Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
perbedaan-alergi-makanan-dan-intoleransi-makanan_large
Alergi

Perbedaan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan

15 Januari 2020

Alergi makanan dan intoleransi makanan merupakan dua hal yang berbeda. Kami dari Tim Ahli Nutriclub akan menjelaskan pada Ibu mengenai perbedaan keduanya.

1 dari 3 ibu mengatakan bahwa mereka harus memodifikasi makanan untuk keluarganya. Hal ini dikarenakan adanya anggota keluarga yang diduga memiliki alergi terhadap makanan (Alergi Makanan Pada Balita: Memperkenalkan Makanan Baru Untuk Diet Alergi). Faktanya, hanya sekitar 5% dari anak-anak yang terbukti secara klinis mempunyai reaksi alergi terhadap makanan. Pada remaja dan orang dewasa, alergi makanan terjadi pada sekitar 4% dari total populasi.

Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan

Alergi makanan adalah reaksi alergi (Fakta tentang Alergi) terhadap makanan tertentu, umumnya dari protein yang ada dalam makanan. Saat protein tertentu masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan mungkin mengeluarkan sejenis antibodi yang disebut IgE (Imunoglobulin E). Antibodi ini berfungsi untuk menetralkan zat yang dianggap berbahaya.

Saat alergen dicerna, antibodi yang telah terbentuk melepaskan zat kimia, termasuk histamin. Dalam keadaan normal, histamin berguna untuk sistem kekebalan tubuh. Tetapi,  antibodi IgE dan histamin yang keluar selanjutnya dapat memicu reaksi alergi pada si Kecil yang sangat peka terhadap protein makanan tertentu.

Intoleransi makanan adalah reaksi negatif dari sistem pencernaan terhadap makanan dan tidak ada kaitannya dengan antibodi. Hal ini umumnya terjadi pada si Kecil yang sulit mencerna makanan dan dapat disebabkan oleh kurangnya enzim, atau makanan yang ia makan mengandung zat kimia yang sulit dicerna. Misalnya, intoleransi laktosa terjadi saat sistem pencernaan si Kecil tidak dapat menghasilkan enzim untuk mencerna suatu jenis gula dalam produk-produk susu.

Karena tidak ada kaitannya dengan antibodi, intoleransi makanan dapat dirasakan saat makanan pertama kali dicerna. Jumlah yang dicerna merupakan faktor penentu. Jika hanya sedikit mungkin dapat diatasi, tetapi jika jumlah yang dicerna banyak maka masalah mungkin akan muncul. Hal ini berbeda dengan alergi makanan yang parah, yang meski jumlah yang dicerna sedikit, akibatnya bisa fatal.

Gejala Alergi Makanan pada Balita

Gejala alergi makanan antara lain adalah:

  • Ruam atau gatal-gatal
  • Mual
  • Sakit perut
  • Diare
  • Gatal kulit
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Pembengkakan saluran udara ke paru-paru
  • Anafilaksis

Gejala alergi (Gejala Alergi Pada Balita) makanan berkisar dari ringan hingga parah, dan jumlah makanan yang dapat memicu reaksi pada masing-masing anak mungkin berbeda.

Gejala Intoleransi Makanan pada Balita

Gejala intoleransi makanan antara lain adalah:

  • Mual
  • Sakit perut
  • Gas, kram, atau kembung
  • Muntah
  • Mulas
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Mudah marah atau gelisah

Si Kecil dengan alergi makanan disarankan untuk menghindari alergen karena alergi makanan dapat dipicu oleh makanan dalam jumlah kecil dan terjadi setiap kali makanan (Alergi dan Makanan yang Harus Dihindari Bayi) dikonsumsi. Sebaliknya, si Kecil dengan intoleransi makanan mungkin tidak memiliki gejala kecuali jika mereka makan sebagian besar makanan atau sering makan makanan tersebut.  Alergi dan intoleransi makanan berbeda dari keracunan makanan. Keracunan umumnya merupakan akibat dari makanan yang rusak atau tercemar dan memengaruhi lebih dari satu anak yang mengonsumsinya.

Angka Kejadian Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan

Angka kejadian alergi makanan adalah sekitar 2-4% pada orang dewasa dan 6-8% pada anak-anak. Sedangkan, jumlah angka kejadian intoleransi makanan jauh lebih banyak. Intoleransi yang paling umum dialami adalah intoleransi laktosa, memengaruhi sekitar 10% anak-anak di Amerika.

Pemeriksaan dan Pengobatan Intoleransi Makanan dan Alergi

Jika Ibu merasa si Kecil menderita alergi atau intoleransi makanan, segera bawa ia ke dokter. Ibu tidak disarankan mendiagnosis keadaan si Kecil sendiri dan menghentikan konsumsi makanan tertentu karena dapat membuat ia kehilangan gizi yang diperlukan.

Untuk alergi makanan yang parah, tidak ada pengobatan yang diterima secara luas selain menghindari alergen. Untuk intoleransi makanan, jika tidak parah maka sebaiknya kurangi dan perhatikan pemberian makanan tertentu bagi si Kecil. Hal ini tergantung pada seberapa parah intoleransinya.

Cara lain untuk mengidentifikasi makanan pemicu alergi adalah program diet eliminasi provokasi. Hal ini melibatkan penghapusan setiap makanan pemicu alergi sepenuhnya dari diet sampai si Kecil terbebas dari gejala, kemudian mulai memperkenalkan kembali makanan tersebut, satu per satu waktu. Hal ini dapat membantu Ibu menemukan makanan yang menyebabkan gejala (Gejala Alergi Pada Balita). Konsultasikan ke dokter anak langganan Ibu sebelum memulai diet eliminasi untuk memastikan diet si Kecil tetap memiliki gizi yang memadai.

  • Burks Wesley A. Childhood food allergy. Immunol and Allergy Clin North Amer 1999; 19:397-407
  • Broadbent JB. Diagnosis and management of food hypersensitivity. Immunol and Allergy Clin North Amer 1999; 19:463-77.
  • Katz R, Manikam R, Schuberth L. Pediatric feeding problems. In: Schils EM, editor. Modern Nutrition and Disease. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 875-80
comment-icon comment-icon