Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
usia-anak-6-tahun_large
Stimulasi

Tahap Perkembangan Usia Anak 6 Tahun

15 Januari 2020

Di usia 6 tahun, fisik si Kecil akan terus berkembang dan perlu didukung dengan nutrisi yang tepat dan olahraga. Saat ini, biasakan si Kecil untuk sering meminum air putih. Ketahui selengkapnya di sini.

Perkembangan Anak Usia 6 Tahun

Fisiknya akan terus berkembang, pastikan si Kecil didukung dengan nutrisi yang tepat dan kegiatan olahraga yang baik. Bila si Kecil termasuk anak yang memilih-milih makanannya, jangan memberikannya tekanan dan tak perlu berargumen dengannya. Letakkan aneka variasi makanan sehat di meja makan dan biarkan si Kecil memilih sendiri makanan sehatnya.

Kebiasaan-kebiasaannya yang mungkin mengganggu (mengorek hidung, menggigiti kuku) bisa jadi merupakan salah satu caranya untuk mengurangi stress. Berikan alasan rasional pada si Kecil yang cukup jelas untuk ia mengerti, seperti "menggigiti kuku bisa memasukkan kuman ke dalam tubuh sehingga bisa menyebabkan penyakit" dan berikan pujian positif bila ia mulai mengurangi kebiasaan tersebut. "Hebat ya hari ini tidak menggigit kuku! Besok bisa dong gak menggigit kuku lagi?"

Akan ada lebih banyak argumen antara Ibu dengan si Kecil, dan ia akan mencoba mencari celah dari setiap tindakan Ibu, bahkan terkadang dengan menggerutu dan ngambek terhadap Ibu. Cara mengatasinya adalah dengan memberikannya kontrol tanpa mengurangi kontrol Ibu. Biarkan si Kecil memilih dan berikan dia pilihan kapanpun Ibu bisa, seperti biarkan ia memilih makanan sehatnya atau pakaian yang ingin ia pakai. Bila si Kecil tidak punya pilihan lain, seperti wajib memakai helm untuk bermain sepeda, jangan berdebat dan tetap tegas terhadap aturan tersebut. Berikan konsekuensi yang setimpal bila si Kecil melanggar atau tidak mematuhi Ibu.

Di usia ini, si Kecil sedang mempelajari perbedaan antara tindakan yang disengaja maupun yang tidak. Ibu mungkin sudah melarangnya berkali-kali untuk tidak bermain bola di dalam ruangan, namun si Kecil masih seringkali impulsif dan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya sampai hal buruk terjadi. Kadang juga si Kecil sengaja melakukan hal buruk bila ia sedang marah, frustasi, atau merasa di bawah tekanan. Posisikan diri Ibu dalam posisinya, dan cobalah mengerti alasan dibalik setiap pelanggaran dan kenakalan yang dilakukan si Kecil.

Peran Ibu

Banyak sekali anak yang melupakan pentingnya minum air. Jaga si Kecil agar tetap terhidrasi dengan membekalinya botol air di dalam tas sekolahnya. Membiasakan si Kecil memilih air putih yang tidak memiliki rasa akan membantu Ibu dalam menjauhkannya dari mengonsumsi terlalu banyak minuman yang mengandung gula.

Cobalah temukan keseimbangan pandangan terhadap si Kecil, mengingat dia sedang berada di tengah-tengah antara anak yang sudah besar namun tetap tergolong anak kecil. Biasakan si Kecil dengan tanggung jawab, dan biarkan dia melakukan pilihannya sendiri. Di waktu yang sama, ingat bahwa si Kecil masih belum cukup dewasa untuk melakukan hal seperti mendisiplinkan dan mengontrol diri sendiri. Ingat bahwa si Kecil masih perlu banyak belajar.

Si Kecil sudah mulai membawa pekerjaan rumah dari sekolah. Berikan ruang yang mendukungnya dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Atur waktu mengerjakan PR secara rutin dan konsisten agar ia terbiasa dengan rutinitas dan bisa mengerjakannya sendiri. Bila si Kecil menanyakan bantuan Ibu, jangan langsung memberikannya jawaban, tetapi berikan ia penjelasan dan bimbing si Kecil dalam menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Sering-sering libatkan si Kecil dalam berbagai kegiatan Ibu di rumah, baik dalam memasak, membersihkan rumah, atau sekedar mendekorasi rumah. Melakukan pekerjaan rumah bisa meningkatkan rasa percaya dirinya setiap kali ia berhasil menyelesaikan tugas yang Ibu berikan. Tetap jadikan ini sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk si Kecil, dan bekerja samalah dengannya.

Yang Perlu Diperhatikan

Ibu bisa segera konsultasikan dengan dokter anak Ibu bila si Kecil memiliki tanda-tanda di bawah ini:

  • Takut kontak mata, tidak komunikatif, menghindari aktivitas bermain
  • Hiperaktif, bersikap agresif, menjauhi situasi sosial walau di lingkungan yang familiar
  • Menolak atau enggan mencoba hal-hal baru yang menantang
  • Tidak bisa melempar dan menangkap bola, melompat, menjauhi aktivitas fisik, dan sering menabrak benda sekitar
  • Bermasalah dengan mainan konstruktif, tulisannya nyaris tak bisa dibaca, menjauhi aktivitas yang membutuhkan gerakan motoric halus
  • Bermasalah dalam berbicara dan lambat dalam menggunakan kosakata baru
  • Tidak bisa membaca dan mengenali huruf dan angka
  • Tidak mampu berkonsentrasi dan lambat dalam mengerjakan sesuatu, mudah terdistraksi.

Baca Juga: Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Usia 5 Tahun

comment-icon comment-icon