Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
manajemen-alergi-pada-si-kecil-dengan-sistem-pelabelan-makanan_large
Alergi

Manajemen Alergi pada Anak dengan Sistem Pelabelan Makanan

15 Januari 2020

Ibu perlu berhati-hati saat membeli produk makanan atau minuman untuk kebutuhan sehari-hari, terutama produk makanan yang ditujukan untuk si Kecil. Banyak produk yang mengandung bahan bersifat alergen beredar di pasaran. Teliti selalu dan perhatikan rincian bahan yang terdapat pada sistem pelabelan produk sebagai langkah awal manajemen alergi pada Bayi. Mungkin terdengar merepotkan, tapi percayalah, ini akan jauh lebih baik daripada melihat si Kecil yang menderita sakit dikarenakan alergi.

Faktor Risiko Terjadinya Alergi

Risiko si Kecil memiliki alergi sangat dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Ketika ditemukan riwayat alergi dalam keluarga, kemungkinan si Kecil memiliki alergi berada di kisaran 5-15%. Risiko akan meningkat secara signifikan hingga kisaran 50-90% apabila Ibu dan suami memiliki jenis alergi yang sama.
Namun, pengaruh genetik tidak menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi terjadinya alergi, faktor terbesar kedua terdiri dari faktor lingkungan dan faktor eksternal lain.

Baca Juga: Tumbuhkan Kepercayaan Diri Anak yang Alergi

Did you know?

”Menurut rekomendasi dari praktisi kesehatan dan organisasi kesehatan dunia, pemberian ASI eksklusif sebagai nutrisi untuk pencegahan alergi sebaiknya diberikan hingga si Kecil berusia 4-6 bulan. Ketahui selengkapnya di sini.“

LIHAT LENGKAP

 

Sistem Pelabelan Makanan

Mencantumkan detail bahan pada label makanan adalah langkah produsen memfasilitasi konsumen yang memilah produk mana yang tepat untuk mereka konsumsi. Terkait dengan pencegahan dan manajemen alergi, label makanan tersebut ditujukan sebagai acuan bagi Ibu untuk melihat detail bahan dasar dan komposisi yang berpotensi menjadi alergen atau tidak. Apabila terdapat riwayat alergi pada keluarga, biasakan untuk selalu teliti saat mengecek label makanan, dan memonitor apakah makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi alergi pada si Kecil atau tidak.

Ada baiknya Ibu memberikan makanan tersebut secara terpisah, saat dikonsumsi seluruh anggota keluarga maupun dikonsumsi secara khusus oleh si Kecil. Memisahkan makanan akan membantu Ibu mengidentifikasi makanan mana yang mungkin berpotensi sebagai alergen.

Jenis bahan dasar makanan yang mungkin berpotensi menjadi alergen antara lain:

  • Sereal (gluten)
  • Telur
  • Susu
  • Ikan, krustasea dan moluska
  • Kedelai dan lupin
  • Biji wijen, kacang tanah dan kacang lainnya semua
  • Seledri
  • Mustard
  • Sulfur dioksida

Kandungan bahan makanan dapat dikategorikan sebagai allergen saat jumlah takarannya melebihi 10 mg/kg. Beberapa kemasan produk seperti biskuit dan sereal biasanya mencantumkan peringatan potensi alergen pada beberapa jenis produknya. Tentu saja, tidak semua produk cocok untuk dikonsumsi si Kecil, jadi Ibu perlu mencatat secara teliti makanan apa saja yang dapat diterima dengan baik olehnya, dan mana makanan yang memberikan berpotensi memicu reaksi alergi.

 

Prosedur Gizi untuk Si Kecil dengan Risiko Alergi

Jika Ibu ingin si Kecil terhindar dari risiko alergi, pemberian ASI eksklusif adalah langkah terbaik yang dapat Ibu lakukan. Hindari produk yang mengandung alergen, seperti protein kacang dan telur, untuk Ibu konsumsi sendiri atau diberikan pada si Kecil sebagai makanan pendamping ASI. Diet alergi sebaiknya dilakukan baik oleh si Kecil maupun Ibu, karena konsumsi produk susu yang Ibu konsumsi bisa berpengaruh pada komposisi ASI yang ibu berikan kepadanya. Awasi juga setiap konsumsi bahan makanan yang mengandung protein terhadap kemungkinan reaksi alergi yang muncul pada si Kecil.

Jika opsi menyusui tidak dapat dilakukan, Ibu dapat memberi si Kecil susu formula khusus yang dirancang khusus untuk si Kecil yang memiliki alergi. Susu berbahan dasar soya, atau susu yang telah melalui proses hidrolisis protein dapat diberikan pada si Kecil sebagai pilihan nutrisi pengganti ASI. Selalu teliti dalam melihat perkembangan si Kecil terkait resiko alergi dan konsultasikan dengan dokter secara berkala agar alergi dapat dicegah sedini mungkin.

Baca Juga: Alergi Mungkin Terbawa Seiring Kehidupan Si Kecil

comment-icon comment-icon