyakan disertai dengan adanya infeksi. Mastitis menimbulkan gejala rasa nyeri, bengkak, tegang, dan panas serta corak kemerahan di kulit sekitar daerah payudara dan sekitarnya.

Jika peradangan cukup berat maka dapat menimbulkan demam, puting bernanah, hingga benjolan yang muncul di ketiak saat diraba. Mastitis dapat terjadi pada semua wanita, namun terutama dialami oleh Ibu yang sedang menyusui.

Apa itu Mastitis?

Mastitis pada Ibu Menyusui

Mastitis umum terjadi di minggu pertama hingga ke 12 setelah melahirkan dan paling sering pada minggu kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan kelenjar payudara Ibu yang aktif menghasilkan air susu ibu (ASI) dan resiko terjadinya stasis, atau tertahannya ASI menjadi lebih besar.

Stasis ASI sendiri merupakan suatu keadaan dimana ASI menetap di payudara dan tidak dapat dikeluarkan dengan tuntas, sehingga masih tersisa di dalam payudara. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa kondisi, salah satunya diakibatkan si Kecil yang dengan kurang baik menyusu kerna perlekatan mulut si Kecil dengan puting ibu yang tidak sempurna. Kondisi si Kecil yang sakit atau posisi menyusui yang tidak nyaman untuk juga bisa menjadi faktor penyebab stasis ASI.

Faktor lain penyebab stasis ASI:

  • Ibu jarang menyusui sementara produksi ASI banyak
  • Si Kecil menyusu dominan pada satu payudara saja
  • Waktu menyusui yang pendek dan terhenti tiba-tiba, misalnya ketika sedang bepergian.
  • Menurunnya waktu pemberian ASI, misalnya saat malam hari ketika tidur atau ketika ibu sedang bekerja.

ASI yang stasis akan menumpuk di payudara dan menyebabkan jaringan tertekan dan menimbulkan peradangan. Respon peradangan ini akan mempermudah timbulnya infeksi.

Did you know?

”Menurut penelitian, sekitar 2-4% ibu hamil yang melahirkan secara normal memiliki risiko terkena infeksi nifas, dan meningkat 5-10 kali lipat bila persalinan ditempuh melalui bedah caesar. Ketahui selengkapnya di sini.“

Faktor Risiko Penyebab Mastitis

Selain karena stasis ASI, beberapa faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya mastitis adalah puting yang lecet, sehingga mempermudah masuknya kuman penyebab infeksi. Penyebab lain diakibatkan oleh riwayat mastitis sebelumnya, kekurangan gizi, kondisi sakit, stres dan kelelahan, serta adanya penekanan pada payudara, misalnya pada penggunaan bra atau pakaian yang terlalu ketat.

Pada ibu yang tidak hamil atau menyusui, mastitis dapat timbul pada keadaan puting yang terluka, misalnya pada proses piercing atau tindik yang kurang steril dan pada puting yang kering, lecet, dan pecah-pecah.

Tips Mencegah Timbulnya Mastitis

Setelah mengetahui faktor-faktor resiko, ada beberapa hal yang dapat Ibu lakukan untuk mencegah timbulnya mastitis. Pertama, pada Ibu yang sedang menyusui, berikanlah ASI dengan cara yang benar, yang dapat ditanyakan dan pelajari dari dokter, bidan, perawat atau konselor. Usahakan ASI tidak menumpuk pada payudara, misalnya dengan tindakan solusi memerah ASI yang berlebih. Ibu harus memperhatikan kebersihan tangan, tubuh, payudara, dan terutama puting untuk mencegah resiko infeksi. Ibu juga memerlukan istirahat yang cukup untuk mencegah timbulnya stres dan kelelahan. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat dan jangan ragu bertanya pada dokter atau tenaga kesehatan jika timbul masalah dalam proses menyusui.

Bolehkah Memberikan ASI saat Tekena Mastitis?

Hal yang biasa dikhawatirkan ibu ketika mengalami mastitis adalah apakah masih boleh memberikan ASI pada bayi atau tidak. Pada kebanyakan kasus mastitis, bahkan pada mastitis yang terinfeksi, ibu masih diperbolehkan memberikan ASI pada bayi.  Pemberian ASI juga dapat membantu mengalirkan ASI yang menumpuk di payudara dan mengurangi gejala nyeri dan rasa penuh yang dialami Ibu.

Ibu hamil atau menyusui dengan mastitis diharapkan tidak mengonsumsi obat-obatan tanpa pengawasan dokter, karena dikhawatirkan obat-obatan tersebut dapat membahayakan si Kecil atau janin di dalam kandungan.

  1.  Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, et al., editors. Williams Gynecology. 2nd ed. New York: McGraw Hill; 2012.
  2. World Health Organization. Mastitis Causes and Management. Geneva: World Health Organization; 2000. (diunduh 30 Mei 2016). Tersedia di http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/66230/1/WHO_FCH_CAH_00.13_eng.pdf
  3. The Academy of Breastfeeding Medicine. ABM Clinical Protocol #4: Mastitis, Revised March 2014; 2014 (diunduh 30 Mei 2016). Tersedia di http://www.bfmed.org/Media/Files/Protocols/2014_Updated_Mastitis6.30.14.pdf
  4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Indonesia: Mastitis, Pencegahan dan Penanganan; 2013 (diunduh 30 Mei 2016). Tersedia di http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan
  5.  Spencer JP. Management of Mastitis in Breastfeeding Women. American Family Physician. 2008 Sept (diunduh 30 Mei 2016); 6(78): 727-32. Tersedia di http://www.aafp.org/afp/2008/0915/p727.pdf 
comment-icon comment-icon