Loading...

Melatih Si Kecil Menjadi Decision Maker yang Mandiri

Oleh: Saskhya

​Setiap harinya, baik orang dewasa maupun anak-anak selalu dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam hidup. Mulai dari hal-hal kecil seperti memilih mainan sampai hal-hal besar yang berpengaruh pada kehidupan personal dan profesional seseorang. Dengan semakin kompleksnya kondisi dunia, tentu saja keterampilan mengambil keputusan secara mandiri menjadi salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh seseorang. Tidak heran bahwa kemampuan mengambil keputusan saat ini masuk menjadi salah satu dari 10 besar keterampilan yang paling dicari di berbagai industri pekerjaan.

​Menariknya, pada anak-anak keterampilan dan kebiasaan mengambil keputusan ini akan sangat berpengaruh untuk menurunkan risiko si kecil terjebak dalam pergaulan yang tidak sehat, masalah kenakalan remaja, dan perilaku lainnya. Tentunya setiap keputusan yang diambil akan sangat menentukan hal-hal yang kita jalani di kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, membiasakan si kecil untuk berlatih mengambil keputusan merupakan salah satu investasi yang dapat membantu anak untuk bisa bertahan hidup dan bersaing dengan sehat di kemudian hari.

​Keterampilan mengambil keputusan ini sebetulnya terdiri dari berbagai macam keterampilan, mulai dari kemampuan mencari informasi, menganalisis, membandingkan 1 opsi dengan lainnya, manajemen stress, dll yang masing-masing membutuhkan proses serta waktu untuk bisa berkembang. Tentunya untuk membiasakan seseorang memiliki keterampilan ini, akan lebih mudah jika dilatih sejak dini. Si kecil bisa mulai dibiasakan sejak mampu berkomunikasi 2 arah dan akan lebih terbiasa lagi saat ia memasuki usia sekitar 18 bulan karena sudah timbul kebutuhan untuk lebih mandiri.

​Tentu saja keterampilan mengambil keputusan secara mandiri ini akan berkembang dengan lebih matang seiring dengan perkembangan usia si kecil. Semakin besar, si kecil akan semakin banyak pertimbangan secara rasional untuk mengambil sebuah keputusan. Oleh sebab itu, berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak mengambil keputusan sejak dini:

  1. Libatkan anak sehari-hari untuk mengambil keputusan dalam kehidupannya, misalnya memilih makanan, baju, mainan, dsb.
  2. Mulai dengan memperkecil opsi yang dimiliki si kecil, contoh ketika memilih mainan, coba untuk menawarkan anak 2 opsi terlebih dahulu untuk dipilih.
  3. Perbanyak kesempatan anak untuk melakukan kegiatan bermain bebas dan belajar aktif. Saat si kecil melakukan permainan bebas dan belajar aktif, ia akan terbiasa untuk membuat tujuan, memilih, dan merasakan konsekuensi dari pilihan-pilihan yang mereka tentukan.

​Di sisi lain, Papa dan Mama juga memiliki peran yang besar dalam menumbuhkan keterampilan si kecil untuk mengambil keputusan yang mandiri. Secara umum, Papa dan Mama perlu berlatih menjadi orangtua yang mindful, yaitu mengasuh dengan fokus, mendengarkan, menyadari, dan responsif terhadap kebutuhan si kecil. Hal yang perlu dilakukan Papa dan Mama selama proses melatih kemampuan mengambil keputusan mandiri ini adalah dengan AMATI:

A : Ajak si kecil untuk lebih sering menentukan hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri.

M : Minta anak menyebutkan alasan dari pilihan-pilihan yang dibuatnya.

A : Ajarkan si kecil untuk mengenali konsekuensi dari hal yang dipilihnya sambil berdiskusi,

T : Tahan diri Papa dan Mama untuk selalu membantu si kecil memilih sesuatu ketika sedang dalam proses mengambil keputusan.

I : Ijinkan anak untuk membuat kesalahan dan merasakan konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, walaupun kadang kala mengecewakan.

​Sehari-hari sayapun melakukan proses AMATI ini. Sebagai contoh, setiap harinya saya menyediakan waktu khusus untuk bermain bebas sesuai dengan keinginan si kecil kurang lebih 15-20 menit. Biasanya saya minta si kecil untuk memilih kegiatan yang ia senangi, contohnya bermain balok, kemudian menanyakan kenapa memilih permainan tersebut bukan yang lain? Setelah si kecil menyebutkan alasannya, saya sampaikan bahwa ia hanya boleh bermain hal tersebut selama waktu Bermain bebas dan setelahnya harus segera mengerjakan kewajibannya, sehingga tidak boleh meminta untuk bermain hal lainnya lagi. Saat sedang memikirkan hal apa yang dipilihnya saya banyak diam dan menunggu jawaban dari si kecil. Ketika waktu bermain bebas habis dan si kecil sedih karena masih ingin bermain hal lain, saya biasanya mengatakan, “Mama lihat kamu masih ingin Bermain hal lain ya? Tapi karena kita sudah janji bahwa setelah selesai bermain balok kita harus tidur, besok kita pilih mainan lagi ya.” Sambil membantu menenangkannya. Pembiasaan hal ini akan sangat membantu si kecil ketika lebih besar untuk bertahan dalam menjalani hal yang sudah dpilihnya dan menjadi kewajibannya.

Referensi

  1. https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10-skills-you-need-to-thrive-in-the-fourth-industrial-revolution/, diakses 9 Maret 2022, Pukul 15.00
  2. Yıldız Demirtaş, Vesile & Sucuoğlu, Hale. (2009). In the early childhood period children’s decision-making processes. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 1. 2317-2326. 10.1016/j.sbspro.2009.01.407.
  3. Weller, J. A., & Fisher, P. A. (2012). Decision-making deficits among maltreated children. Child Maltreatment, 18(3), 184–194. https://doi.org/10.1177/1077559512467846
  4. Wong, K., Hicks, L. M., Seuntjens, T. G., Trentacosta, C. J., Hendriksen, T. H., Zeelenberg, M., & van den Heuvel, M. I. (2019). The role of mindful parenting in individual and social decision-making in children. Frontiers in Psychology, 10. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00550